Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

28 Oktober 2009

Daya Dorong Ekonomi dan Politik Global Pada Harga Emas ...

Di dunia perdagangan emas ( sebenarnya juga pada dunia perdagangan lainnya), tidak ada satu ahli-pun yang bisa memperkirakan dengan pasti akan kemana harga emas pada hari esuk. Yang bisa dilakukan hanyalah analisa terhadap apa-apa yang sudah atau sedang terjadi dan kemungkinan pengaruhnya untuk waktu yang akan datang.

Analisa statistik semacam ini sering saya buat dalam beberapa kali tulisan, seperti yang saya tulis yang kemudian menjadi salah satu tulisan favorit pembaca : Musim Membeli Emas/Dinar. Meskipun analisa statistik semacam ini terbukti relatif akurat untuk memprediksi pergerakan harga emas kedepan, ilmu masa depan tetap milik Allah semata.

Memprediksi harga emas dunia dalam pasar yang sangat global seperti di zaman teknologi ini menjadi semakin sulit karena tidak hanya faktor-faktor ekonomi saja yang mempengaruhi harga emas dunia; tetapi faktor politik tidak kalah pentingnya.

Untuk faktor ekonomi, kita tahu bahwa karena harga emas dunia umumnya dinilai dalam US$ - maka ekonomi negara Paman Sam tersebut sangat dominan perannya dalam harga emas dunia. Masalahnya adalah meskipun mereka mengajari dunia tentang keterbukaan dan tanggung jawab, realitanya ekonomi mereka sendiri tetap gelap.

Tingkat pengangguran resmi menurut data pemerintah dibawah 10 %; sedangkan salah satu orang pinter negeri itu John Williams menunjukkan data yang lain dalam Shadow Government Statistics (SGS), dimana angka pengangguran sesungguhnya mencapai 20 %. Contoh lain adalah inflasi yang menurut pemerintah angkanya hanya 2 %; menurut SGS angka inflasi ini sesungguhnya telah mencapai 6.5% di AS.

Entah siapa yang benar, tetapi yang jelas kenaikan harga emas dunia dalam US$ setahun terakhir yang telah mencapai 42.66% (data resmi Kitco.com pada saat artikel ini saya tulis 28/10/09) menunjukkan bahwa ada masalah yang sangat serius dalam US$ - yang berarti juga ekonomi Amerika.

Diluar masalah ekonomi tersebut diatas, tidak kalah pentingnya adalah faktor politik global yang saat ini menunjukkan potensi-potensi masalah di beberapa bagian dunia. Tendensi menyatunya sikap antara Russia, China dan Iran – dapat merubah keseimbangan kekuatan politik Dunia. Russia dan China sudah menyampaikan sikapnya ke Amerika bahwa mereka tidak setuju sangsi ekonomi terhadap Iran – atas non-compliance-nya Iran terhadap perjanjian nuklir dunia.

Dalam dunia politik, ketidak setujuan dua negara besar tersebut dapat berarti mereka akan berada di belakang Iran bila terjadi konflik antara Iran dengan sekutu Amerika. Sekutu Amerika Israel yang merasa terancam keamannya dengan adanya program nuklir Iran tersebut, bisa saja berbuat konyol dengan menyerang Iran – karena mereka toh sudah berbuat konyol sebelumnya dengan menyerang jalur Gaza.

Kemungkinan-kemungkinan gejolak regional tersebut tentu didak dikesampingkan oleh para pelaku usaha global – termasuk para pedagang dan investor emas besar dunia. Bukan masalah perangnya sendiri yang bisa terjadi dan bisa juga tidak, kekawatiran terhadap perang ini saja cukup untuk mendorong harga emas dunia keatas.

Semakin kawatir orang terhadap potensi perang, semakin tinggi harga emas akan terdorong keatas. Mengapa demikian ?, karena bila perang terjadi – uang kertas yang menjadi alat tukar masing-masing negara yang terlibat perang bisa sangat terganggu daya belinya – lihat yang terjadi dengan uang Iraq misalnya.

Memang dalam krisis Iraq, sepertinya Iraq dibiarkan sendirian oleh dunia sehingga dengan mudah dilluluh lantakkan oleh Amerika bersama para sekutunya. Akibatnya yang ikut luluh lantak hanya mata uang Iraq. Lain halnya bila konflik Iran pecah dan minimal Russia bersama China berada di pihak mereka, maka bisa jadi seluruh yang terlibat perang termasuk Amerika dan sekutunya, Russia, China dlsb. akan ikut luluh lantak uangnya.

Jadi kemana investasi kita untuk jangka waktu yang panjang ?, selain waspada pada perkembangan ekonomi, waspadai pula perkembangan politik dunia. Wa Allahu A’lam.


27 Oktober 2009

Long Term Investmen Focus : Dinar, Sapi atau Surga ... ?

Semalam harga emas dunia mengalami penurunan yang cukup significant, yaitu mencapai penurunan US$ 17/oz dari kisaran angka US$ 1,054/oz ke kisaran angka US$ 1,037/oz.

