Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

30 Juli 2010

Menduga Harga Emas Dari Pergerakan Barang Di Laut...

Diluar data-data resmi pemerintah yang umumnya digunakan untuk indikator ekonomi seperti angka inflasi, tingkat pengangguran, indeks harga konsumen dlsb., para ekonom juga sering menggunakan data lain yang tidak biasa digunakan sebagai indikator ekonomi - namun tidak kalah akurat atau bahkan sering lebih akurat dalam menggambarkan situasi ekonomi global yang sesungguhnya. Diantara data yang tidak biasa ini adalah indeks biaya pengangkutan laut yang dikeluarkan oleh Baltic Exchange - London.

Indeks yang disebut Baltic Dry Index (BDI) ini menggambarkan tingkat biaya pengangkutan laut dari seluruh dunia. Setiap hari data ini dikumpulkan oleh Baltic dari sejumlah besar broker pengangkutan laut di seluruh dunia, jadi data ini sangat akurat dan up-to-date. Bahkan keakuratan dan ke – up – to -date-annya menyerupai pergerakan harga emas dunia, sehingga dari kedua data ini bisa dianalisa korelasinya.

Bagaimana BDI ini bisa bercerita tentang ekonomi dunia ?, Jumlah kapal-kapal pengangkut di seluruh dunia tidak bisa bertambah atau berkurang secara drastis, artinya supply kapasitas kapal relatif stabil atau kalau toh bertambah, bertambah secara gradual dengan persentase pertambahan yang sangat kecil. Dari supply kapasitas pengangkutan yang relatif stabil tersebut, bila jumlah barang yang perlu diangkut (demand pengangkutan) besar maka harga akan naik – dan sebaliknya bila jumlah barang yang perlu diangkut sedikit maka – akan terjadi persaingan yang hebat antar perusahaan pengangkutan laut sehingga harga pengangkutan akan jatuh.

Ketika dunia mengalami krisis ekonomi secara serius , konsumsi barang dunia berkurang drastis sehingga yang perlu diangkut di laut juga turun secara drastis pula. Harga-harga pengangkutan laut-pun anjlog oleh sebab demand yang rendah. Perhatikan grafik BDI dibawah untuk catur wulan terakhir 2008.

Dua Tahun BDIDua Tahun BDI

Setelah itu dunia berusaha melakukan recovery dengan susah payah seperti yang ditunjukkan periode dua tahun terakhir dari grafik tersebut diatas. Bila kita perbesar grafik tersebut untuk melihat perkembangannya selama enam bulan terakhir, kita akan melihat seperti pada grafik yang kedua dibawah. Dimana terjadi penurunan demand lagi dalam dua bulan terakhir – meskipun tidak separah akhir 2008.

6 Bulan BDI

6 Bulan BDI

Lantas apa hubungannya informasi yang tersurat dan yang tersirat dari BDI tersebut dengan harga emas dunia ?. Normal-nya harga emas akan mengikuti harga komoditi fisik lainnya, bila harga –harga komoditi rendah karena demand yang turun – maka demikian pula yang akan terjadi pada harga emas.

Hal ini bisa ditunjukkan dengan grafik ketiga dibawah, dimana pada grafik BDI yang pertama diatas saya timpakan dengan grafik harga emas dunia pada periode yang sama. Tidak sama persis tetapi kita bisa melihat kemiripan pola-nya satu sama lain.

Gold vs BDI

Gold vs BDI

Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhinya selain semata oleh supply and demand, bisa jadi dua grafik tersebut (Gold dan BDI) akan berhimpitan satu sama lain. Namun karena harga emas lebih rentan dipengaruhi isu sesaat dibandingkan harga-harga pengangkutan laut, maka dari waktu ke waktu terjadi perbedaan arah dari dua grafik tersebut.

Dua minggu terakhir misalnya, arah grafik BDI sudah balik keatas – namun arah grafik emas malah kebawah – inilah yang saya sebut faktor selera dalam tulisan saya dua hari lalu dengan judul “Harga Emas : Antara Selera dan Realita...”. Setelah ‘selera’ sesaat tersebut berlalu, maka grafik emas akan kembali ke fitrah-nya yaitu naik !.

Selain faktor selera tersebut diatas ada perbedaan lain yaitu adanya dorongan keatas pada harga emas yang tidak dimiliki oleh BDI , perhatikan misalnya pada periode setahun antara Mei 2009 – Mei 2010. Apa yang menyebabkan dorongan keatas ini ?, inilah faktor inflasi atau penurunan daya beli uang kertas. BDI diukur dengan uang kertas dengan asumsi daya belinya stabil, sedangkan harga emas yang diukur dengan uang kertas pula akan kelihatan naik – bukan karena nilainya yang naik, tetapi oleh daya beli uang kertas yang sejatinya turun.

Jadi akan kemana arah harga emas, hari-hari , minggu-minggu atau bulan-bulan kedepan ?, salah satunya dapat diduga dari ujung grafik BDI tersebut keatas. Wa Allahu A’lam.

28 Juli 2010

Harga Emas : Antara Selera dan Realita...

Sejak saya belajar ilmu pertanian 30 tahun lalu sampai sekarang, daya beli petani kita tidak banyak berubah. Kebanyakan mereka masih termasuk golongan masyarakat yang memiliki daya beli terendah di negeri ini. Mengapa demikian ?, karena mereka kebanyakan mengikuti selera dalam pola tanamnya. Ketika cabe di pasar harganya tinggi, maka serentak petani rame-rame menanam cabe. Pada saat mereka panen harga jatuh karena demand cabe kan tidak serta merta naik ketika supply tinggi dari panenan yang melimpah.

Tetapi ada sekelompok teman-teman saya yang sangat sukses di bidang pertanian/perkebunan. Mereka tidak menanam sesuatu hanya karena orang lain rame-rame menanamnya. Mereka hanya menanam suatu jenis tanaman apabila sudah di riset seberapa besar pasarnya, dan siapa-siapa yang sudah akan mengisi pasar tersebut. Dengan demikian pada saat mereka panen, pasar cukup kuat menyerap hasil panennya dan harga terjaga.

Pola tanam (bisa juga dibaca : investasi) yang sama sebenarnya juga terjadi di bursa saham dan pasar emas dunia, selera (appetite) sangat mempengaruhi keputusan investasi kebanyakan investor. Turun drastisnya harga emas dunia tadi malam misalnya adalah karena secara tiba-tiba begitu banyak investor yang selera untuk mengambil risiko investasi-nya membaik.

Ketika beberapa negara Eropa diguncang krisis, para investor dihinggapi rasa ketakutan sehingga mereka rame-rame mengamankan dana investasinya sebagian di emas; permintaan emas yang melonjak saat itu mendorong harga emas tinggi selama beberapa bulan terakhir.

Kemudian ketika beberapa pekan terakhir ada kabar bahwa kondisi keuangan bank-bank besar Eropa ternyata tidak seburuk yang dibayangkan sebelumnya, karena bank-bank besar tersebut ternyata lolos stress tests – maka para investor kembali merasa aman untuk mengalihkan dananya dari safe haven emas, ke bentuk-bentuk investasi yang lebih berisiko seperti saham, mutual fund dan lain sebagainya. Itulah sebabnya harga emas yang rendah hari-hari ini, akan bersamaan dengan tingginya harga-harga di saham dan sejenisnya.

