Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

31 Agustus 2009

Tidak Ada Balasan Untuk Kebaikan Selain Kebaikan Pula ...


Kalau saja iman seseorang bisa diukur dengan suatu alat ukur yang singkatnya sebut saja Imanmeter, maka mungkin ayat disamping yang artinya “tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula” (QS Ar-Rahman 60) bisa menjadi salah satu indicator-nya. Ada salah satu guru saya dulu mengajarkan iman itu seperti angin, tidak bisa dilihat tetapi keberadaannya bisa kita rasakan. Mumpung ini bulan puasa - bulan kebaikan – saya ingin mengajak pembaca untuk merasakan atau bahkan ‘mengukur’ keberadaan iman kita masing-masing.

Salah satu rukun iman, kita sudah belajar sejak kecil dahulu adalah percaya kepada kitab-kitabNya. Kita juga belajar bahwa iman itu diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan diamalkan sebagai perbuatan. Nah yang terakhir ini yang akan kita gunakan sebagai indicator untuk imanmeter kita kali ini.

Keimanan kita kepada Al-Quran seharusnya membuat hati kita yakin bahwa janji-janji Allah yang kita baca (ucapkan) dari Al-Qur’an tersebut pasti benarnya. Selain sudah terbukti dalam berbagai bidang keilmuan, ada setidaknya 13 tempat dalam Al-Qur’an yang memang menyebutkan “…sungguh janji Allah itu benar…”.

Kalau kita sudah baca/ucapkan dan kita yakini kebenarannya, sekarang tinggal membuktikannya dengan perbuatan. Logikanya, kalau kita hanya ucapkan dan yakini tetapi tidak kita amalkan dalam perbuatan, maka kemungkinan besarnya iman itu tidak sempurna di diri kita atau jangan-jangan memang tidak ada…naudzubillahi min dzalik.

Dalam ayat yang saya sebutkan diatas Allah menjanjikan bahwa “tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula”, kalau keimanan itu ada di diri kita - setelah kita baca bahwa ada ayat tersebut di Al-Qur’an, kemudian juga kita yakini bahwa janji tersebut pasti benar , maka kemudian pasti kitapun akan mengamalkannya dengan banyak-banyak berbuat kebaikan.

Sekarang kita lihat pengamalannya mulai dari diri kita dahulu, berapa banyak kebaikan yang telah kita lakukan hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini dan sejak kita balig ?, kalau kita bisa menghitungnya cukup banyak – maka insyaallah keimanan ini ada di dalam diri kita – kita ucapkan alhamdulillah dan kita niatkan untuk meneruskan bahkan meningkatkan perbuatan baik tersebut.

Sebaliknya bila dengan jujur kita tidak banyak bisa menemukan kebaikan yang telah kita lakukan, maka kemungkinan besarnya memang belum sempurna keimanan itu ada pada diri kita. Kita beristigfar untuk ini, dan kita niatkan untuk memperbaikinya dalam sisa usia kita.

Sekarang kita lihat lingkungan masyarakat dimana kita tinggal; di jalan-jalan, di perdagangan dan bisnis, di politik, di pengelolaan negara – pendek kata di seluruh lapangan kehidupan kita; sudah banyakah kebaikan yang kita bisa saksikan ?. Kalau jawabannya belum, instropspeksinya harus balik ke diri kita. Bagaiamana kita bisa mendapatkan kebaikan sedangkan diri kita sendiri belum berbuat kebaikan ?.

Cermin kecilnya bisa kita lihat sehari-hari di jalan raya; jalan macet semrawut, saling serobot, masing-masing kita selalu menyalahkan orang lain, menyalahkan polisi, padahal kita sendiri juga tidak mau mengalah dan tidak mau berkorban sedikitpun untuk memudahkan orang lain.

Bidang ekonomi dan politik-pun sama semrawutnya dengan kondisi kita di jalan raya tersebut; mengapa ? karena cermin ini tidak pernah berbohong , karena sumbernya sama – yaitu keimanan tadi. Bila ada keimanan dalam mayoritas masyarakat kita, meskipun padat berkendara di jalan raya akan terasa nikmat karena orang saling memberi kesempatan satu sama lain.

Kita juga tidak mudah menyalahkan orang lain, pak polisi dan sebagainya. Sebaliknya kita akan mudah sekali berprasangka baik pada orang lain. Bila ada yang mendahului atau mengambil jalan kita, kita berprasangka baik bahwa yang bersangkutan ada urusan yang lebih penting sehingga harus mendahului kita. Meskipun jalan tersendat, kita juga berprasangka baik pada pak polisi yang sudah berusaha maksimal – hanya memang kondisi terbatas sehingga semua harus bersabar. Kita tidak perlu mengomel dan ngedumel nggak karuan yang tidak menyelesaikan masalah, sebaliknya kita tebarkan senyum pada pengendara lain dan kepada pak polisi, maka dengan inilah jalanan yang panas akan menjadi sejuk oleh karenanya.

Bayangkan kalau kita bisa melaksanakan kebaikan tersebut di jalan, maka insyaallah kita akan bisa pula melaksanakan kebaikan ini dalam bisnis yang kita tekuni, dalam lapangan politik yang kita terlibat di dalamnya – pendek kata dalam berbagai bidang kehidupan kita. Mengapa demikian mudah ?, lagi-lagi karena yang menggerakkan kebaikan ini sumbernya sama; yaitu keimanan kita yang meyakini bahwa “tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula”.

Indahnya hidup di dalam suatu negeri yang penduduknya beriman ini juga dijanjikan oleh Allah – yang sekali lagi pasti benarnya – dalam ayat berikut : “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS 7 :96).

Jadi yang membuat kita hidup aman tenteram dan peroleh banyak kebaikan ini adalah kalau keimanan tumbuh pada diri kita dan juga masyarakat kita; maka tempat-tempat dimana keimanan diajarkan dan dikuatkan seperti di masjid-masjid, pesantren-pesantren, majlis-majlis ilmu seharusnya menjadi harapan akan trurunnya berkah dari langit dan dari bumi seperti yang dijanjikan di ayat tersebut diatas.

Sebaliknya bila tempat-tempat tersebut menjadi tempat yang dicurigai, di cibir dan dihambat perkembangannya – maka kita tidak bisa berharap banyak tumbuhnya keimanan ini. Kalau keimanan tidak ada atau tidak membaik, maka akan sangat sulit kebaikan akan tumbuh – lha wong tidak kita tanam kok, darimana akan tumbuh ? darimana kita bisa berharap akan ada balasan kebaikan pula ?.

Dalam kondisi diri dan masyrakat kita dewasa ini; justru gerakan moral yang sangat perlu kita sebar luaskan adalah gerakan untuk berbuat baik yang di landasi oleh keimanan; inilah solusi atas segala masalah yang kita hadapi. Kalau Obama menang dengan semboyannya Yes We Can; kemudian negeri ini juga pingin bangkit dengan semboyan Indonesia Bisa – maka saya ingin seluasnya mengajak pembaca untuk menebarkan perbuatan baik pada diri kita masing-masing, keluarga kita dan masyarakat dimana kita berada. Kalau toh perlu semboyan untuk membangkitkan perbuatan baik ini, mungkin semboyan yang pas adalah BERBUAT BAIK, KITA BISA…!. Insyaallah.