Bagi Anda yang baru membeli emas atau Dinar kemarin, mungkin akan ‘merasa rugi’ karena penurunan ini. Tetapi bagi Anda yang telah mulai membeli Dinar tahun lalu pada kisaran harga emas dunia US$ 800 –an /oz; tentu tidak akan merasakan penurunan harian ini sebagai kerugian; apalagi yang sudah mulai membeli Dinar dua tahun lalu di awal-awal kita memperkenalkan Dinar pada saat emas masih berada di kisaran US$ 700-an/oz.

Kita akan senantiasa merasa ‘rugi’ manakala investasi kita berorientasi jangka pendek. Bila orientasi kita jangka panjang, maka insyallah kita tidak akan pernah merasa rugi.

Untuk tataran investasi duniawi misalnya, perhatikan grafik di atas yang menunjukkan harga emas sejak awal tahun 70-an ketika pertama kalinya uang kertas mulai tidak dikaitkan lagi dengan harga emas dunia. Sejak saat itu harga emas dunia sudah berpuluh kali lipat mengalami kenaikan.

Demikian pula dengan investasi sektor riil yang disini saya ambilkan sapi sebagai contoh. Data dari Moore Research Center pada grafik dibawah menunjukkan trend kenaikan harga sapi hidup sejak awal tahun 1970-an hingga kini. Bisa dibayangkan bila Anda mulai membeli sapi tahun 70-an dan beranak setiap dua tahun…pasti sapi Anda sangat banyak saat ini, padahal setiap ekor sapi ukuran sedang harganya di kisaran 7 Dinar !.


Dengan contoh tersebut diatas, kita bisa melihat bahwa untuk standar dunia saja kita sudah dengan mudah ‘merugi’ bila fokus kita jangka pendek – dan sebaliknya kita tidak ‘merugi’ bila fokus investasi kita jangka panjang.

Analogi seperti investasi duniawi tersebut juga berlaku untuk investasi yang lebih panjang lagi – yaitu investasi untuk hidup yang abadi sesudah kita mati. Seluruh keuntungan atau kerugian yang kita alami di dunia ini, tidak akan sepadan bila dibandingkan dengan keuntungan/kerugian di akhirat kelak. Oleh karenanya, fokus investasi kita harus memiliki orientasi jangka waktu yang sangat panjang – meliputi dunia dan akhirat – bila kita tidak ingin merugi.

Lantas apakah dengan demikian kita harus membuat dikotomi mana untuk investasi dunia dan mana untuk investasi akhirat ?; tidak juga, karena dikotomi ini tidak perlu bila kita bisa menyelaraskan kehidupan dunia kita dengan tujuan jangka panjang kita yaitu hidup yang abadi di akhirat kelak. Bahkan salah satu do’a sapu jagad yang kita semua hafal adalah digabungkannya dua kebaikan ini yaitu kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat.

Jadi bagaimana mengatur komposisi investasi kita agar bisa memperoleh dua kebaikan tersebut diatas ?. Saya pernah menulis Prinsip 1/3 Dalam Pengelolaan Harta dalam tulisan lalu, kalau prinsip ini bisa kita terapkan – maka insyallah kebaikan hidup di dunia dan di akhirat akan bisa kita peroleh secara bersama.

Bagaimana prakteknya ?, selain hasil investasinya yang sebagian kita sedekahkan – investasi kita haruslah di jalan yang dibenarkan secara syariah. Kita dapat investasikan harta kita untuk proyek-proyek yang memberi kemaslahatan umat secara luas, antara lain bisa dalam beberapa contoh berikut :

· Semilyar lebih manusia di dunia saat ini kelaparan, maka investasi untuk menghasilkan/meningkatkan produksi pangan dunia – insyaallah bila dengan niat yang lurus akan dapat bernilai ‘ memberi makan’ umat manusia secara luas. Contoh konkrit : menanam ketela unggul untuk bahan MOCAF (modified cassava flour) – produk ini insyaallah kelak akan menggantikan gandum yang berusaha memonopoli makanan dunia - padahal di negeri ini gandum ini tidak tumbuh.

· Generasi kita dan anak-anak kita adalah generasi yang salah minum dan salah makan; orang dewasanya minum minuman kaleng dan minuman botol dengan gula yang buruk bagi kesehatan, makanannya adalah makanan instant kering yang tidak mengandung kadar gizi yang memadai, anak-anaknya sejak bayi minum susu bubuk yang kita tidak tahu persis apa isinya. Maka investasi untuk memperbaiki pola makan dan pola minum ini, insyallah juga akan bernilai ‘meninggalkan generasi yang kuat’ kedepan.

· Begitu banyak negeri ini harus mengimpor barang-barang kebutuhan sehari-hari, maka investasi yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan penduduk negeri ini insyallah akan dapat ‘memerdekakan’ bangsa ini dari penjajahan sesama manusia.