Lantas apakah kita perlu rame-rame mengikuti masyarakat investor yang memburu saham dan sejenisnya tersebut ?. Kalau saya tidak akan saya lakukan karena tingginya harga-harga saham secara global hari-hari ini juga bukan karena didorong oleh kinerja perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan saham-saham tersebut. Lagi-lagi tingginya harga saham-saham tersebut lebih banyak didorong oleh selera atau appetite para investor untuk lebih berani mengambil risiko. Ketika selera memudar (dan selera memang gampang sekali pudar oleh berbagai sebab !), maka harga saham akan kembali berguguran. Lihat tulisan saya dengan judul Pilihan Investasi : Saham atau Emas...?.

Lantas apa yang akan saya lakukan ?, belajar dari teman-teman yang sukses dibidang pertanian/perkebunan tersebut – saya akan lebih banyak mengambil keputusan berdasarkan riset pasar dan realita yang ada pada supply and demand emas secara global dan dalam jangka panjang.

Untungnya tidak seluruh riset dan realita tersebut harus kita kumpulkan dan analisa sendiri; banyak sekali kajian para pakar dibidang ini yang bisa kita baca dan pelajari analisa mereka. Salah satunya adalah yang pernah saya kumpulkan dalam satu tulisan yang berjudul Prediksi Harga Emas oleh Para Ahlinya.

Dengan memahami realita-realita semacam ini, insyaallah kita bisa memaksimalkan keputusan yang didasarkan pada informasi yang memadai (well informed decision) – bukan hanya didorong oleh selera sesaat kita. Wa Allahu A’lam.

27 Juli 2010

Trend Harga Dinar/Emas : Sejauh Mana Mata Memandang...

Pertanyaan yang terus sampai ke saya , khususnya dari para pengguna Dinar baru adalah “...kapan membeli Dinar yang paling tepat ?”. Pertanyaan sejenis pada saat harga lagi rendah seperti sekarang adalah “...apakah harga akan turun lagi ?” , kemudian pada saat harga lagi tinggi pertanyaannya adalah “...apakah harga akan terus naik ?” dan seterusnya.

Jawaban saya selalu sama yaitu Wa Allahu A’lam – dan Allah-lah yang Maha Tahu, karena seberapa ahli-pun kita, kita tidak akan bisa mengetahui apa yang akan terjadi esuk hari. Yang paling banter adalah kita memahami apa yang sudah terjadi sampai saat ini, kemudian menduga-duga apa yang selanjutnya akan terjadi. Berbagai teknik forecasting dikembangkan orang, tetap saja tidak ada yang menjamin keakuratan hasilnya.

Dari sekian banyak teknik ‘duga-menduga’ tersebut yang saya suka menggunakannya adalah analisa trendline, karena selain sederhana – di standar grafik Excel ada fasilitas ini. Anda juga bisa mengolahnya sendiri berdasarkan harga-harga emas dan nilai tukar Rupiah yang ada di pasar.

Perhatikan dua grafik dibawah contohnya yang saya olah berdasarkan data harga emas dalam US$/Oz dan harga dalam Rupiah/Gram. Grafik pertama saya ambil dari data dua tahun terakhir, trendline untuk harga emas dalam Rupiah cembung kebawah yang dapat diartikan bahwa untuk dua tahun terakhir cenderung stabil atau bahkan menurun. Sebaliknya trendline dalam US$, cekung keatas yang dapat diartikan bahwa harga dalam US$ cenderung naik secara significant.

Trend harga Emas 2 Tahun

Trend harga Emas 2 Tahun

Grafik kedua saya ambilkan data yang sama, hanya untuk periode yang lebih panjang yaitu 10 tahun terakhir. Perhatikan sekarang trendline-nya baik dalam US$ maupun dalam Rupiah; keduanya menunjukkan cekung keatas secara tajam. Artinya dalam sepuluh tahun terakhir harga emas baik dalam US$ maupun dalam Rupiah mengalami kecenderungan naik yang significant.

Trend Harga Emas 10 Tahun

Trend Harga Emas 10 Tahun

Lantas apa makna dari kedua grafik tersebut pada keputusan kita ?. Untuk dana-dana jangka panjang seperti tabungan untuk pergi haji, biaya anak sekolah, dana pensiun, tabungan untuk membeli atau memperbaiki rumah, tabungan modal usaha dlsb. insyallah akan selalu cocok untuk dikonversikan ke Dinar kapan saja.

Untuk dana jangka menengah, seperti rencana anak masuk sekolah dalam setahun dua tahun ini misalnya – maka dapat dikonversikan ke Dinar atau tetap dalam Rupiah, tidak terlalu banyak perbedaannya dari sisi daya beli – meskipun dari sisi ketenangan pikiran bisa jadi berbeda.

Untuk dana jangka pendek yaitu biaya kebutuhan rutin bulanan misalnya, atau biaya lain yang akan digunakan kurang dari setahun ini – kecuali kebutuhan tersebut dapat dibeli/dibayar dengan Dinar – maka untuk dana jangka pendek ini tetap dipertahankan dalam Rupiah akan lebih ekonomis.

Bila uang Anda saat ini masih dalam US$ ceritanya lain lagi; saya termasuk yang sangat tidak menganjurkan Anda memegang US$ baik untuk kepentingan jangka pendek maupun kepentingan jangka panjang. Dua grafik diatas menyampaikan pesan yang loud and clear (suara keras dan sangat jelas) bahwa ibarat pilot tempur dengan pesawat Dollar, kini saatnya Anda menekan tombol penyelamat dan tinggalkan pesawat Dollar Anda. Pesan yang sama-pun disampaikan PBB sebulan lalu; jadi bukan pendapat saya yang subjektif.

Pesan inipun juga tidak terlepas dari realita US$ sendiri yang di – “cetak” dalam berbagai bentuknya dengan jumlah yang sangat-sangat berlebihan dua tahun terakhir seperti ditunjukkan oleh grafik dibawah. Lagi pula kita-pun tidak membutuhkan US$ sebagai alat tukar, untuk apa pula kita pegang ?.

US$ Money Supply

US$ Money Supply

Jadi, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas sangat tergantung dari rencana investasi Anda atau kapan dana-dana tersebut Anda akan gunakan, dan tergantung pula dengan currency uang yang sekarang Anda pegang. Wa Allahu A’lam.

24 Juli 2010

Memenangi Peperangan Tidak Harus Melalui Pertempuran...

Dalam dunia militer, pertempuran (battle) di bedakan dengan peperangan (war). War dapat terdiri dari sejumlah battle. Dalam suatu peperangan, bisa saja salah satu pihak memenangi sebagian besar battle tetapi kalah dalam war – seperti yang dialami tentara Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Tetapi bisa juga suatu pihak kalah dalam ‘battle’ tetapi secara keseluruhan menang dalam war, seperti yang dialami Hamas di jalur Gaza melawan serangan Israel tahun lalu. Begitu banyak bangunan rumah, sekolah dan masjid-masjid dihancurkan zionis Israel – tetapi setelah pertempuran usai Hamas dan puluhan ribu simpatisannya merayakan dan mensyukuri kemenangannya secara besar-besaran di Damascus – sejak saat itu dunia lebih memahami dan mendukung perjuangan mereka, dunia menjadi paham bahwa Israel-lah teroris yang sesungguhnya.