27 Agustus 2009

Prinsip 1/3 Pengelolaan Harta Kita ...

Ada sebuah nasihat yang sangat Indah kepada diri saya sendiri yang juga insya Allah bermanfaat bagi pembaca. Nasihat ini saya ambilkan dari kitab Riyadus –Shalihin yang ditulis oleh orang sholeh zaman dahulu yang terkenal keikhlasannya. Saking ikhlasnya Imam Nawawi, konon kitab asli dari Riyadus Shalihin tersebut tidak bisa dibakar oleh api.

Nasihat ini sendiri berasal dari hadits Rasulullah SAW yang panjang sebagai berikut : Dari Abu Hurairah RA, dari nabi SAW, beliau bersabda, “ Pada suatu hari seorang laki-laki berjalan-jalan di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan :” Hujanilah kebun Fulan.” (suara tersebut bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit, lantas menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu meneliti air (dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di kebunnya. Dia memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada pemilik kebun : “wahai Abdullah (hamba Allah), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulan- yaitu nama yang dia dengar di awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang inilah airnya. Suara itu menyatakan : Siramlah kebun Fulan – namamu-. Apa yang engkau lakukan terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab :”Bila kemu berkata demikian, sesungguhnya aku menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan keluargaku memakan daripadanya sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini (sebagai modal penanamannya)”. (HR. Muslim).

Bayangkan, bila Allah mengirimkan awan khusus untuk menyirami kebun kita. Di kala orang lain kekeringan, lahan kita tetap subur. Di kala usaha lain pada bangkrut usaha kita tetap maju, dikala krisis moneter menghantam negeri ini – kita tetap survive. Dan ketika usaha kita berjalan baik sementara saudara-sauadara kita kesulitan, sepertiga hasil usaha kita untuk mereka – alangkah indahnya sedeqah ini.

Bagaimana kita bisa memperoleh pertolongan Allah dengan awan khusus tersebut ? kuncinya ya yang di hadits itu : kita bersama keluarga kita hanya mengkonsumsi sepertiga dari hasil kerja kita. Sepertiganya lagi kita investasikan kembali, dan yang sepertiga kita sedeqahkan ke sekeliling kita yang membutuhkannya. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri .. Sudahkah kita mampu melakukan hal itu ?

Mumpung sekarang sedang bulan Ramadhan, saat inilah moment terbaik bagi kita untuk memperoleh "awan" dari Allah. Jangan sampai saking asyiknya nabung Dinar, tapi disekitar kita masih banyak yang kekurangan. Sedeqahkan sebagian dari harta yang kita cintai ini. Kalau nggak bisa 1/3, ya 1/5 nya. Kalau belum bisa ya 1/7 nya. Kalau masih belum bisa .. ya semampu kita tanpa harus mengurangi kewajiban kita untuk menafkahi anak istri. Sebab Allah pun menjanjikan bahwa harta yang disedeqahkan akan dilipat gandakan sebanyak 700 kalinya. Apalagi ini di bulan Ramadhan, pasti Allah akan obral pahala bagi umatnya yang beriman. Inilah harta kita sebenarnya dan akan menjadi milik kita selamanya.

Karena janji Allah dan rasulNya pasti benar, maka kalau tiga hal tersebut kita lakukan – Insyaallah pastilah awan khusus tersebut mendatangi kita. Namun jangan dibayangkan bahwa awan khusus tersebut harus benar-benar berupa awan yang mendatangi kita. Bisa saja awan khusus tersebut berupa teman –teman kita yang jujur yang memudahkan kita dalam berusaha, atasan kita yang adil yang memperjuangkan hak-hak kita, atau karyawan kita yang hati-hati menjaga aset usaha kita, dan berbagai bentuk ‘awan khusus’ lainnya. Wa Allahu A’lam bis showab.

26 Agustus 2009

Robert Kiyosaki : Stimulus Untuk Katak Percobaan ...

Setiap kali saya mendengar politisi menyebut kata stimulus, ingatan saya langsung kembali ke waktu sekolah menengah – ketika saya menyentuhkan kawat yang dialiri listrik ke katak percobaan yang telah mati – hanya untuk membuatnya bergerak kembali. Sekarang Anda dan saya adalah katak percobaan yang telah mati tersebut, sebentar lagi katak-katak yang telah mati ini akan menjadi katak panggang…”. Robert Kiyosaki.

Di antara penulis barat yang buku dan tulisannya banyak saya baca adalah Robert Kiyosaki, menurut saya dia cukup objektif dalam mengungkap fakta-fakta yang terkait dengan ekonomi, keuangan dan investasi. Cukup untuk memberikan kita insight tentang dunia keuangan dan investasi ribawi yang dianggap lumrah di dunianya; bukan untuk kita tiru tetapi agar kita memiliki wawasan yang memadai tentang apa yang sedang terjadi di dunia dewasa ini.

Yang mengejutkan saya adalah tulisan dia yang dimuat di Yahoo Financials kemarin, di tengah euphoria para ekonom yang seolah menyambut berakhirnya krisis financial global – Robert malah mengingatkan masyarakat untuk siap-siap menghadapi yang terburuk. Berikut kutipan beberapa poin paparannya :

· Dia percaya bahwa stock market Amerika sebenarnya sedang dimanipulasi. Menurutnya manipulasi ini hasil kerjasama antara pemerintah, perbankan dan Wall Street untuk mencegah pasar crash. Dia mengakui tidak memiliki bukti untuk ini, namun dia mencium adanya banyak ‘tikus besar’ (rats) yang mengendalikan pasar keuangan dengan keserakahan, kepentingan pribadi, kesombongan dan ketakutan.

· Dalam pandangan Robert, krisis global ini disebabkan oleh Federal Reserve Bank, US Treasury, dan bank-bank sentral dunia. Mereka yang mendapatkan keuntungan dengan menciptakan krisis ini, dan keuntungan pula untuk memperbaikinya.

· Kata stimulus yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi krisis ini menurut Robert sama dengan kata stimulus pada pelajaran biologi di sekolah menengah – yaitu kata yang digunakan ketika mereka menyetrum katak percobaan yang sudah mati dengan kawat yang di aliri listrik – dengan harapan katak dapat bergerak lagi. Masyarakat mereka sekarang ini menurut Robert pula sudah seperti katak yang mati tersebut; setiap kali pemerintah menyebut kata stimulus – masyarakat seperti di setrum lagi dan lagi – sampai akhirnya katak yang sudah mati tersebut bener-bener menjadi katak panggang. Kadang obat malah lebih membahayakan dari penyakit itu sendiri, masyarakat ‘katak percobaan’ tidak mati oleh krisis tetapi oleh setrum stimulus.