· Puluhan juta orang menganggur di Indonesia saat ini, sementara banyak sekali peluang usaha ataupun peluang kerja yang tidak tertangani. Maka investasi dalam pendidikan/pelatihan kerja atau pelatihan wiraswasta yang bisa me-link-kan dunia kerja/usaha dengan sumber daya manusia yang ada – insyallah akan dapat menyebarkan kemakmuran secara luas.

· Dan masih banyak lagi peluang investasi yang bisa di –align – kan dengan tujuan hidup kita sesudah mati.

Tentu dalam berbagai investasi tersebut ada risikonya, namun dengan niat lurus insyallah risiko ini bersifat jangka pendek – karena niat yang baik-pun sudah mendapatkan pahala satu kebaikan. Meskipun demikian kita juga perlu meminimisasi risiko ini, agar bila investasi sector riil kita gagal – kita masih tetap bisa menyekolahkan anak, bisa membayar biaya kesehatan hari tua tanpa menjadi beban orang lain dan lain sebagainya – maka tidak juga salah bila sebagian saja harta kita yang kita gunakan untuk membangun ketahanan ekonomi dalam bentuk Dinar dan Dirham.

Jadi mana diantara tiga investasi tersebut yang kita pilih ?, kalau saya sih pinginnya bisa memilih ketiganya. Rabbana aatinaa fiiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adhabannaar. Amin.

21 Oktober 2009

Emas Menuju Harga Tertinggi Yang Wajar ...

Di kala harga emas Dunia terus naik seperti dalam beberapa pekan terakhir; banyak yang menanyakan ke saya tentang sampai berapa tinggi harga emas ini di pasaran internasional nantinya. Jawaban saya tetap seperti yang saya tulis akhir tahun lalu dalam judul Prediksi Harga Emas Tahun 2009.

Memang namanya juga prediksi, sangat bisa jadi prediksi tersebut tidak tercapai – tetapi setidaknya inilah pendekatan yang cukup memiliki dasar dalam memperkirakan harga tertinggi emas dunia.

Bila dalam tulisan tersebut diatas saya menggunakan deret Fibonacci ; dalam tulisan ini saya menggunakan pendekatan Inflation Adjusted Price, yaitu harga emas tertinggi sekarang bila diperhitungkan dengan tingkat inflasi sejak tahun yang dijadikan rujukan. Saya gunakan tahun 1980 sebagai rujukan dan mata uang yang saya pakai US$ karena harga emas di pasaran internasional secara statistik yang sudah tersedia adalah menggunakan US$.

Anda bisa lihat dari gambar di atas; bahwa hasil pendekatan dengan menggunakan Inflation Adjusted Price – harga emas tertinggi tidak jauh berbeda dengan pendekatan deret Fibonacci dalam tulisan tersebut diatas yaitu dikisaran US$ 1,600 / oz.

Memang angka US$ 1,600 ini nampaknya berat untuk tercapai tahun ini karena tinggal dua bulan lagi dan sekarang masih di kisaran US$ 1,060 /oz; namun perhatikan jarak antara harga riil dengan harga yang disesuaikan dengan inflasi dalam grafik dibawah.

Bila pada tahun 2000 harga yang disesuaikan dengan inflasi mencapai 4.6 kali harga riilnya; pada tahun ini – harga teoritis yang disesuaikan dengan inflasi hanya 1.7 kali harga riil. Artinya harga emas dunia dalam US$ saat ini sedang menuju angka wajarnya.

Barang-barang lain yang ada di pasar pada umumnya mengikuti harga yang wajar yang disesuaikan dengan tingkat inflasi tersebut. Misalnya baju yang pada tahun 1980 harganya US$ 5 ; saat ini setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi harga yang wajarnya menjadi US$ 13.10

Anda bisa ‘bermain-main’ sendiri dengan kewajaran harga dengan pendekatan Inflation Adjusted Price ini karena United States Department of Labor telah menyediakan calculator seperti gambar di atas untuk menghitung harga suatu barang berdasarkan tingkat inflasi US$.

Perhitungan Bloomberg dengan menggunakan calculator yang sama menghasilkan angka tertinggi yang jauh lebih tinggi dari perhitungan saya tersebut diatas – yaitu US$ 2,287/oz ; ini karena mereka mengambil angka tertinggi untuk tahun 1980 yang dijadikan tahun rujukan – sedangkan saya menggunakan angka rata-rata untuk tahun tersebut.

Sekali lagi ini hanya prediksi statistik – yang terjadi di pasar bisa saja berbeda karena berbagai faktor yang tidak hanya faktor ekonomi, kepentingan corporatocracy ikut bermain dan untuk harga dalam Rupiah, nilai tukar Rupiah tentu saja sangat ikut berperan. Wa allahu A’lam.

20 Oktober 2009

Dengan Syariah Emas, Dunia Akan Bisa 8.7 Kali Lebih Makmur ...!!

Dalam sebuah siaran televisi Business News Network (BNN) beberapa hari lalu, Trace Mayer – seorang financial blogger yang cerdas dari Canada memberikan uraian menarik tentang struktur kekayaan di seluruh dunia saat ini. Dia menggambarkan struktur kekayaan ini membentuk piramida terbalik seperti pada ilustrasi disamping.