Para pelaku dunia usaha khususnya di bidang pemasarannya, sering mengibaratkan apa yang mereka lakukan adalah seperti berperang dengan para pesaingnya. Sayangnya sebagian mereka (bahkan perusahaan besar sekalipun), sering tidak bisa membedakan mana yang battle dan mana yang war. Akibatnya seperti yang saya tulis dalam ilustrasi “ Uang Kertas Dan Tukang Cukur”, mereka bertempur habis-habisan sampai tidak ada pihak yang bisa meng-klaim memenangi peperangannya.

Di sisi lain, banyak sekali juga usaha-usaha yang bisa melenggang maju memenangi ‘peperangan’ tanpa harus melalui ‘pertempuran’ yang berdarah-darah. Mereka tidak perlu ‘bertempur’ untuk dapat memenangkan ‘perang’-nya sendiri (memajukan usahanya).

Bagaimana kita bisa memenangi ‘peperangan’ dalam usaha ini tanpa harus melalui ‘pertempuran’ yang menghabiskan resources kita ?. Berikut adalah lima strategy ‘perang’ tanpa ‘bertempur’ yang umumnya efektif dalam dunia usaha :

1. Create Differentiation atau buat produk barang atau jasa Anda berbeda dengan produk barang atau jasa yang ada di pasar. Ketika kami memperkenalkan Dinar misalnya, kami tidak merasa perlu bersaing dengan penyedia Dinar yang lain maupun bersaing dengan toko emas – dengan melihat/membaca situs inipun Anda sudah akan merasakan perbedaan itu.

2. Focus On The Moment of Truth, yaitu menghadirkan produk barang atau jasa kita pada saat customer mengambil keputusannya untuk membeli/memanfaatkan produk barang atau jasa tersebut. Di kami misalnya moment of truth ini adalah Anda bisa membeli ribuan Dinar atau mencairkan kembali kapan saja Anda mau- dengan harga yang transparant setiap saat tersaji di situs ini secara real time.

3. Good, Better and Best yaitu menghadirkan pilihan yang semuanya baik bagi pasar Anda. Dalam hal Dinar ini adalah ketika Anda mengalihkan uang Anda ke Dinar yang aman terhadap inflasi dan daya belinya stabil sepanjang jaman – ini adalah hal yang baik (Good); ketika Anda bisa menjualnya kembali bahkan dengan harga yang hanya 1 % - 2 % dibawah harga jual Gerai Dinar melalui transaksi antar pengguna yang sering diiklankan di situs ini – maka inilah hal yang lebih baik (Better). Ketika Anda bisa membelanjakan Dinar Anda untuk transaksi modal ke sektor riil secara mudah – seperti yang kami fasilitasi dengan transaksi Mudharabah Muqayyadah di industri perkambingan misalnya – maka inilah yang terbaik (best).

4. Value Proposition yaitu apa manfaat yang dirasakan oleh customer kita dari produk barang atau jasa tersebut; di Gerai Dinar value proposition ini kami ungkapkan dengan bahasa sederhana “Investasi dan Proteksi Nilai”; Ketika Anda berinvestasi di stock , deposito, reksadana dlsb. Anda hanya berinvestasi – angka investasi Anda bisa saja terus meningkat – tetapi ketika nilai Rupiah jatuh misalnya – maka tidak ada artinya angka besar tersebut, atau dengan kata lain nilai investasi Anda tidak terproteksi. Sebaliknya di Dinar, selain nilainya terapresiasi terus menerus – paling tidak selama dekade terakhir yang Anda dapat saksikan di data real time 10 tahunan di situs ini, nilai ini justru akan melonjak ketika Rupiah turun daya belinya. Inilah fungsi proteksi nilai itu.

5. Plan, Do, Measure and Adjust; semua hal tersebut tidak ada gunanya apabila tidak diimplementasikan. Dinar beserta implementasinya sampai transaksi riil (Best) di pasar tidak ada manfaatnya kecuali bener-bener diterapkan. Ekonomi berbasis Dinar (Dinarnomics) bukan hanya wacana, tetapi adalah hal riil yang mulai ada di masyarakat. Tentu akan memerlukan penyempurnaan terus menerus, itulah sebabnya kita terus melakukan kajian-kajian (measure) dan penyesuaian (adjust) di lapangan.

Semoga Allah memudahkan jalanNya bagi kita semua untuk terus beramal shaleh yang diridloiNya. Amin.

22 Juli 2010

Jalan Yang Mendaki Lagi Sukar...

Harian Republika edisi kemarin Rabu 21 Juli 2010 memuat data statistik yang sepintas menggembirakan, yaitu statistik Produk Domestik Bruto Per Kapita dalam sepuluh tahun terakhir yang naik hampir empat kalinya. Statistik yang diambil dari BPS ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000 PDB Per Kapita kita hanya Rp 6,751,000, akhir tahun lalu (2009) angka ini telah mencapai Rp 24,261,000.

Bertambah makmur kah rata-rata rakyat Indonesia selama 10 tahun terakhir ini ?. Di sinilah masalahnya. Bila kita melihat angka dalam Rupiah tersebut diatas yang kemudian saya sajikan ulang secara grafis dibawah, seharusnya kita telah jauh bertambah makmur selama 10 tahun terakhir.

PDB Per Kapita Dalam RupiahPDB Per kapita Dalam Rupiah

Tetapi kenyataan yang dirasakan oleh mayoritas rakyat mungkin berbeda dengan grafik tersebut. Perasaan hidup terasa tambah berat karena barang-barang kebutuhan yang semakin mahal – sangat bisa dipahami karena mungkin memang itulah yang terjadi di lapangan.

Untuk dapat melihat realita ini secara akurat, lagi-lagi Islam punya tools-nya yaitu nishab zakat. Orang yang penghasilannya melebihi nishab zakat dianggap mampu dan dia harus bayar zakat. Sebaliknya, yang penghasilannya dibawah nishab zakat dia berhak untuk menerima uang zakat. Nishab zakat ini dinyatakan dalam Dinar yaitu 20 Dinar.

Bila PDB Per Kapita kita anggap merepresentasikan penghasilan penduduk Indonesia rata-rata; maka ketika grafik diatas saya konversikan dengan Dinar hasilnya akan seperti pada grafik dibawah.

PDB Per Kapita Dalam Dinar

PDB Per Kapita Dalam Dinar

Selama sepuluh tahun terakhir, hanya dua tahun dimana PDB Per Kapita kita mampu melampaui nishab zakat yaitu tahun 2001 (20.35 Dinar) dan 2002 (21.20 Dinar). Tahun-tahun berikutnya cenderung menurun dan terendah tahun 2009 yang tinggal 16.55 Dinar. Apa maknanya PDB Per Kapita yang dibawah nishab zakat ini ?, artinya rata-rata penduduk negeri ini berhak menerima zakat dan belum wajib zakat.

Maknanya adalah rata-rata penduduk negeri ini masih tergolong miskin menurut standar Islam, dengan timbangan yang kita yakini akurat sepanjang zaman yaitu nishab zakat yang 20 Dinar tersebut.