Mengerikan memang gambaran yang disampaikan oleh seorang Robert Kiyosaki kali ini, mengingat dialah yang banyak menginspirasi dunia dengan Cash Flow Quadrant-nya. Buku dia pula yang ikut menginspirasi saya untuk pindah quadrant.

Namun sayang Robert kali ini tidak memberikan solusi, mungkin dia tahu solusinya tetapi hanya menyimpannya untuk dia sendiri – atau memang dia juga belum tahu solusinya untuk kita tidak menjadi bagian dari katak percobaan tersebut.

Yang jelas kata stimulus yang seolah dijadikan obat mujarab oleh pemerintah-pemerintah di dunia kali ini adalah membanjiri ekonomi dengan ‘mencetak’ uang dalam berbagai bentuk dengan sebutan-sebutan yang keren seperti Quantitative Easing dan sejenisnya. Padahal menurut Ibnu Taimiyyah setiap kali penguasa mencetak fulus melebihi kebutuhan transaksi, maka masyarakat-lah yang dikorbankan – atau dengan istilah Robert Kiyosaki menjadi katak percobaan tersebut.

Jadi agar kita tidak menjadi katak percobaan yang setiap saat dengan mudah di stimulus oleh penguasa; solusinya ya jangan terlalu banyak menaruh kekayaan kita dalam denominasi mata uang negara-negara yang gemar men-stimulus tersebut. Insyaallah kesejahteraan kita tidak akan mudah terganggu bila asset kita berupa benda riil yang bernilai instrinsik. Ini bisa berupa kebon, ternak, barang dagangan dan yang tentu juga yang mudah serta likuid adalah emas atau Dinar. Wa Allahu A’lam.

24 Agustus 2009

Harga Emas/Dinar Dalam Rupiah : Dorongan Bulan September dan Anomali Positif ...

Dalam tulisan saya tentang Musim Membeli Emas/Dinar saya menyebutkan bahwa musim harga rendah untuk emas dunia terjadi antara akhir Maret sampai September, sebaliknya akhir September sampai Maret – harga akan cenderung tinggi.

Sinyalemen ini kini dapat dibuktikan dengan statistik harga emas dunia dalam US$ selama sepuluh tahun terakhir sejak Januari 2000. Puncak harga emas (US$) rata-rata bulanan tertinggi seluruhnya terjadi diantara bulan September ke Maret. Dalam Rupiah bisa berbeda karena satu faktor lagi ikut berpengaruh yaitu nilai tukar Rupiah terhadap US$.

Ketika Rupiah melemah terhadap US$ maka harga emas dalam Rupiah akan naik meskipun harga emas dunia dalam US$ menurun. Kondisi ini saya sebut Anomali Negatif karena kita cenderung rugi untuk membeli emas saat itu. Mengapa rugi ?, karena namanya anomali – terjadinya tentu tidak terus menerus, pada waktunya menjadi normal kembali – harga akan terkoreksi kearah normal yang lebih rendah. Anomali Negatif ini bisa kita lihat jelas di grafik pada periode pertengahan 2001 ketika Rupiah berada diatas Rp 11,000/US$.

Hari-hari ini yang terjadi sebaliknya yaitu harga emas dalam Rupiah cenderung menurun – di tengah harga emas dunia (dalam US$) yang mulai merangkak naik, kondisi ini yang kita kita sebut Anomali Positif. Penyebab Anomali Positif saat ini tidak lain karena Rupiah sedang dalam proses recovery setelah beberapa bulan lalu juga menyentuh angka diatas Rp 11,000/US$.

Ketika Anomali Positif terjadi seperti sekarang ini, insyaallah ini menjadi waktu yang paling baik untuk membeli emas atau Dinar – karena ketika periode anomali ini berakhir, harga emas dalam Rupiah akan kembali normal ke angka yang cenderung lebih tinggi.

Jadi untuk saat ini ada dua pendorong naiknya harga emas/Dinar (Rupiah) dalam waktu dekat, pertama efek normalisasi harga dalam Rupiah – setelah Rupiah berada pada keseimbangannya yang baru terhadap US$ - sehingga harga emas dalam Rupiah akan cenderung parallel terhadap harga dalam US$ seperti yang ditunjukkan pada grafik diluar zone anomali.

Kedua adalah efek musiman bulan September seperti yang sudah saya uraikan pada tulisan sebelumnya diatas. Wa Allahu A’lam.

22 Agustus 2009

Fenomena Pembentukan Segi Tiga Simetris Dalam Harga Emas Dunia ...

Dalam tulisan saya tentang Musim Membeli Emas saya membuat analisa bahwa berdasarkan statistik beberapa tahun terakhir, pada umumnya harga emas dunia cenderung rendah antara akhir Maret sampai September dan sebaliknya cenderung meninggi akhir September sampai Maret. Akankah statistik berulang tahun ini ?

Saya tetap konsisten dengan pendapat-pendapat saya sebelumnya, bahwa insyaallah statistik akan kembali berulang tahun ini. Sekali lagi hanya Allah-lah yang tahu ilmu masa depan, kita hanya berusaha memahami fenomena statistik harga emas yang ada. Salah satu dari fenomena pasar ini adalah fenomena Segitiga Simetris atau Coil – yang antara lain analisanya ditulis oleh Michael J Kosares dkk dari USA Gold.

Segitiga ini dibentuk dari satu sisi yang menghubungkan titik-titik tertinggi harga emas harian dalam beberapa bulan terakhir, sedangkan sisi yang lain menghubungkan titik-titik terendahnya. Hasilnya kita bisa lihat pada grafik disamping. Cara kerjanya seperti per atau Coil, bila kita tekan terus menerus pada suatu titik kita tidak bisa menekannya lagi – dan per atau Coil akan memantul (melar) secara maksimal. Saat itulah akan ada lonjakan harga emas yang significant.

Terbentuknya segi tiga simetris dalam harga emas dunia mendahului lonjakan besar yang terjadi kemudian. Pola semacam ini bisa dilihat dalam lonjakan-lonjakan harga emas dunia yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang disajikan pada grafik dibawah. Perhatikan lonjakan akhir 2007/awal 2008 yang didahului oleh segitiga sama sisi yang mulai terbentuk selama beberapa bulan sebelumnya, demikian pula lonjakan akhir 2005/awal 2006 , lonjakan akhir 2004 dan juga akhir 2003.

Bila statistik ini akan berulang, maka kemungkinan waktunya sudah dekat karena sekarang kita sudah berada di akhir bulan Agustus dan fenomena segitiga sama sisinya sudah terbentuk dengan jelas. Kenaikan harga emas dunia dalam US$ yang mencapai 1.37% tadi malam misalnya, bisa jadi merupakan awal dari memantulnya Coil ini. Wa Allahu A’lam

18 Agustus 2009

Pilihan Investasi : Tanah atau Dinar ...