Paling atas adalah kekayaan ‘paling palsu’ yang menggelembung dalam berbagai bentuk derivatives, nilainya mencapai sekitar US$ 1,600 Trilyun (Seribu Enam Ratus Trilyun US Dollars !). Dibawahnya sedikit lebih baik dari ini adalah berbagai asset dalam bentuk real estate dan non–monetary commodities, jumlahnya hanya sekitar 8 % dari asset yang di gelembungkan tersebut diatas atau sekitar US$ 125 Trilyun.

Yang ketiga adalah hutang yang ada jaminannya dan saham, nilainya hanya US$ 100 Trilyun . Yang keempat adalah uang dalam arti luas dalam bentuk obligasi pemerintah, treasury bills dlsb.; nilainya sebesar kurang lebih US$ 65 Trilyun. Yang kelima adalah uang kertas dalam bentuk fisik seperti US$ Yen , Euro, Rupiah dst.; nilainya hanya sekitar US$ 4 Trilyun.

Yang terakhir adalah kekayaan yang sesungguhnya yaitu berupa emas dan perak yang nilainya dperkirakan hanya sekitar US$ 4 Trilyun, atau hanya 0.25% dari kekayaan yang paling atas (derivatives).

Struktur ini digambarkan sebagai piramida yang terbalik oleh Trace Mayer, untuk mengisyaratkan betapa labilnya ekonomi dunia saat ini. Kekayaan yang paling atas adalah yang paling tidak aman, semakin kebawah semakin aman.

Seperti grafitasi bumi yang menarik benda-benda jatuh kebawah, maka setiap kali pemegang asset merasa tidak nyaman dengan asset-nya - maka dia akan mencari pelarian ke asset yang lebih aman dibawahnya.

Investor yang sudah tidak nyaman dengan derivatives akan pindah ke real estate dan sejenisnya; kemudian tidak nyaman lagi akan pindah ke securitized debt dan stocks, tidak nyaman lagi akan pindah ke obligasi pemerintah dan sejenisnya; tidak nyaman lagi akan memilih memegang uang saja; dan tidak nyaman lagi akhirnya akan berburu emas dan perak.

Karena emas dan perak jumlahnya terbatas dan tidak bisa digelembungkan seperti pada asset-aset diatasnya, maka apa yang akan terjadi ? hukum permintaan dan penawaran yang akan berlaku. Ketika permintaan melebihi penawaran, harga pasti naik.

Lantas dengan emas yang nilainya hanya sekitar US$ 4 trilyun atau 0.25 % dari seluruh asset derivatives dunia; apakah emas akan cukup untuk memutar ekonomi dunia ? jawabannya adalah sangat-sangat cukup !. Berikut perhitungannya :

Total seluruh Gross Domestic Product (GDP) dunia saat ini ‘hanya’ sekitar US$ 55 Trilyun; jadi jelas tidak memerlukan derivates yang nilainya US$ 1,600 Trilyun untuk menghasilkan GDP yang nilainya hanya US$ 55 Trilyun ini. Tetapi emas yang diam atau disimpan saja, nilainya cuma US$ 4 Trilyun, jadi tidak cukup juga untuk menghasilkan GDP yang US$ 55 Trilyun.

Itulah sebabnya dalam Islam, emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan untuk perhiasan laki-laki, tidak boleh untuk tempat makan dan minum – agar dia beredar untuk digunakan sebagai uang. Contoh yang diberikan dalam suatu hadits Rasulullah SAW, perputaran harta yang banyak ini adalah hanya dalam waktu 3 hari.

Jadi emas yang ada di dunia senilai US$ 4 Trilyun, bila berputar sebagai uang dengan kecepatan berputar 3 hari sekali, maka potensi nilai ekonomi yang diputarnya akan mencapai US$ 480 Triyun atau sekitar 8.7 kali dari total GDP seluruh dunia saat ini. !.

Artinya apa ini semua ?; dengan menggunakan emas sebagai uang, kemudian penggunaannya mengikuti tuntunan syariah – maka dunia bisa 8.7 kali lebih makmur dari dunia yang sekarang. Wa Allahu A’lam.


19 Oktober 2009

Dinar Emas Sebagai Personal Purchasing Power Protection ..

Dari dua puluh tahun pengalaman saya di industri asuransi dan bergelut dengan berbagai produk proteksi risiko; ada satu risiko yang pasti kita alami tetapi tidak ada satupun proteksi asuransi untuk men-cover-nya, risiko ini adalah menyusutnya daya beli uang kita yang kita kumpulkan dengan keringat dan kadang air mata bertahun-tahun.

Agar tidak ada yang tersinggung di negeri ini, saya ambilkan contoh uang negeri Paman Sam yang dijadikan sebagai rujukan uang lain di dunia sampai saat ini. Perhatikan grafik dari Casey Research disamping. Sejak Amerika tidak lagi menggunakan emas sebagai standard uangnya tahun 1971 sampai sekarang, uang US $ telah kehilangan 82 % daya belinya. Dengan kata lain Dollar Amerika sekarang hanya memiliki 18 % daya beli ketimbang Dollar yang sama tahun 1971.