Namun realita ini tidak perlu membuat kita bersedih atau berkecil hati karena kemiskinan tidak teratasi dengan hanya bersedih, bahkan akan bertambah parah bila kita berkecil hati. Yang kita perlukan adalah setelah sadar akan realita ini adalah apa yang bisa kita perbuat untuk ikut terlibat dalam upaya pengentasan kemiskinan tersebut.

Inilah peluang itu, kini terbuka peluang lebar bagi kita untuk menempuh jalan yang mendaki lagi sukar untuk bisa berbuat sesuatu dalam ikut memerangi kemiskinan. Membangun usaha yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya tentu tidak mudah, lebih mudah bekerja di perusahaan atau instansi yang mapan – dengan perbagai fasilitasnya.

Namun kalau mayoritas kita berpikiran demikian lantas tugas siapa untuk menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya ini ?; Tugas pemerintahkah ?. Para pemimpin negeri ini tentu akan ditanya nanti atas kepemimpinannya, namun kita sebagai individu juga akan tetap ditanya atas apa yang kita lakukan.

Ayat-ayat dibawah bukan hanya ditujukan untuk para pemimpin negeri ini, tetapi untuk kita semua. Punya jawabankah kita bila waktunya kelak kita ditanya akan hal ini ?.

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan). Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan...”. (Al-Balad 10-14)

15 Juli 2010

Balon Yang Diputus Tali, Kemana Hendak Pergi...?

Selama 2500 tahun lebih emas adalah uang bagi seluruh peradaban manusia. Bahkan setelah Perang Dunia II-pun melalui Breton Wood Agreement 1945, uang masih dikaitkan dengan emas. Seperti dalam rangkaian balon dibawah, balon pertama US$ diikat dengan emas – 1 oz setara dengan US$ 35. Kemudian rangkaian balon berikutnya (Rupiah, Yen dlsb) diikat dengan US$ atau langsung terhadap emas.

Balon-Balon  Uang Kertas

Lantas apa jadinya ketika ikatan terhadap emas tersebut diputus sejak 15 Agustus 1971 melalui kejadian yang mengguncang dunia yang disebut Nixon Shock ?, seperti balon yang dilepas dari ikatannya – harga emas terus membubung tinggi. Bila pada tahun-tahun sebelum ikatan tersebut dilepas harga emas dunia berada pada kisaran US$ 35/Oz; pada tahun 1971 ketika ikatan dilepas, harga emas mulai merangkak ke angka US$ 40/Oz – kini harga itu telah mencapai US$ 1200-an/Oz atau dalam US$ naik 30 kali-nya selama kurun waktu 40 tahun saja.

Balon Rupiah lebih tinggi lagi terbangnya. Bila pada tahun pelepasan ikatan tersebut harga emas masih dikisaran Rp 500/gram ; kini harga itu di kisaran Rp 350,000/gram atau naik 700 kalinya selama 40 tahun terakhir !.

Well, itu sejarah mata uang dan harga emas – suka atau tidak suka itulah realitanya. Yang lebih penting bagi kita adalah bukan sejarah masa lalunya, tetapi memahami kemana arah terbangnya balon-balon tersebut kedepan, sehingga kita bisa mengambil keputusan yang bijak untuk diri, anak cucu dan generasi yang akan datang. Berikut adalah poin-poin yang akan menentukan arah terbang balon-balon tersebut :

· Sampai saat ini yang nampak didepan mata adalah uang akan terus dicetak tanpa ikatan apapun di seluruh dunia – persis seperti balon, isinya adalah awang-awang (udara).

· Negara-negara di dunia terus menambah hutang, di Amerika yang uangnya (US$) digunakan untuk harga emas dunia – hutang tersebut kini telah mencapai US$ 12.8 trilyun, naik sekitar US$ 3 trilyun dari tahun sebelumnya.

· Rule of Thumb-nya setiap kenaikan hutang Amerika US$ 1 trilyun, harga emas naik sekitar US$ 125/Oz, perhatikan pada grafik dibawah untuk memahami hubungan antara US Treaury Debt ini dengan harga emas.

· Untuk memberikan hasil yang berubah, diperlukan cara yang berubah pula. Maka bila belum ada perubahan dalam system pengelolaan uang dunia – kita juga belum bisa mengharapkan adanya perubahan dalam trend harga barang-barang tidak terkecuali emas.

Gold vs  Treasury Debt

Dari fakta-fakta tersebut diatas, saya melihatnya bahwa balon-balon tersebut rasanya belum akan turun dan balik ke pengikatnya. Yang terjadi mungkin malah sebaliknya, mereka akan semakin terbang tinggi dan kemudian menghilang. Barangkali inipula yang dilihat oleh Bank for International Settlements (BIS) sehingga secara diam-diam mereka mulai ‘memasukkan’ emas sebagai ‘alat tukar’ swap-nya, mereka mulai memerlukan kembali ikatan itu !. Wa Allahu A’lam.

13 Juli 2010

Fluktuasi Harga Emas : Lain Dollar Lain Rupiah...

Ketika diawal tahun 80-an Presiden Amerika Ronald Reagan berhasil menurunkan inflasi di negaranya tinggal kurang dari ¼-nya dalam tiga tahun awal pemerintahannya (dari 13.56% ke 3.22 % !), harga emas dunia dalam US$ serta merta mengikuti trend menurun dari angka US$ 615/Oz ke titik terendah US$ 271/Oz dua puluh tahun kemudian (2001). Dan sejak diturunkan oleh Reagan tersebutlah rezim inflasi Rendah di Amerika relatif bisa dipertahankan atau setidaknya tidak kembali ke double digit seperti pada pemerintahan sebelum Reagan hingga sekarang.

Apakah ketika harga emas dunia turun selama bertahun-tahun tersebut harga emas dalam Rupiah ikut turun ?, ternyata tidak. Ketika harga emas dunia bearish (menurun) selama dua puluh tahun; harga emas di Indonesia hanya turun dua tahun saja yaitu dari kisaran Rp 11,500/Gram (1980), turun ke angka Rp 7,000/Gram (1982) dan kembali naik melebihi angka tertinggi sebelumnya Rp 12,000/Gram (1983) terus sampai puncaknya 15 tahun kemudian pada krisis moneter 1998 ketika emas berada pada kisaran angka Rp 149,000/Gr.

Pasca krisis moneter memang emas sempat turun lagi selama dua tahun sampai titik terendah Rp 58,000/Gram tahun 2000, tetapi setelah itu dari tahun ketahun harga emas naik sampai ke angka sekarang di kisaran harga Rp 350,000/Gram.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah, karena uang yang kita pakai sehari-hari Rupiah sedangkan harga emas dunia dalam US$; tidak serta merta apabila harga emas dunia mengalami penurunan – kita yang di Indonesia dengan uang Rupiah kita bisa ikut menikmati penurunan tersebut.

Sebaliknya juga demikian, ketika US$ babak belur sehingga harga emas dunia naik sampai sekitar 30% selama setahun terakhir – tidak serta merta pula harga emas kita dalam Rupiah mengikuti kenaikan tersebut. Rupiah yang lagi perkasa mampu menahan kenaikan harga emas setahun terakhir sehingga hanya mengalami kenaikan kurang lebih separuh dari kenaikan harga internasionalnya.