Tulisan ini untuk me-respon banyaknya permintaan pembaca yang meminta saya membandingkan pilihan investasi apakah lebih baik investasi di tanah atau Dinar. Keduanya memiliki kesamaan yaitu harga yang memiliki trend naik dari waktu ke waktu. Keduanya juga bersifat proteksi nilai, artinya ketika nilai mata uang hancur karena inflasi – harga tanah atau Dinar akan otomatis naik.

Bedanya adalah kalau Dinar naik turunnya bersifat responsive bergerak setiap detik mengikuti pergerakan harga emas dunia yang dipengaruhi oleh sekian banyak isu-isu ekonomi. Kenaikan harga tanah secara umum bersifat gradual – tidak fluktuatif, tidak dipengaruhi secara langsung oleh isu-isu ekonomi sesaat. Grafik disamping menunjukkan perbedaan pola kenaikan harga tanah dengan Dinar.

Bedanya lagi, trend naik turunnya harga Dinar berlaku universal artinya kalau harga emas dunia naik secara umum kenaikan ini berlaku pula untuk harga Dinar di seluruh dunia – demikian pula sebaliknya bila harga turun. Tanah tidak demikian, di satu negara saja – harga tanah bisa sangat bervariasi kemungkinan naiknya. Jadi selain tingkat inflasi, lokasi juga sangat menentukan untuk tanah.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kelebihan investasi tanah dibandingkan Dinar :

1. Kenaikan harganya cenderung linier, tidak berfluktuasi.

2. Untuk lokasi yang prima, bisa naik lebih tinggi dari harga Dinar.

3. Supply bersifat fix (tidak mungkin tumbuh) sementara demand terus tumbuh.

4. Bisa diproduktifkan dan memberi hasil lebih dari sekedar investasi tanahnya.

Kelemahan investasi tanah dibandingkan Dinar :

1. Tidak terlalu likwid, belum tentu bisa jadi uang dengan cepat pada saat dibutuhkan.

2. Bila salah pilih lokasi, harga akan lamban naik.

3. Tidak ada standard harga.

4. Bila tidak diproduktif-kan akan cenderung menjadi beban (pajak, perawatan, penjagaan dlsb).

Kelebihan investasi Dinar dibandingkan tanah :

1. Dinar sangat likwid, bisa jadi uang kapan saja dibutuhkan.

2. Harga Dinar yang relatif standard dan trasparan karena mengikuti perkembangan harga emas dunia.

3. Relatif tidak ada biaya investasi yang dibutuhkan ( seperti kalau di tanah biaya jual beli, notaris, perawatan dlsb).

4. Mudah dijual belikan dalam pecahan-pecahan kecil sesuai dengan kebutuhan.

Kelemahan investasi Dinar dibandingkan dengan tanah:

1. Jangka pendek bisa saja rugi ketika fluktuasi harga lagi menurun.

2. Kemungkinan diproduktifkannya lebih rendah ketimbang tanah.

3. Risiko menyimpannya lebih tinggi dari risiko tanah.

4. Memerlukan pemahaman investasi yang lebih tinggi ketimbang tanah.

Dengan perbandingan tersebut diatas, Anda bisa memilih sendiri mana yang lebih sesuai untuk Anda. Bila Anda yakin keuangan Anda tidak masalah dalam periode investasi, dan juga yakin bisa memproduktifkan investasi tanah Anda – maka pilihan investasi tanah insyaallah akan lebih baik.

Sebaliknya bila ada kemungkinan Anda membutuhkan dana investasi kapan saja selama periode investasi, dan Anda tidak juga yakin bisa memproduktifkan atau menjual tanah Anda pada waktu dibutuhkan – maka investasi Dinar akan lebih aman untuk Anda. Wa Allahu A’lam.


14 Agustus 2009

US Dollar Paradox dan Harga Emas ...


Seperti yang sudah kita duga harga emas dan otomatis Dinar pekan ini benar-benar menunjukkan trend yang masih rendah Penyebabnya-pun sesuai yang kita perkirakan yaitu harga emas dalam Dollar yang rendah, dan nilai tukar Rupiah yang menguat.

Karena US$ lagi perkasa, maka harga emas dalam US$ rendah. Ketika hal ini terjadi bersamaan dengan menguatnya nilai tukar Rupiah – maka penurunan harga emas dan juga Dinar menjadi significant seperti yang terjadi beberapa pekan ini..

Pertanyaan yang sering sampai ke saya adalah, mengapa US$ ini tetap kuat padahal krisis finansial global justru bermula dari negara tersebut ?.

Jawabannya agak panjang, tetapi memang benar bahwa US$ menunjukkan angka yang cenderung menguat selama krisis ini. Perhatikan grafik US$ Index di atas yang saya ambilkan datanya sejak bulan September 2007 – ketika tanda-tanda awal krisis mulai terbaca.

Sejak awal krisis akhir September 2007 sampai sekarang bank-bank sentral dunia telah mem-bailout atau setidaknya memberikan jaminan senilai kurang lebih US$ 20 trilyun. Tetapi pada periode tersebut US$ Index malah menguat dari kisaran angka 78 di awal krisis ke kisaran angka 86.

Ini yang saya sebut sebagai US$ Paradox; menguatnya nilai tukar US$ kali ini bukan disebabkan oleh ekonomi yang membaik di negeri tersebut. Tetapi malah oleh sebab yang sebaliknya, yaitu proses pembusukan ekonomi yang sedang berlangsung. Untuk menjelaskan hal ini, perhatikan ilustrasi disamping.

Ketika institusi perbankan, asuransi dlsb. mengalami masalah yang sangat besar dan terancam kebangkrutan; maka bank sentral negeri itu mem-bailout institusi-institusi tersebut dengan uang rakyat. Aset-aset yang beracun dari institusi yang terancam bangkrut, ditukar dengan uang rakyat.

Namun uang rakyat yang dibenamkan ke institusi yang bermasalah ini juga tidak memadai untuk membuat mereka segera sembuh; berapa banyakpun dana dibenamkan dalam program bailout bila yang diselamatkan masih terus memburuk keadaannya – maka dana semacam ini seperti nggarami laut – tidak berdampak pada aktifitas ekonomi berikutnya.

Bank tetap belum bisa menyalurkan kredit, likwiditas tetap sulit – US$ tetap langka. Inilah yang menyebabkan US$ bernilai tinggi – karena langka ditengah krisis yang sedang terjadi.

US$ yang lagi bernilai tinggi ini pula yang kemudian membuat harga emas dunia kelihatan relatif rendah – bila dibeli dengan mata uang US$.

Lantas sampai kapan hal ini berlangsung ?. Ada dua kemungkinan untuk ini yaitu pertama bila institusi yang berusaha ditolong tersebut benar-benar selamat, maka uang bailout yang selama ini dibenamkan ke institusi tersebut akan meledak keluar dalam bentuk penyaluran kredit dlsb yang tiba-tiba membesar. Dampaknya adalah likwiditas akan tinggi jauh melebihi likwiditas sebelum krisis; inflasi yang tinggi akan timbul pada masa ini.