Penyusutan daya beli US$ ini akan terus terjadi dan bahkan akan cenderung lebih cepat karena laju ‘pencetakan uang’ mereka melonjak sejak krisis finansial dua tahun terakhir. Perhatikan grafik dibawah untuk ini.

Laju menurunnya daya beli US$ ini juga dipercepat oleh realita – realita berikut :

· Hutang nasional mereka sebesar US$ 11.6 trilyun yang melebihi GDP 2009 yang hanya US$ 8.3 trilyun.

· Pengeluaran pemerintah sampai saat ini (YTD) US$ 2.4 trilyun yang dua kali dari pendapatan pajak US$ 1.2 trilyun.

· Unfunded liability (tanggungan pemerintah yang tidak di back-up dengan asset yang mencukupi) mencapai US$ 58.7 trilyun yang terdiri dari Biaya kesehatan US$ 39.6 trilyun; biaya sosial 10.6 trilyun; biaya lain-lain US$ 8.5 trilyun.

Realita-realita tersebut-lah yang akan mendorong US$ terus menurun daya belinya dan bukan menaik seperti pendapat di beberapa blog yang tidak sependapat dengan pendapat saya.


Memang dalam jangka pendek bisa saja daya beli US$ ini naik sesaat, seperti yang pernah terjadi awal Maret 2009 lalu ketika dunia berburu US$ yang langka saat itu – US $ Index sempat mencapai angka diatas 89. Namun setelah kondisi normal, kekuatan US$ yang diukur dengn US$ Index terus mengalami penurunan hingga saat ini yang angkanya hanya berada di kisaran 75. Angka US$ Index ini lima tahun lalu berada di kisaran 90-an keatas.

Nasib yang dialami US$ ini sebenarnya juga cerminan apa yang dialami oleh mata uang-mata uang negara lain yang menjadikan US$ sebagai gurunya. Bahkan sebagai murid, kondisinya kebanyakan lebih buruk dari apa yang dilakukan oleh sang guru; ingat pepatah “ Guru…Berdiri , Murid…Berlari…”.

Jadi risiko penurunan daya beli uang kita – apapun nama mata uang kertas kita – adalah risiko yang pasti terjadi. Lantas bagaimana kita menyikapi risiko yang satu ini ?, lha wong tidak ada satu asuransi-pun yang bisa menjamin atau memberi proteksi kita terhadap risiko penurunan daya beli uang kita ini ?.

Secara pribadi, kita bisa membuat sendiri proteksi terhadap hasil jerih payah kita dengan apa yang disebut 4 P singkatan dari Personal Purchasing Power Protection ; yaitu perlindungan pribadi untuk daya beli uang kita.

Salah satu 4P yang paling sederhana namun sangat efektif dan sudah terbukti reliabilitasnya ya Dinar atau emas. Di bandingkan US$ yang kehilangan 82 % daya belinya sejak 1971 misalnya; daya beli emas malah naik 3.5 kalinya sejak saat itu.

Kalau mau repot sedikit, tetapi hasilnya insyaallah bisa lebih baik dari emas sebagai 4 P ya invest di sector riil. Pelihara kambing, pelihara sapi, menanam pohon; memproduktifkan lahan-lahan yang nganggur dlsb.

Jadi yang tidak setuju dengan saya silahkan saja kalau mau tetap pakai US$ ; saya akan tetap pilih Dinar sebagai 4 P saya, selain juga pelihara sapi, pelihara kambing dst. Wa Allahu A’lam.

15 Oktober 2009

Uang Kertas dan Tukang Cukur ..

Dahulu di masa saya kuliah awal tahun 80-an, hanya ada satu televisi di negeri ini yaitu TVRI. Karena waktu itu TVRI dilarang beriklan, acaranya lumayan bermutu – banyak drama-drama bagus yang nampaknya di seleksi dengan baik oleh TVRI. Sekarang stasiun TV sangat banyak, tetapi saya kesulitan untuk mencari acara yang bagus – jadi saya sangat jarang nonton televisi.

Diantara acara TV tahun 80-an yang menampilkan acara dagelan malah membekas di kepala saya, karena acara tersebut memberi saya pelajaran tentang persaingan pasar yang tidak sehat – yang kita hadapi sehari-hari sampai kini.

Di acara tersebut ditampilkan dua orang tukang cukur yang berdampingan operasinya satu sama lain – katakanlah tukang cukur A dan B. Awalnya untuk menggaet pelanggannya, tukang cukur A menawarkan tarif yang lebih murah dibandingkan B. Kemudian B tidak terima perlakuan ini, ikut-ikutan menurunkan tarif sehingga lebih murah dari tarif A. Begitu seterusnya sampai keduanya menerapkan tarif Nol untuk pelanggannya.