Perilaku harga emas dalam Rupiah yang berbeda dengan harga emas dalam US$ ini dapat lebih jelas bila dilihat dalam grafik-grafik seperti dibawah. Untuk 40 tahun terakhir, perhatikan di awal tahun 80-an sampai 2000 – dimana Rupiah tidak mengikuti trend penurunan harga emas dunia – bahkan mengalami kenaikan yang sangat significant di tahun 1998.

Trend Harga Emas 40 TahunTrend Harga Emas 40 Tahun

Untuk grafik 10 tahun terakhir – perhatika periode akhir 2008- awal 2009 ketika Rupiah sempat anjlok ke kisaran Rp 12,000-an/US$. Pada saat itu harga emas dunia turun tetapi dalam Rupiah malah melonjak naik.

Trend Harga Emas 10 TahunTrend Harga Emas 10 Tahun

Untuk grafik 1 tahun terakhir dimana Rupiah perkasa, perhatikan grafik Rupiah yang lebih landai karena mampu menahan kenaikan harga emas dalam Rupiah sekitar separuh dari kenaikannya dalam US$.

Trend Harga Emas 1 TahunTrend Harga Emas 1 Tahun

Jadi bila pendapatan kita masih dalam Rupiah, kita tidak bisa hanya mengandalkan analisa emas Global untuk memahami trend harga emas kedepan. Kita kudu paham juga tentang situasi ekonomi politik dalam negeri khususnya terkait angka-angka inflasi. Wa Allahu A’lam.

12 Juli 2010

Kembalinya Emas Secara Diam-Diam Kedalam System Keuangan Global...

Meskipun secara formal system keuangan global yang dikomandoi IMF masih melarang penggunaan emas dalam salah satu Article of Agreement-nya yang mengikat pada seluruh anggota IMF, namun rupanya secara diam-diam emas telah kembali masuk kedalam system keuangan global yang dikelola oleh IMF sendiri. Tepatnya melalui jalur Bank for International Settlement (BIS), yaitu ‘bank’-nya bank-bank sentral dunia yang bermarkas di Basel – Switzerland.

Adalah laporan BIS tutup tahun buku 31/03/2010 yang di publikasikan akhir bulan lalu (28/06/2010) yang pertama kalinya mengungkap masalah tersebut. Meskipun ngumpet dalam catatan keterangan laporan keuangannya seperti yang saya copy-kan dari laporan tahunan BIS 2010 dibawah (laporan detailnya dapat Anda download sendiri dari situs resmi BIS dengan klik disini) , realita ini mengundang berbagai pertanyaan besar dan spekulasi serius tentang masa depan system keuangan global.

Gold Swap in BIS

Gold Swap in BIS

Dibagian yang saya beri tanda diatas, disitu dijelaskan bahwa the Bank (maksudnya BIS) memegang 346 ton emas tahun buku terakhir ini (yang tahun sebelumnya masih Nol !) terkait dengan operasi Gold Swap – dimana bank menukar currencies dengan emas fisik. Pertanyaan besarnya adalah emas siapa ini ?. Harian ekonomi terkemuka the Wall Street Journal misalnya memberitahu analis Kitco – bahwa Gold Swap tersebut dilakukan antara BIS dengan bank swasta.

Justru tambah mencurigakan karena dari data yang dimiliki Kitco (pemain emas yang database-nya paling menjadi referensi dunia) tidak ada satu bank swasta-pun di dunia yang didalam kekayaannya memiliki asset emas secara fisik senilai 346 Ton tersebut (dengan harga emas sekarang kurang lebih senilai US$ 13.5 Milyar !). Jumlah ini juga setara kurang lebih 4.7 kali cadangan emas yang dimiliki bank sentral Indonesia.

Walhasil besar kemungkinan bahwa emas tersebut adalah milik suatu negara atau beberapa negara yang mengalami kesulitan keuangan serius sepanjang tahun buku 2009/2010. Kita tahu yang mengalami kesulitan keuangan pada periode tersebut dengan berbagai tingkatannya antara lain adalah Yunani, Portugal, Irlandia, Spanyol, Italy, Inggris dan bahkan Amerika – maka boleh jadi emas di kantong BIS tersebut berasal dari salah satu atau beberapa negara tersebut.

Lantas mengapa yang di swap bukan antar beberapa currency seperti pada umumnya, tetapi kali ini suatu currency dengan emas ?. Disinilah proses kembalinya emas dalam system keuangan global itu mulai; ketika satu atau beberapa currency – alat tukar sesaat – dari suatu negara atau beberapa negara tidak lagi bisa dipercayai – maka apa yang bisa disetor oleh negara tersebut untuk ditukar dengan currency negara lain yang masih bisa dipercayai ?, emas-lah jawabannya yang paling mudah , paling praktis dan paling bisa dipercaya.

Karena hal ini sudah terjadi pada tingkat BIS secara diam-diam; maka besar kemungkinan ini akan juga bisa terjadi pada system keuangan ditingkat bawahnya (dalam suatu negara) dan seterusnya.

Lantas mengapa pula hal-hal tersebut seolah dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi di jaman yang serba transparan ini ?. Bisa dibayangkan memang betapa dasyat-nya dampak dari tidak dipercayai-nya currency suatu negara – bagi ekonomi negara tersebut – bila hal ini dilakukan secara terang-terangan. Mata uang negara-negara tersebut bisa langsung jatuh seperti yang kita alami tahun 1997/1998 atau bahkan lebih buruk lagi.

Jadi memang tidak terlalu penting bagi kita untuk tahu siapa yang mata uangnya tidak lagi dipercayai oleh BIS tersebut diatas - sehingga harus menyetorkan emasnya untuk ditukar currency lain yang dibutuhkan, namun yang jelas kini kita telah mendapatkan lagi satu tambahan bukti – bahwa mata uang yang sesungguhnya, yang paling bisa dipercayai ketika yang lain tidak bisa dipercayai adalah mata uang yang berupa emas/Dinar ini. Wa Allahu A’lam.


09 Juli 2010

Pilihan Investasi : Saham Atau Dinar/Emas...?

Ini adalah salah satu pertanyaan yang sangat sering sampai ke saya, yaitu pembaca yang menanyakan pilihan investasi antara bermain saham atau investasi Dinar. Jawaban saya adalah tergantung dengan tujuan investasi Anda; bila Anda suka yang bergejolak jangka pendek – bisa untung besar tetapi juga rugi besar – barangkali saham pilihannya. Tetapi bila Anda menghendaki pertumbuhan nilai asset jangka panjang – dinar-lah jawabannya.

Biasanya pertanyaan berikutnya adalah, lho dinar kan sama juga bergejolak – bisa untung besar dan rugi besar juga kan...?. Disinilah bedanya !, untuk jangka pendek dinar memang bergejolak sama dengan saham, tetapi trend jangka panjangnya jelas keatas. Sebaliknya saham, dia bergejolak di tempat tanpa diiringi oleh trend jangka panjang keatas.

Untuk menjelaskan hal ini saya tampilkan data 10 tahun terakhir dari pasar internasional , karena harga emas kita maupun harga saham di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh pasar dunia. Data emas saya ambilkan dari Kitco, sedangkan untuk representasi data saham saya ambilkan dari Index yang paling terkenal di dunia yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA). Hasilnya saya sajikan pada grafik dibawah.