Kemungkinan kedua adalah kalau bailout gagal, maka para pembeli bond Amerika akan sadar bahwa yang mereka beli adalah bond atas aset-aset beracun dari institusi yang tidak akan sembuh dari sakitnya. Pada saat mereka menghentikan pembelian bond Amerika ini, maka saat itulah US$ akan jatuh harganya dan bisa menyebabkan inflasi yang sangat tinggi atau hyper inflasi.

Jadi situasi paradox yang dihadapi oleh US$ saat ini – tidak akan berlangsung terus menerus. Segera setelah bailout berhasil atau sebaliknya segera setelah masyarakat investor dunia sadar bahwa bailout gagal – maka situasi paradox ini akan berakhir. Saat itulah harga emas dunia akan melonjak tinggi dalam US$ - karena US$-nya yang jatuh.

Kapan ini akan terjadi ? Wa Allahu A’lam. Hanya Allah-lah yang maha tahu, tetapi kepastian akan dihancurkannya ekonomi yang berbasis Riba seperti ekonomi Amerika dengan US$-nya tersebut memang sudah dikabarkan ke kita melalui Al-Qur’anul Karim di surat Al-Baqarah 276-279.

12 Agustus 2009

Dinar : Proteksi Anda Terhadap Inflasi ...

Pemerintah sudah mengumumkan akan menaikkan gaji pegawai negeri dan pensiunan sebesar rata-rata 5% dalam waktu dekat. Tentu hal ini akan menggembirakan mereka yang saat ini berstatus sebagai pegawai negeri maupun pensiunan.

Masalahnya adalah apakah hal ini akan meningkatkan kemakmuran mereka dan masyarakat pada umumnya ? sayangnya jawabannya adalah belum tentu. Daya beli mereka dan masyarakat umumnya hanya akan meningkat bila kenaikan pendapatan ini lebih tinggi dari kenaikan angka inflasi.

Karena angka inflasi tahunan rata-rata sejak 2001 – 2008 lalu di Indonesia mencapai 8.98%, maka kenaikan pendapatan yang bisa meningkatkan daya beli harusnya melebihi angka inflasi ini. Atau kalau kenaikan demikian tidak dimungkinkan, maka pengendalian inflasi harus menjadi focus pemerintah. Untuk jangka pendek tahun ini kemungkinan besar pemerintah akan mampu menekan inflasi seperti yang ditunjukkan pada angka inflasi yang hanya 0.66% per Juli lalu; namun perlu program jangka panjang untuk mempertahankannya pada angka yang rendah agar kemakmuran terjaga.

Sayangnya di dunia yang menganut rezim uang kertas, saya belum ketemu suatu negara yang berhasil mempertahankan inflasinya. Saudi Arabia-pun yang menjadi legenda cetita sejak bapak-ibu kita pergi haji bisa membeli makanan – minuman seharga 1 Riyal, kalau Anda pergi haji atau umrah sekarang akan semakin sulit memperoleh makanan-minuman seharga 1 Riyal . Pasalnya sejak tahun lalu, inflasi juga menjadi momok negeri itu. Bulan Juli tahun lalu bahkan inflasi negeri itu sempat menyentuh angka 11.1%.

Di negeri yang katanya adi kuasa – Amerika Serikat sekalipun, inflasi terbukti tidak terkendali sejak negeri itu mempelopori uang yang tidak lagi dikaitkan dengan cadangan emas bulan Agustus tahun 1971. Inflasi tahunan Amerika Serikat sejak tahun 1971 sampai sekarang mencapai angka rata-rata 4.37%; artinya kalau Anda punya deposito US$ yang hasilnya kurang dari angka tersebut, pasti uang Anda dalam US$-pun menyusut daya belinya dari waktu ke waktu.

Karena masyarakat tidak bisa mengandalkan pemerintah manapun di-dunia untuk melindungi simpanannya dari bahaya laten inflasi, maka masyarakat sendiri yang harus memproteksi kemakmurannya dari ancaman inflasi ini. Dengan apa masyarakat bisa melakukan ini ?; dengan bekerja giat sehingga pertumbuhan penghasilannya melebihi angka inflasi, dengan usaha yang hasil bersihnya melebih inflasi atau dengan Emas/Dinar yang appresiasi nilainya lebih tinggi dari inflasi.

Untuk kasus kita yang di Indonesia dengan inflasi 2001 -2008 pada angka rata-rata 8.98% misalnya; apresiasi harga emas dalam Rupiah tahunan rata-rata untuk periode yang sama mencapai 19.59%. Di Amerika serikat selama 38 tahun sejak 1971 dengan rata-rata inflasi tahunan 4.37% ; kenaikan harga emas dalam US$ rata-rata tahunan untuk periode yang sama mencapai 11.33%.

Jadi dimanapun Anda berada, apakah di Indonesia, Arab Saudi , Amerika Serikat atau negara-negara lain; pemerintah dimana Anda berada tidak bisa melindungi hasil jerih payah Anda dari ancaman inflasi; tetapi Anda sendiri dapat melakukannya kalau mau. Insyaallah.

10 Agustus 2009

Memahami Hasil Investasi Dengan Dinar Benchmarking Radar ...

Dalam tulisan tanggal 28 Juni 2009 saya mengutip salah satu hasil konferensi pers PBB tiga tahun lalu yang mengungkapkan bahwa 50 % asset kemakmuran dunia dikuasai oleh 2% penduduk dunia, dan sebaliknya 50% penduduk dunia hanya menguasai 1 % asset kemakmuran dunia.

Proses pemiskinan global bagi sebagian besar penduduk bumi ini tentu saja tidak terjadi secara ujug-ujug (tiba-tiba), tetapi sebuah proses panjang yang antara lain adalah melalui penurunan nilai uang kertas (inflasi) yang berdampak langsung pada penurunan daya beli masyarakat secara umum.

Ambil contoh kita yang hidup di Indonesia, dalam sembilan tahun terakhir sejak 2001 – data yang saya kumpulkan dari Biro Pusat Statistik menujukkan rata-rata inflasi kita mencapai angka 8.45%. Tertinggi tahun 2005 (17.11%), terendah insyaallah tahun ini karena sampai Juli inflasi kita baru mencapai 0.66%.

Dengan angka inflasi rata-rata 8.45%, bila penghasilan kita sembilan tahun terakhir tumbuh lebih rendah dari angka tersebut berarti daya beli kita menurun atau dalam bahasa lain kita tambah miskin. Demikian pula bila tabungan atau deposito kita memberikan hasil rata-rata kurang dari angka 8.45%, berarti sesungguhnya daya beli riil dari dana yang kita investasikan menyusut.