Persaingan tidak berhenti disini, karena tukang cukur A bukan hanya menawarkan tarif Nol – dia menawarkan service tambahan ke kliennya berupa dipijit gratis. B-pun tidak mau ketinggalan, dia memberikan cukuran dengan tarif Nol, ditambah pijit gratis dan diantar pulang juga gratis. Buntutnya apa ?, dua tukag cukur ini pasti bangkrutnya gara-gara persaingan yang tidak sehat.

Meskipun nampaknya konyol, kejadian mirip dengan acara dagelan jadul tersebut sesungguhnya banyak terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dahulu saya pernah menjabat sebagai ketua Biro Tarif – Dewan Asuransi Indonesia selama dua periode (6 tahun). Sebagai ketua Biro Tarif, tugas saya mengeluarkan rekomendasi suku premi yang wajar di industri asuransi Indonesia – yang kami olah berdasarkan profile 800-ribuan risiko di Indonesia. Bahkan kita buat software agar para anggota mudah menggunakannya.

Namun apa yang terjadi di pasar ?, sangat sedikit perusahaan asuransi umum yang menggunakan statistik tersebut sebagai rujukan ketika menentukan preminya. Yang lebih menentukan adalah persaingan banting-bantingan rate yang ada di pasar. Bila sesuatu yang besar terjadi, besar kemungkinan perusahaan-perusahaan asuransi umum Indonesia akan berguguran karena ketidak cukupan premi yang mereka kumpulkan dibandingkan dengan eksposure risiko yang menjadi tanggungannya.

Bukan hanya di Industri asuransi, di industri telekomunikasi-pun nampak adanya persaingan yang tidak sehat a la dagelan tukang cukur ini. Ada salah satu operator yang mengiklankan tarif Nol Rupiah; kemudian yang lain mengiklankan bahwa Nol Rupiah bukan tarif, tetapi kemudian muncul tariff 0.00000….1 Rupiah yang sejatinya Nol juga. Saya tidak yakin layanan mereka akan berkelanjutan bila tetap bersaing secara tidak sehat demikian.

Terkait dengan tulisan saya kemarin tentang Tinggalkan Dollar…, ada seorang pembaca yang menanyakan kalau Amerika berusaha menurunkan nilai US$-nya terhadap Renminbi China agar kompetitif, apakah China juga tidak berusaha yang sama untuk mempertahankan competitiveness- nya ? . Betul sekali, itulah sebabnya perlu negosiasi terus menerus antara kedua negara karena keduanya mempunyai kepentingan yang sama yaitu agar nilai tukar mata uangnya lebih rendah satu sama lain.

Buntutnya persis seperti tukang cukur, perusahaan asuransi dan perusahaan telekomunikasi tersebut diatas. Ketika Amerika sudah berhasil membuat uangnya lebih kompetitif dibandingkan China, China-pun tidak akan membiarkan hal ini berlangsung lama – mereka akan menurunkan nilai tukarnya sebelum ekonominya ambruk karena andalan produk ekspor menjadi tidak kompetitif. Begitu seterusnya proses spiral penurunan nilai mata uang kertas ini berlangsung, sampai uang kertas ini benar-benar tidak ada nilainya.

Proses spiral ini tidak hanya berlaku antara Amerika dan China, melainkan berlaku di seluruh mata uang kertas dunia. Ketika yang lain nilainya turun, negara yang mata uangnya tetap tinggi – pasti akan tidak mampu bersaing di kancah perdagangan dunia.

Lantas bagaimana dengan kita konsumen dari tukang cukur, asuransi, telekomunikasi dan uang kertas ini ?. Tetap berpikir logis, harga bukan satu-satunya dalam pemilihan produk barang atau jasa – termasuk uang kertas ini; kwalitas dari value for money dan layanan yang berkelanjutan (sustainable services) lebih berharga dari sekedar harga yang rendah…Wa Allahu A’lam.

14 Oktober 2009

Tinggalkan Dollar Selagi Sempat ...!

Dalam tulisan saya tanggal 6 Oktober lalu, saya sudah ungkapkan bahwa Rupiah-pun lebih perkasa dari US Dollar dalam setahun terakhir. Pelemahan US$ ini dapat kita ikuti terus di dashboard GeraiDinar.Com secara real-time , yang pada saat artikel ini saya tulis mengindikasikan US$ Index berada pada angka 75.86.

Ironinya bahwa melemahnya US$ ini bukan sesuatu yang tidak wajar, ini justru yang wajar – maka dari itu US$ pada tingkat index tersebut diatas, di indikator Geraidinar.com ditunjukkan oleh jarum yang berada di zone biru. Ketika US$ Index menujukkan angka yang tinggi beberapa bulan lalu, dia berada di zone merah – atau dalam kondisi yang tidak wajar.

Mengapa kondisi wajarnya US$ lemah dan akan terus melemah terhadap mata uang-mata uang besar dunia ? Berikut beberapa alasannya diantara sekian banyak alasan lainnya.

Deficit spending, bailout, quantitative easing, stimulus, zero interest rate dan corporate scandals adalah kata-kata yang popular menghiasi ekonomi Amerika saat ini; semua kata-kata ini mendorong US$ turun dan tidak mendorongnya naik.