Gold vs DJIA

Gold vs DJIA

Perhatikan gejolak saham selama sepuluh tahun terakhir, dia bergejolak sangat significant. Pernah mencapai angka 13,930 bulan October 2007 dan turun tinggal 7,062 pada bulan Februari 2009 – nyaris tinggal separuh dari angka tertingginya. Bila ditarik garis dari Januari 2000 (10,940) , angka rata-rata bulanan DJIA saat ini masih turun sekitar 8 %, yaitu pada angka 10,138.

Artinya apa angka-angka ini ?, bila Anda invest saham di pasar saham internasional sejak Januari tahun 2000, dan Anda pertahankan sampai sekarang – secara rata-rata kurang lebih asset Anda tersebut tidak mengalami pertumbuhan dan bahkan mengalami sedikit penurunan.

Lantas bagaimana dengan dinar/emas; well untuk jangka pendek sama bergejolak-nya. Tetapi trend kenaikan jangka panjangnya sangat jelas. Bila Anda investasi emas januari 2000, bareng dengan investasi saham Anda tersebut diatas. Yang disaham nilainya kurang lebih sama atau bahkan turun sedangkan yang di emas nilainya naik lebih dari empat kalinya; dari rata-rata bulanan di kisaran US$ 284/oz (Januari 2000) ke angka US$ 1,204 (rata-rata bulanan saat ini – Juli 2010).

Lebih jelas lagi adalah apa yang disebut Dow Gold Ratio (DGR) yang saya sajikan dengan menggunakan basis data yang sama dengan grafik diatas. Bila pada Januari 2000 angka DGR berada pada kisaran 38 , saat ini angka tersebut tinggal di kisaran 8.45. Artinya seandainya 1 gram emas tahun 2000 mendapatkan 1 lembar saham PT. XYZ yang merupakan perusahaan rata-rata di tingkat dunia ; maka 1 gram emas yang sama saat ini dapat untuk membeli kurang lebih 4.5 lembar saham perusahaan tersebut pada harganya saat ini.

Dow Gold RatioDow Gold Ratio

Beda analis tentu bisa sangat beda pendapatnya mengenai pilihan investasi ini; tetapi data yang reliable dari sumber yang terpercaya – insyallah akan lebih memudahkan Anda dalam menentukan pilihan investasi Anda !. Meskipun pilihan antara dua investasi tersebut diatas jelas , ada pilihan investasi lain yang bisa jadi lebih baik lagi - seperti sektor riil yang Anda kelola langsung dengan baik - bukan hanya untung, insyaallah juga lebih barakah !. Wa Allahu A'lam.

06 Juli 2010

Perubahan Musim Pada Harga Emas...

Dahulu waktu saya kecil, petani-petani di desapun seolah dapat memprediksi kapan hujan mulai turun dan kapan berhentinya. Dengan demikian mereka bisa merencanakan pola tanam-nya secara akurat. Kini empat puluh tahun kemudian, perubahan musim ini sulit sekali di prediksi bahkan dengan teknologi tinggi sekalipun. Sekarang kita berada di bulan Juli, musim hujan mestinya sudah berakhir empat bulan lalu – tetapi sekarang hujan deras dan banjir masih melanda di beberapa wilayah.

Seperti juga pada musim hujan dan kemarau, naik turunnya harga emas seharusnya predictable karena harga emas adalah cermin bagi harga komoditi-komoditi kebutuhan utama manusia. Ketika komoditi banyak dibutuhkan (demand tinggi) misalnya pada musim dingin di belahan bumi utara (di musim dingin orang butuh lebih banyak makanan, pakaian dan energi) – harga emas akan cenderung naik, lihat statistiknya pada tulisan saya sebelumnya “Musim Membeli Emas...”. Musim harga emas rendah mestinya juga sudah mulai berlangsung sejak empat bulan lalu Karena di belahan bumi utara – yang secara umum penduduknya lebih makmur – musim dinginnya telah berakhir di bulan Maret.

Apa yang sebenarnya terjadi secara cepat dalam beberapa tahun belakangan – yang tidak (belum) terjadi selama puluhan tahun sebelumnya ?. Untuk perubahan musim hujan, biarlah para ahli meteorology dan geofisika yang menjelaskannya.

Untuk tinggi rendahnya harga emas yang nampaknya tidak lagi mengikuti musim, para ekonom dan pelaku pasar punya teorinya sendiri-sendiri. Diantara sekian banyak teori, berikut saya sarikan benang merahnya :

· Dimasa ekonomi stabil dan relatif tidak bergejolak seperti yang dialami dunia dalam beberapa dasawarsa yang lewat – orang comfortable untuk menaruh uangnya dalam mata uang fiat dan memutarnya dalam berbagai usaha yang menguntungkan. Emas hanya dibeli dalam jumlah secukupnya untuk diversifikasi asset, bahan perhiasan dlsb.

· Ketika ekonomi dunia bergejolak hebat seperti yang terjadi dalam dua tahun terakhir, ada jenis kebutuhan emas yang baru yang tiba-tiba meningkat yaitu kebutuhan untuk safe haven – tempat melabuhkan asset secara aman.

· Ketika kebutuhan emas untuk safe haven ini yang dominan di pasar, maka harga emas menjadi mudah sekali bergejolak. Mudah sekali di terpa isu, sehingga yang mempengaruhi harga emas bukan lagi faktor yang bersifat fundamental – tetapi lebih banyak pada persepsi sesaat dari para pelaku pasar.

Karena faktor-faktor penyebab tersebut akan tetap terjadi atau bahkan dalam severity (tingkat pengaruh) yang lebih kuat dan frequency yang lebih sering, maka harga emas akan terus bergejolak hebat dalam jangka pendek. Namun arah jangka panjangnya (setahun lebih) nampak jelas sekali dorongan keatasnya.

Emas Setahun Terakhir

Emas Setahun Terakhir

Lihat pergerakan setahun terakhir pada grafik diatas misalnya. Pada bulan Desember 2009 lalu, harga emas dunia sempat naik mencapai US$ 1,226/Oz tetapi juga sempat turun ke angka US$ 1,083/Oz atau sempat turun dalam rentang 12 % di bulan tersebut. Namun secara keseluruhan bila kita tarik waktu setahun terakhir – harga emas dunia naik sekitar 30 %-an yaitu dari kisaran harga US$ 920/Oz awal Juli 2009 ke angka US$ 1,205/Oz saat ini.

Untuk bulan ini dan bulan depan, saya sendiri berharap masih ada musim harga emas rendah – meskipun hanya dua bulan – bukannya enam bulan seperti di masa lalu. Tepatnya berapa, tidak ada yang bisa tahu secara pasti – hanya berdasarkan pergerakan harga setahun terakhir – nilai terendah kedepan kemungkinan besarnya tidak sampai menyentuh garis hijau pada grafik diatas. Wa Allahu A’lam.

05 Juli 2010

Inflasi Dan Pak Ogah...

Tahun 80-an ada film seri boneka yang sangat terkenal di TVRI yaitu Si Unyil. Selain tokoh-tokohnya yang terkenal seperti Si Unyil sendiri dan teman-temannya, ada tokoh lain yang kemudian sampai kini melahirkan sebuah ‘profesi’ tersendiri di masyarakat yaitu yang disebut Pak Ogah.