Penyusutan asset atau penurunan daya beli ini tidak hanya dialami oleh masyarakat perorangan, tetapi juga dialami oleh perusahaan-perusahaan atau investor-investor yang berkinerja biasa-biasa saja. Misalkan Anda menjalankan perusahan publik dengan rata-rata return 15% per tahun dalam 9 tahun terakhir, Anda mungkin sudah bangga dengan kinerja ini karena berhasil melawan inflasi. Tetapi apakah demikian menurut pemegang saham Anda ?, dengan asumsi Dividend Ratio 50% saja pemegang saham hanya memperoleh rata-rata 7.5% hasil – atau masih lebih rendah dari inflasi rata-rata.

Seandainya kita berhasil melawan inflasi-pun, belum berarti kita tambah makmur. Pasalnya adalah data inflasi yang dikeluarkan oleh pemerintahan-pemerintahan dunia, belum tentu mencerminkan kenaikan harga-harga riil yang sesungguhnya di negeri itu. Di negeri yang katanya memiliki data paling canggih sekalipun -Amerika Serikat, data statistik mereka tetap diragukan oleh warganya sampai muncul statistik bayangan pemerintah atau Shadow Government Statistics.

Di lain pihak ada bukti yang kasat mata, bahwa di dunia ini ada timbangan yang paling adil dan stabil untuk mengukur daya beli masyarakat seluruh dunia sepanjang zaman. Kita memiliki sumber datanya yang valid untuk ini yaitu hadits –hadits Rasulullah SAW. Ketika hadits-hadits tersebut menyampaikan data yang ghaib saja seperti peristiwa sesudah kematian, peristiwa di padang maqsar, surga dan neraka dst. kita sepenuhnya percaya, apalagi ketika mengabarkan sesuatu yang bersifat duniawi yang bisa kita buktikan sekarang juga – pasti kita juga percaya.

Data duniawi yang antara lain dikabarkan melalui hadits tersebut adalah daya beli Dinar yang cukup untuk membeli seekor kambing di jaman Rasulullah SAW hidup, kinipun 1 Dinar tetap cukup untuk membeli seekor kambing. Hal ini membuktikan hawa setelah lebih dari 1400 tahun daya beli Dinar terhadap barang riil adalah tetap. Maka Dinar inilah yang seharusnya menjadi tolok ukur atau benchmark kita untuk membangun kemakmuran umat sekaligus mempertahankannya dari proses pemiskinan global.

Untuk memudahkan Anda memahmi tolok ukur dengan Dinar ini, saya buat alat bantu berupa grafik diatas yang saya sebut Dinar Benchmarking Radar. Grafik type radar (rata-rata ada di program standar excel), kita bangun dari tiga lapis data. Lapis pertama adalah data appresiasi Dinar dari tahun ketahun (year on year) sejak desember 2001 – Juli 2009 (khusus untuk tahun 2009 adalah baru dari Januari sampai July), lapis kedua adalah data inflasi tahunan untuk periode yang sama; lapis ketiga adalah tingkat hasil dari investasi kita .

Bila luas bidang kita gunakan untuk mencerminkan pertumbuhan dan kita ambil titik awal adalah 2001 pada luas bidang nol ( pusat grafik), maka pada bulan Juli 2009 lalu pertumbuhan Dinar dalam Rupiah tercermin dari luas bidang kuning yang diwakilinya. Kemudian bidang hijau mencerminkan inflasi, dan bidang merah mencerminkan hasil investasi tertentu kita ( saya gunakan hasil rata-rata tabungan saya sebagi contoh).

Dari sini kita bisa tahu bahwa Dinar lebih dari cukup untuk meng-cover- inflasi (bidang kuning jauh lebih luas dari bidang hijau), sedangkan tabungan saya tidak mampu melawan inflasi (bidang merah lebih sempit dari bidang hijau). Teknik penggunaan grafik radar ini bisa kita gunakan untuk perbandingan berbagai bentuk investasi lainnya.

Kegunaan grafik Dinar Benchmarking Radar ini mirip dengan radar untuk navigasi di pesawat; dia hanya membidik sasaran yang kita tentukan sendiri. Bila sasaran yang kita tentukan dalam investasi benar (misalnya tumbuh minimal sama dengan appresiasi harga emas/dinar) – maka kita akan berusaha dan insyallah bener-bener bisa mencapai sasaran tersebut. Sebaliknya kalau sasaran kita keliru (misalnya hanya membidik tingkat inflasi), maka hasil investasi kita paling banter juga hanya akan cukup meng-cover tingkat inflasi tersebut – atau bahkan lebih sering kurang. Wa Allahu A’lam.

06 Agustus 2009

Bersiap Menghadapi Fenomena Angsa Hitam ...

Kejadiannya bermula pada tanggal 23 Desember 1913, ketika warga Amerika tengah liburan bersama keluarganya – termasuk sebagian besar anggota congress, segelintir elit di congress menyetujui dan mengesahkan Federal Reserve Act. Dengan Act ini, uang yang tadinya harus di back-up dengan emas atau perak dan hanya boleh di keluarkan oleh US Treasury, kini menjadi dikeluarkan oleh sekelompok 12 bank swasta yang disebut Federal Reserve – meskipun mereka bukan Federal dan tidak memiliki Reserve – sekedar nama untuk mengelabui masyarakat Amerika dan Dunia.

Untuk pekerjaan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang ini, Federal Reserve dibayar dengan apa yang disebut seigniorage – selisih antara biaya cetak dengan nilai nominal uang. Ironinya Federal Reserve tidak mau menerima pembayaran ini dalam bentuk uang kertas yang dikeluarkannya sendiri – karena mereka tahu uang yang dikeluarkannya tersebut sebenarnya tidak bernilai. Mereka hanya mau menerima pembayaran dalam bentuk Gold Certificate, yang bisa ditukar dengan satu benda saja yaitu Emas !.

Agar tidak menyolok mata, maka pembayaran ini dicicil dengan 1 % cadangan emas negeri itu per tahun. Nampaknya kecil – hanya 1 % ; tetapi ini berarti kemampuan negeri itu untuk membayar emas ke Federal Reserve hanya bisa bertahan selama 100 tahun saja. Artinya sesudah itu pemerintah Amerika akan kehabisan cadangan emasnya , tidak ada lagi yang dipakai untuk membayar Federal Reserve - maka akan berakhirlah system financial dunia ala Federal Reserve ini. Seratus tahun tahun sejak Desember 1913 adalah Desember 2012, yang konon bertepatan dengan ramalan bangsa Maya – bahwa tahun 2012 adalah waktu berakhirnya kehidupan di bumi.

Kita tidak percayai ramalan bangsa Maya ini tentu saja; tetapi kita percaya sepenuhnya janji yang disampaikan di Al-Qur’an bahwa Allah memusnahkan riba (QS 2 : 276). Maka bisa jadi system finansial ribawi di seluruh dunia yang dikomandoi IMF dan Amerika dengan Federal Reserve-nya memang akan segera berakhir.