Dari tahun ketahun berbagai tingkat pejabat tinggi Amerika sampai presidennya sendiri riwa-riwi ke China; Apa misinya ?; menurunkan defisit perdagangan Amerika terhadap China. Dengan apa defisit ini diturunkan ?, dengan menurunkan daya saing produk-produk China di Amerika ?. dengan apa daya saing China di Amerika bisa turun ?, kalau produk China terasa mahal oleh penduduk Amerika; ini berarti demi kepentingan bangsa Amerika sendiri US$ harus terus melemah terhadap Renminbi China !

Bukan hanya terhadap Renminbi saja US$ akan terus melemah; terhadap berbagai mata uang kuat lainnya seperti Euro, Yen, Aussie Dollar dlsb.; mata uang US$ akan melemah – demi penyelamatan ekonomi negeri itu dari defisit neraca perdagangan yang mulai tidak tertahankan lagi sejak krisis finansial melanda dua tahun terakhir.

Bagaimana agar kita tidak ikut menjadi korban dari terus melemahnya US$ ?, ya jangan gunakan US$ dalam berbagai bentuk investasi kita baik itu berupa tabungan, deposito, dana pensiun, asuransi dan berbagai investasi lain yang menggunakan US$ dalam unit of account-nya.

Dalam skala negara-pun hal ini patut dipikirkan secara serius. Betapa runyamnya ketergantungan terhadap US$ ini bila diteruskan dapat kita lihat dari illustrasi berikut : Pada akhir September 2008 lalu cadangan devisa kita mencapai US$ 57.108 Milyar ; pada akhir September 2009 cadangan devisa ini menjadi US$ 62.287 Milyar. Tambah kayakah kita ?; kalau dilihat dari angka cadangan devisa dalam US$ ini iya karena cadangan devisa kita naik kurang lebih 9 % setahun terakhir ini.

Masalahnya adalah US$ - nya sendiri bila diukur dengan unit account yang baku sepanjang zaman yaitu emas – setahun terakhir mengalami penurunan sekitar 22 %; karena emas dalam US$ mengalami kenaikan harga sekitar 28 % pada periode yang sama. Jadi bila dihitung dengan timbangan yang baku emas, cadangan devisa kita sejatinya mengalami penurunan sekitar 15% selama setahun terakhir !.

Mana yang kita lebih percayai ?, asset kita ditimbang dengan US$ yang terus menyusut seperti dalam illustrasi grafik diatas, atau ditimbang dengan timbangan yang baku emas/Dinar ? tentu saya lebih percaya pada yang terakhir ini.

Dengan fenomena terus menurnnya US$ (sebenarnya juga seluruh mata uang kertas lainnya ) ini, lantas apakah kita rame-rame menumpuk emas atau Dinar ?; tidak juga !. Karena emas atau Dinar sebagai investasi hanya nomor dua setelah sektor riil meskipun dia nomor satu sebagai unit of account (timbangan) maupun sebagai store of value (penyimpan nilai – agar tidak susut seperti uang kertas).

Yang terbaik bagi kita semua adalah kalau kita bisa menggerakkan sektor riil dengan perdagangan yang riil. Sebagai contoh Dinar yang harga nya kurang lebih setara dengan seekor kambing ukuran sedang sepanjang zaman, menyimpan Dinar tidak lebih baik dari memelihara kambing.

Satu Dinar Anda akan tetap satu Dinar setahun yang akan datang ( meskipun dalam Rupiah atau Dollar bisa jadi nilainya sudah 30% lebih tinggi saat itu !), tetapi satu ekor kambing Anda insyaallah bisa jadi dua kambing ( atau satu setengah setelah dipotong ongkos pelihara !) tahun depan…..

Jadi urutan terbaiknya adalah ‘pelihara kambing’ (merepresentasikan sektor riil), kalau karena satu dan lain hal belum bisa ‘pelihara kambing’ baru pertahankan asset Anda dalam satuan emas atau Dinar…agar tidak ikut tenggelam bersamaan dengan tenggelamnya mata uang US$ dan berbagai mata uang kertas lainnya. Wa Allahu A’lam.

07 Oktober 2009

Dinar Untuk Investasi Korporasi ...


Sejak IMF mentabukan penggunaan emas sebagai referensi mata uang dunia akhir 1971; emas seolah-olah menghilang dari khasanah investasi para pengelola dana korporasi. Namun kini perlahan tetapi pasti korporasi-korporasi dunia mulai melirik kembali emas sebagai investasi, setelah dunia babak belur dengan saham, depresiasi nilai mata uang kertas dan berbagai ketidak pastian investasi lainnya.

Sayangnya di negeri ini ‘ketabuan’ nampaknya masih mendominasi instrumen investasi yang satu ini, sampai-sampai berbagai peraturan pemerintah-pun luput dari mengaturnya. Contohnya belum lama ini teman-teman di industri asuransi diskusi dengan saya, ternyata tidak atau belum ada aturan yang mengatur bagaimana investasi emas ini diperlakukan kaitannya dengan pengelolaan Risk Based Capital (RBC) atau kalau di bank Capital Adequacy Ratio (CAR).