Disebut Pak Ogah karena setiap kali ada pekerjaan dia menghindar dengan bahasanya yang khas “Ogah aah...”. Pak Ogah ini kemudian pekerjaannya nongkrong di gardu dan suka meminta uang kepada anak-anak yang lewat dengan ucapannya “Cepek Den...”. Cepek yang berarti uang Seratus Rupiah, di tahun 80-an adalah uang yang cukup berharga – nilainya kurang lebih setara dengan 1/1000 (1 per mil) Dinar. Pada dasawarsa tersebut Cepek adalah uang receh terkecil yang paling mudah di dapat.

Kemudian ketika tahun 80-an akhir mulai ada anak-anak muda ‘kreatif’ , yang pekerjaannya ‘njagain’ putaran-putaran jalan; belokan atau persimpangan yang tidak di jaga polisi, lokasi jalan rusak dan lain sebagainya dimana pengemudi harus melambatkan kendaraannya – maka ‘profesi’ anak-anak muda tersebut secara umum disebut Pak Ogah. Entah siapa yang mulai menyebutnya demikian, tetapi yang jelas pastilah tokoh Pak Ogah dalam film si Unyil yang meng-‘ilhami’ masyarakat untuk menyebutnya sebagai Pak Ogah untuk jenis pekerjaan ini.

Kini 20-30 tahun kemudian, profesi tersebut merajalela di seantero negeri. Sebagian keberadaannya sangat dibutuhkan, misalnya ada jalan yang hanya bisa dilalui satu kendaraan – anak-anak muda ini kreatif mengaturnya agar kendaraan yang lewat dapat bergantian. Sebagian lain sangat mengganggu, misalnya di jalan raya besar antar provinsi – dipasangi drum di tengah jalan agar orang melambatkan kendaraannya – kemudian dimintain uang.

Yang kemudian juga menarik untuk kita ambil pelajaran adalah ‘tarif’ mereka-mereka ini. Tarif atas pekerjaan mereka ini tidak ditentukan oleh mereka sendiri, tetapi oleh satuan mata uang terkecil yang paling mudah di peroleh. Mengapa demikian ?, karena pengguna jalan pada dasarnya enggan mengeluarkan biaya seperti ini – maka uang receh terkecil yang ada di mobil-lah yang paling umum diberikan.

Bila tahun 80-an tarif mereka Cepek karena uang receh terkecil yang paling mudah diperoleh saat itu adalah pecahan koin Rp 100,- ; kini pecahan uang Rupiah yang paling mudah diperoleh sudah beranjak antara Rp 1.000,- sampai Rp 2.000,-.

Hampir setiap hari saya berkendara jarak tempuhnya kurang dari 10 km, sekali jalan saya harus menyiapkan minimal 3 uang receh untuk para Pak Ogah di jalan-jalan yang saya lalui. Karena uang Rp 1.000,- an semakin sulit di peroleh ; maka sering-sering uang Rp 2.000,- lah yang kita berikan untuk mereka. Ini berarti tarif rata-rata mereka kini adalah Rp 1.500,- atau tetap sekitar 1/1000 (atau 1 per mil) Dinar .

Inilah fakta itu, bahwa tarif untuk Pak Ogah-pun secara otomatis menyesuaikan dengan inflasi uang fiat. Bila sejak akhir 80-an hingga kini tarif rata-rata Pak Ogah telah naik 15 kalinya (dari rata-rata Rp 100,- ke rata-rata Rp 1.500,-) dalam uang fiat Rupiah; dalam Dinar konversinya tetap kurang lebih setara 1/1000 (atau 1 per mil) Dinar.

Apa makna angka-angka ini pada biaya hidup kita ?. Bukan hanya ongkos untuk Pak Ogah yang naik 15 kalinya sejak akhir 80-an hingga kini; tetapi seluruh biaya hidup kita sehari-hari kurang lebih mengalami kenaikan seperti ini.

Bila pengelolaan dana jangka panjang kita seperti dana pensiun, tunjangan hari tua dlsb. tidak bisa tumbuh melebihi inflasi tersebut – maka pastilah beban hidup akan terasa semakin berat pada saat kita pensiun. Generasi yang mulai bekerja di masa kejayaan ‘Si Unyil’ tersebut diatas, saat ini sudah banyak yang mulai memasuki usia pensiun – beban berat dampak inflasi itu kini begitu nyata...!

Agar beban hidup tidak semakin berat ketika kita pensiun, berikut langkah-langkah yang bisa Anda rencanakan dan aplikasikan sedini mungkin.

· Semaksimal mungkin tabungan jangka panjang Anda terkelola dalam unit yang bebas pengaruh inflasi atau unit dengan proteksi nilai. Dinar adalah salah satunya, barang dagangan sektor riil bila Anda bisa berdagang, sawah – ladang, pohon, ternak dlsb. bila Anda bisa bertani/berternak dst.

· Persiapkan diri Anda untuk bisa tetap bekerja di usia pensiun atau pasca pekerjaan Anda yang sekarang.

· Pilih hobi-hobi yang kiranya bisa diproduktifkan sehingga Anda bisa tetap produktif namun juga dapat menikmati pekerjaan hari tua Anda.

· Bangun kompetensi secara maksimal atas bidang yang Anda minati tersebut.

· Bangun jaringan sosial yang menunjang – agar Anda tidak sendirian berjuang untuk masa depan ini.

· Bila perlu cari mentor yang sudah lebih dahulu terjun dibidang yang Anda minati.

Dan yang tidak kalah pentingnya sering-sering berdoa; antara lain dengan do’a yang ada di penggalan do’a khatam Al-Quran : “Allhummaj’al khaira ‘umry aakhirahu wa khaira ‘amaly khawaatimahu wa khaira ayyaami yauma alqooka fiih” yang artinya , “Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari umurku adalah akhirnya, dan yang terbaik dari amal perbuatanku adalah penutupnya, dan yang terbaik dari hariku adalah hari ketika aku bertemu denganMu.”


02 Juli 2010

Do’s and Don’ts : Agar Yang Sedikit Bisa Menang…

Dampak dari hidup di alam ‘demokrasi’ khususnya dalam dasawarsa terakhir – ternyata tidak semuanya baik bagi keyakinan kita. Pikiran kita – termasuk pikiran para pemimpin umat yang tadinya kita sangat hormati - bisa terbawa arus karena berpikir bahwa banyaknya pengikut-lah yang akan membawa kemenangan.

Bayangkan kalau sekarang semua orang berpikir yang banyaklah yang memang; maka tidak akan ada lagi golongan sedikit umat yang dengan keyakinannya berpegang teguh pada prinsip-prinsip perjuangannya di bidang apapun. Yang di politik, meninggalkan cita-cita awalnya karena berpikir dengan itu mereka tidak akan menang – karena tidak akan berhasil memperoleh suara yang banyak.

Yang di ekonomi akhirnya mengikuti prinsip “jaman edan – sopo sing ora edan ora kumanan” (jaman gila – siapa yang tidak gila tidak kebagian). Riba ditabrak, korupsi - suap menjadi budaya, semua karena orang mengikuti kebiasaan golongan yang banyak. Bila golongan yang banyak melakukan suap dan korupsi untuk untuk memenangkan project atau memajukan usahanya – maka seolah hanya ini jalan kemenangan itu.