Sebelum system finansial ribawi ini berakhir, tentu akan didahului oleh goncangan demi goncangan atau kejadian-kejadian yang sangat luar biasa di dunia finansial. Maka tidak kurang dari pelaku industri keuangan terkemuka Morgan Stanley, memprediksi hal ini dengan hasil risetnya yang beberapa waktu lalu diterbitkan sebagian di Financial Times. Berikut kesimpulan mereka :

Setelah para pengambil keputusan di seluruh dunia membanjiri ekonomi mereka dengan berbagai stimulus moneter dan fiskal, secara konvensional maupun non-konvensional, kami berpikir akan cukup bernilai untuk mulai meng-eksplorasi – munculnya angsa hitam (black swan event) berupa inflasi yang sangat tinggi atau hyperinflation. Meskipun kita tidak menghendaki kejadian ini bener-bener terjadi, namun risiko hiperinflasi kini menurut pandangan kami sudah tidak bisa diabaikan lagi”.

Teori Angsa Hitam (Black Swan Theory) ini diambil dari buku The Black Swan karya Nassim Nicholas Taleb yang mendasarkan bahwa umumnya angsa berwarna putih, jadi kalau ada angsa berwarna hitam – maka ini adalah kejadian yang luar biasa. Kejadian-kejadian besar dunia positif maupun negatif seperti perang Dunia I, diperkenalkannya komputer, diperkenalkannya internet – semua bisa dijelaskan dengan Teori Angsa Hitam ini.

Munculnya angsa hitam ini apakah berdampak positif ataun negatif terhadap diri kita , tergantung dari sudut pandang dalam melihat suatu peristiwa. Angsa hitam atau hal yang luar biasa bagi seseorang, bisa jadi angsa putih atau hal yang biasa bagi orang lain.

Di dunia keuangan, hanya Dinar yang bisa merepresentasikan angsa putih – tetap putih sepanjang zaman karena nilai atau daya belinya tidak pernah terguncang – lebih dari 1400 tahun tetap setara dengan satu ekor kambing. Sebaliknya untuk orang seusia saya saja, telah menemui setidaknya dua angsa yang bener-bener hitam dalam keuangan – yaitu peristiwa sanering 1965/1966 dan krisis 1997/1998.

Jadi kita sebenarnya bisa mengubah angsa hitam menjadi angsa putih; krisis setahun terakhir misalnya – tidak lagi menjadi angsa hitam bagi para pengguna Dinar – maka insyaallah kita siap untuk menghadapi munculnya Angsa Hitam-Angsa Hitam kedepan. Insyaallah.

05 Agustus 2009

Uang Swasta vs Uang Negara ...

Dalam salah satu bukunya – The Road To Serfdompemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi tahun 1974 Friedrich August von Hayek (1899-1992) memprediksi akan keunggulan ‘uang swasta’ sebagai berikut : “Saya menjadi semakin yakin, jauh melebihi keyakinan saya sebelumnya, bahwa bila kita akan memiliki uang yang baik, uang ini tidak akan berasal dari pemerintah, uang ini akan dikeluarkan oleh perusahaan swasta. Hal ini karena menyediakan uang yang baik, uang yang dapat dipercaya dan dapat digunakan bagi masyarakat, tidak hanya menjadi usaha yang menguntungkan, tetapi menuntut disiplin yang tidak pernah ditunjukkan oleh pemerintah yang mengeluarkan uang selama ini”.

Beberapa puluh tahun kemudian, pendapat serupa dilontarkan oleh dewanya ekonom futuristik barat John Naisbitt dalam bukunya Mindset : “Monopoli terakhir yang akan ditinggalkan umat manusia adalah monopoli uang nasional (sekarang uang fiat). Umat manusia akan meninggalkan uang nasionalnya – uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik – dan menggantinya dengan uang private yaitu benda-benda riil yang memiliki nilai intrinsik.

Ironisnya adalah pendapat-pendapat para ekonom yang sangat mumpuni dibidangnya ini, tidak terlalu banyak mendapat perhatian dari masyarakat barat sendiri. Mereka tetap asyik dengan uang fiatnya, padahal penurunan nilainya dari waktu ke waktu sudah begitu jelas.

Penurunan nilai uang ini tidak terlepas dari ketidak disiplinan pemerintah dalam mencetak uang seperti yang diungkap oleh F.A. Hayek tersebut diatas; setahun terakhir misalnya, sungguh sangat nyata apa yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serrikat. Kombinasi dari langkah-langkah US Treasury dan the Fed yang telah membelanjakan, menjamin atau menjanjikan tidak kurang dari US$ 13 trilyun – secara praktis telah menggandakan jumlah uang US$ hampir dua kalinya.

Dampak dari penggandaan jumlah uang ini adalah tentu penurunan nilai dari uang yang dipegang oleh masyarakat; siapa yang dirugikan ?, ya semua pihak yang saat ini memegang US$. Hal inilah yang ratusan tahun lalu juga telah diingatkan oleh Ibnu Taimiyyah : Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.

Lantas apakah pihak swasta yang sadar akan hal ini akan rame-rame mencetak uang-nya sendiri ?, saya rasa tidak. Kemungkinan yang terjadi adalah seperti prediksinya John Naisbitt tersebut diatas, masyarakat akan meninggalkan uang yang dicetak oleh pemerintah – tetapi tidak lari ke uang yang dikeluarkan oleh swasta – karena negeri manapun tidak akan mengijinkan swasta mengeluarkan uang.

Sebagai gantinya masyarakat akan menggunakan benda-benda riil dengan nilai intrinsik untuk ber transaksi. Langkah-langkah persiapan ‘barter’ modern ini sudah dimulai oleh pihak swasta maupun oleh negara-negara yang telah mengantisipasi problem yang akan segera timbul dengan uang pemerintah. Penggunaan benda riil untuk transaksi ini tidak melanggar hukum negeri manapun. Sebagai contoh kita biasa nukar mobil yang lama dengan yang baru (trade-in), di desa orang nukar sapi kecil ke yang lebih besar, di dunia penerbangan orang menukar mileage dengan souvenir dst.dst.

Bahkan dalam Islam, perdagangan benda riil dengan benda riil ini menjadi rujukan utama dalam dunia perdagangan dan keuangan. Dalam Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.

Umat Islam sudah seharusnya menjadi yang paling siap dalam meng-implementasikan perdagangan dengan ‘alat tukar’ benda riil bernilai intrinsik, karena ini telah diajarkan langsung oleh Uswatun Hasanah kita Rasulullah SAW melalui hadits tersebut diatas. Dinar emas yang kini mulai menyebar luas di masyarakat, insyallah akan menjadi instrumen yang paling praktis dan terpercaya dalam perdagangan modern yang akan datang. Amin

03 Agustus 2009

Apresiasi Nilai Dinar dalam Hampir 2 Tahun ..