Tetapi alhamdulillah kita masih punya Al-Qur’an dan Al Hadits yang bila kita berpegang pada keduanya kita tidak akan tersesat – bahkan tidak akan bisa disesatkan oleh golongan yang banyak sekalipun. Ketika Panglima perang Islam Amr bin al-’As memberi tahu Khalifah Abu Bakar Siddiq mengenai banyaknya jumlah tentara Romawi yang harus dihadapinya, Abu Bakar menjawab, ”Kalian orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kalian dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jikalau kalian terlibat di dalam dosa-dosa.”

Al-Qur’an yang dibaca oleh Abu Bakar, tentu masih sama dengan Al-Qur’an yang kini kita baca. Ketika keyakinan atas kebenaran ayat “…Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS 2 : 249), diterapkan oleh Abu Bakar dan mampu membawa kemenangan pada tentara Islam – maka keyakinan terhadap Al –Qur’an yang sama tersebut juga insyallah bisa membawa kita yang hidup di jaman ini untuk menang di segala bidang. Hanya perbuatan dosa yang bisa membuat umat ini kalah – walaupun jumlahnya banyak !.

Penyebab kemenangan Islam dimasa lalu, bahkan juga terungkap dari pengakuan musuh. Ketika Heraklius tiba di Anthokia setelah pasukan Romawi dikalahkan pasukan Muslimin, dia bertanya, “Beritahukan kepadaku tentang orang-orang yang menjadi lawan kalian dalam peperangan. Bukankah mereka manusia seperti kalian?”; Mereka menjawab, “Ya!” ; “Apakah kalian yang lebih banyak jumlahnya ataukah mereka?” ; “Kamilah yang lebih banyak jumlahnya di manapun kami saling berhadapan. Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan?”. Seseorang yang dianggap paling tua menjawab, “Karena mereka biasa shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, menyuruh kepada kebajikan, mencegah dari kemungkaran, dan saling berbuat adil di antara sesamanya. Sementara kami suka minum arak, berzinah, melakukan hal-hal terlarang, melanggar janji, suka marah, berbuat semena-mena, menyuruh kepada kebencian, dan berbuat kerusakan di bumi.”

Jadi belajar dari kemenangan umat ini di masa lampau; kini kita punya tips untuk meraih kemenangan – dalam bidang apapun, termasuk untuk usaha dan karir – meskipun kita dari golongan yang sedikit. Tips itu saya ringkaskan dalam bentuk “Do’s” yaitu hal-hal yang harus dilakukan , dan “Don’ts” yaitu hal-hal yang jangan dilakukan !.

Do’s” – nya adalah :

· Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits

· Sholat malam ( sebagai tambahan yang wajib)

· Puasa (baik yang wajib maupun yang sunat)

· Menepati janji

· Menyuruh kepada kebajikan ( amar ma’ruf)

· Mencegah kemungkaran (nahi munkar)

· Berbuat Adil

Don’ts”-nya adalah :

· Minum Khamr

· Berzina

· Melakukan hal-hal yang terlarang

· Melanggar janji

· Suka marah

· Berbuat dhalim

· Menabur kebencian

· Berbuat kerusakan di bumi

Semoga bermanfaat bagi yang menulis dan juga yang membacanya. Amin


01 Juli 2010

United Nation Report : Tinggalkan Dollar...

Ketika sepuluh bulan lalu saya menulis Tinggalkan Dollar Selagi Sempat...!, banyak yang mengkritik tulisan tersebut sebagai provokatif, tidak realistik, sentimen pribadi, apriori terhadap barat dan lain sebagainya. Nah sekarang terbukti sepuluh bulan kemudian United Nation (PBB) – badan yang paling dihormati pemerintah-pemerintah dunia – seperti menguatkan seruan tersebut dalam laporannya paling gres yang dikeluarkan kemarin, siapa yang tidak realistik sekarang ?.

Seperti dikutip kantor berita Reuters yang kemudian menyebar ke seluruh dunia lewat berbagai media, laporan terbaru PBB yang di released Selasa kemarin menyerukan ditinggalkannya US Dollar sebagai mata uang cadangan utama dunia (main reserve currecy). Alasan utamanya adalah sudah terbukti bahwa US$ tidak dapat menjaga nilainya.

Disebutkan pula di laporan ini bahwa negara-negara berkembang paling dirugikan dengan penurunan nilai terus menerus dari US$ dalam beberapa tahun belakangan ini. “Termotivasi oleh keinginan memproteksi diri (self-insurance) dari gejolak pasar komoditi dan aliran modal, banyak negara berkembang menumpuk US$ sebagai cadangan selama dasawarsa 2000-an” kata laporan tersebut.

Laporan ini juga menyerukan disiapkannya sebuah system pencadangan baru (new reserve system) yang tidak tergantung pada satu atau bahkan beberapa mata uang; hanya saja laporan ini nampak tidak jelas lantas seperti apa pencadangan baru ini nantinya. Mereka hanya menyebutkan “seperti” Special Drawing Rights (SDR-nya IMF).

Sebenarnya umat Islam sungguh beruntung memiliki dua pegangan yang dengan pegangan tersebut umat ini tidak akan pernah tersesat selamanya. Ditengah kebingungan dunia kini, bahkan PBB-pun bingung seperti apa reserve currency yang bisa membawa sabilitas system financial global; kita memiliki uswatun hasanah yang telah menuntun kita seperti apa uang kita seharusnya.

Bila saja kita ikuti apa yang ada di hadits berikut contohnya, maka kita tidak akan tersesat dalam urusan mata uang ini. Dalam Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.

Dalam Islam, alat tukar ini adalah benda riil yang memiliki nilai yang sesungguhnya – nilai intrinsik. Bentuknya bisa macam-macam tetapi semua memiliki nilai riil. Bisa dari golongan emas dan perak, bisa pula dari golongan kebutuhan pokok. Jadi bila reserve system kita mengandalkan benda riil yang disebutkan di hadits tersebut diatas atau yang sejenisnya – maka insyaallah kita tidak akan pernah bisa dirugikan oleh jatuhnya mata uang US$ seperti yang diungkapkan oleh laporan PBB tersebut diatas.

Bahkan untuk mengantisipasi paceklik global dalam berbagai bentuknya, bisa karena krisis financial, fenomena alam, maupun karena perang – kita bisa membangun ketahanan ekonomi (yukhsinun) sendiri dengan mencontoh apa yang dilakukan Nabi Yusuf A.S. berikut : .... "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) secara sungguh-sungguh; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan”. (QS 12:47).

Mari sekarang kita ‘bertanam’ sungguh-sungguh sampai minimal 7 tahun kedepan, maka ketika dunia dilanda ‘paceklik global’ kita tidak hanya bisa menyelamatkan diri – tetapi juga bisa menyantuni rakyat negara lain seperti kisah Nabi Yusuf yang di Al-Qur’an digambarkan sebagai kisah yang paling indah Akhsana Al Qoshoshi.

Semoga Allah mumudahkan jalan-Nya bagi kita untuk beramal yang di ridhloi-Nya. Amin.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.