Dalam berbagai kesempatan, saya banyak membuat analisa harga Dinar untuk jangka panjang bahkan sampai 40 tahun; harga-harga tersebut umumnya adalah harga Dinar teoritis yang dihitung berdasarkan harga emas dunia dan nilai tukar mata uang asing yang berlaku saat itu. Meskipun data-data tersebut sangat akurat dan valid karena diambil dari sumber-sumber data yang terpercaya, tetap saja harga-harga jangka panjang tersebut adalah harga teoritis – bukan nilai tukar Dinar yang benar-benar ditransaksikan.

Nilai tukar Dinar yang benar-benar ditransaksikan baru kami kumpulkan secara systematis sejak bulan September 2007, bersamaan waktu itu dengan peluncuran layanan informasi harga Dinar via SMS yang kami berikan secara gratis ke masyarakat peminat/pengguna Dinar. Beberapa bulan kemudian, informasi ini kami tampilkan pula di web sehingga bisa lebih detil dan lebih mudah pengoperasiannya.

Menarik diikuti kalau kita tengok kebelakang sejak data tersebut terkumpul. Nilai tukar Dinar yang tampil pertama kali via sms gateway kami adalah Rp 940,000 pada tanggal 14/09/07, pada update terakhir tanggal 01/08/09 angka tersebut telah menjadi Rp 1,343,760 atau mengalami kenaikan 43 % untuk waktu hampir dua tahun (23 bulan ).

Kenaikan ini adalah murni apresiasi nilai dari Dinar itu sendiri, bagi Dinar yang diinvestasikan lebih lanjut seperti dalam program Qirad – maka ada bagi hasil juga yang besarannya antara 3 % - 4 % diluar apresiasi nilai tersebut.

Dalam dua tahun terakhir, puncak harga emas tahunan keduanya terjadi di bulan Maret. Tanggal 17 Maret 2008 harga Dinar mencapai Rp 1,308,600 dan tanggal 2 Maret 2009 harga Dinar mencapai Rp 1,613,530.

Dengan hasil apresiasi nilai yang self-explanatory ini, insyaallah menjadi mudah bagi pengguna atau peminat Dinar untuk mengambil keputusan investasinya.

01 Agustus 2009

Kemana Harga Emas Akan Berayun ..??

Harga emas dalam jangka panjang, satu tahun atau lebih berdasarkan statistik memiliki trend naik – yang semakin panjang waktunya semakin jelas pula trend-nya. Namun kenaikan ini tidak mengikuti jalan lurus, melainkan berayun seperti berayunnya bandul pada jam dinding.

Berayunnya harga emas di pasar dunia terjadi karena mekanisme pasar secara umum. Diperkirakan dari sekitar 170,000 ton emas dunia; 17 %-nya (28,900 ton) dipakai untuk investasi dan sekitar 18 % (30,600 ton) untuk cadangan emas bank sentral, sisanya untuk perhiasan, industri dlsb. Emas untuk investasi yang sekitar 28,900 ton tersebutlah yang utamanya menggerakkan ayunan harga emas ini.

Ketika harga emas tinggi, investor emas yang ingin mengambil untung (profit taking) melepas emasnya; karena ini dilakukan serentak oleh sejumlah besar investor – maka harga terdorong turun (berayun turun) sampai suatu titik yang dipersepsikan sebagai titik terendah.

Ketika harga dianggap terlalu rendah, investor membeli emas kembali secara berame-rame yang otomatis mendorong harga emas naik. Karena bersamaan dengan gerakan ayunan mekanisme pasar ini uang yang dipakai membeli emas nilainya turun (mengalami inflasi), maka ayunan keatas akan mencapai titik yang lebih tinggi dari titik tertinggi sebelumnya.

Fenomena ini dapat dijelaskan dengan dua grafik di tulisan ini; grafik pertama dihasilkan dengan membandingkan harga emas sekarang dengan bulan lalu (monthly); harga sekarang dengan enam bulan lalu (half yearly) dan harga sekarang dengan tahun lalu (yearly). Hal yang sama dilakukan setiap bulan selama 10 tahun terakhir (120 bulan). Hasilnya bisa kita lihat bahwa perbandingan bulanan lebih sering berayun dari angka positif ke negatif dan sebaliknya, dibandingkan dengan tengah tahunan apalagi tahunan.

Dari 120 bulan terakhir yang dijadikan sample; perubahan bulanan menunjukkan 38 bulan (32 %) di angka negatif sedangkan sisanya 82 bulan (68 %) berada di angka positif. Untuk periode perubahan semester-an, hanya 22 bulan (18 %) dari 120 bulan yang negatif – sisanya 98 bulan (82 %) berayun di angka positif. Untuk periode perubahan tahunan lebih jelas lagi, hanya 5 bulan (4 %) dari 120 bulan yang berada di area ayunan negatif – sisanya 115 bulan (96 %) berada di angka positif.

Apa maknanya angka-angka ini ? bila Anda membeli emas sekarang dan menjualnya di bulan depan, maka secara statistik peluang untung Anda adalah 68 %, peluang ruginya 32%. Bila Anda jual enam bulan yang akan datang peluang untungnya adalah 82 % dan peluang ruginya 18%, dan bila dijual 1 tahun yang akan datang maka peluang untungnya adalah 96% dan peluang ruginya 4%. Ini adalah dengan catatan biaya modal atau cost of fund Anda adalah nol, atau uang yang Anda investasikan adalah uang sendiri. Bila uang yang Anda investasikan adalah dari hutang atau gadai, lain lagi ceritanya.

Selain dari faktor peluang rata-rata ini, faktor waktu juga menjadi sangat penting. Ketika bandul jam berada pada suatu ujung, maka dia akan otomatis balik berayun kearah sebaliknya menuju ujung yang lain. Perhatikan kembali dengan teliti grafik diatas khususnya pada garis bulanan yang berwarna kuning, dalam sepuluh tahun terakhir ujung paling rendah hampir selalu berkisar pada bulan juni tahun yang bersangkutan. Ini terkait dengan tulisan saya dengan judul "musim membeli emas", sekarang kita sudah berada pada bulan Agustus – dan bandul jam dinding sudah mulai berayun balik dari titik terendah menuju titik tertinggi berikutnya – inilah waktu-waktu yang paling baik untuk membeli emas/Dinar setidaknya berdasarkan perjalanan statistik 10 tahun terakhir.

Well, sekali lagi saya tidak bermaksud meramalkan masa depan karena hanya Allah-lah yang tahu ilmu masa depan itu. Saya hanya mengolah fenomena statistik, dan berusaha memahami bagaimana mekanisme pasar mempengaruhi ayunan harga emas dari waktu ke waktu. Saya bisa saja salah dalam memahami hal ini, karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga emas yang tidak semuanya bisa diolah / dipahami dari angka-angka statistik.

Oleh karenanya pendapat atau analisa saya tidak harus diikuti, bahkan saya tidak bertanggung jawab bila ada yang rugi karena mengikuti pendapat/analisa saya – sebagaimana saya tidak minta bagian apabila ada yang untung besar dari pemanfaatan hasil analisa ini … Wa Allahu A’lam.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.