Seandainya diperkenankan, apakah investasi Dinar emas ini menarik bagi perusahaan asuransi misalnya ?; data riil yang kami kumpulkan dua tahun terakhir menunjukkan investasi ini sangat-sangat menarik.

Karena investasi asuransi harus liquid, maka mayoritas industri asuransi sampai saat ini masih meng-investasikan dananya di deposito dan diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat ada yang bisa dicairkan untuk membayar klaim. Karena komposisi terbesarnya deposito, maka hasil investasi asuransi-pun rata-rata hanya sedikit diatas deposito. Artinya investasi dana asuransi saat ini hanya berada di kisaran hasil 9 % per tahun.

Bandingkan dengan kinerja Dinar dalam grafik diatas; setelah dipotong biaya jual beli 4 %-pun hasil Dinar masih jauh dari invesatsi rata-rata perusahaan asuransi. Lebih jauh lagi perbedaannya apabila investasi yang digunakan adalah investasi jangka panjang dua tahun misalnya; ketika investasi konvensional mereka hanya mendapatkan hasil belasan persen saja, Dinar bisa memberikan hasil sampai 45 %.

Memang perlu dicatat bahwa untuk jangka pendek investasi ini bisa merugi; contoh enam bulan terakhir harga Dinar sedang turun sampai 9 % lebih. Namun peluang kerugian ini bisa diminimisasi atau bahkan di eliminir dengan membeli Dinar secara bertahap. Dengan pembelian bertahap, maka akan ada average harga yang baik dan menghilangkan unsur spekulatif dalam investasi Dinar emas ini.

Dalam aspek likwiditas, Dinar emas juga tidak perlu diragukan lagi karena bisa dicairkan kembali kedalam bentuk Rupiah kapan saja.

Kalau Dinar emas bisa menjadi instrumen investasi baru di Industri asuransi, maka Dinar emas juga dapat menjadi instrumen investasi di industri apa-pun.

Kini waktunya para pengelola dana untuk melihat dan mengkaji secara objektif potensi investasi ini; toh di luar negeri korporasi-korporasi besar juga telah menggunakan emas sebagai salah satu instrumen investasinya – mengapa kta masih men-tabu-kannya ?

Yang penting sekali dicatat adalah investasi emas bukan untuk ditimbun – karena ini sangat dilarang dalam Islam; Investasi emas juga harus dalam bentuk yang terus berputar untuk menggerakkan sektor investasi riil lainnya. Kami siap memberikan solusi masalah ini bila ada korporasi yang menghendakinya.

Kelak solusi korporasi ini insyaallah akan menjadi business unit khusus yang kita sebut Dinar House, saat ini kami masih mencari mitra yang tepat untuk pengembangan business unit yang satu ini karena akan membutuhkan modal dan SDM yang benar-benar memadai untuk ini. Insyaallah.

06 Oktober 2009

Ketika Rupiah Lebih Perkasa Ketimbang US Dollar ..

Setahun terakhir nasib Dollar Amerika benar-benar runyam; bahkan uang Rupiah kita yang sering jadi ledekan teman-teman di luar karena banyaknya nol – pun lebih perkasa ketimbang US$ dalam dua belas bulan ini.

Dari mana kita bisa mengukur keperkasaan uang ini secara akurat ?; dengan apalagi kalau tidak dengan dinar/emas yang sering saya sebut sebagai uang yang adil sepanjang zaman dengan tingkat inflasi rata-rata nol % sepanjang 1400 tahun lebih.

Akhir Oktober tahun lalu (2008) harga emas internasional sesuai data Kitco adalah US$ 730.75/ Oz; pada saat analisa ini saya buat (awal Oktober 2009) harga emas internasional berada pada kisaran US$ 1005/ oz. Artinya pada setahun terakhir ini harga emas dalam US$ mengalami kenaikan sampai 37.5 %; atau US$ mengalami penurunan 27 % dibandingkan alat ukur baku yaitu emas. Kok berbeda antara angka kenaikan (appresiasi) ini dengan angka penurunan (depresiasi ) ?, ya iyalah…karena dari angka 10 ke 11 menunjukkan kenaikan 10%.. tetapi dari 11 ke 10 akan menunjukkan penurunan 9 %.

Bandingkan dengan Rupiah pada periode yang sama; harga emas hanya naik 20.5 % sejak akhir oktober tahun 2008 sampai analisa ini dibuat. Atau Rupiah hanya mengalami penurunan nilai sebesar 17 %.

Situasi Rupiah bergerak secara lebih perkasa untuk periode yang relatif panjang (1 tahun ) ini adalah situasi yang tidak biasa. Karena pada umumnya uang dari Negara yang lebih besar (ukuran ekonomi-nya) akan cenderung lebih stabil; selain lebih sulit dipermainkan nilainya oleh spekulan ketimbang uang dari negara yang lebih kecil, juga cadangan mereka tentu jauh lebih besar sehingga seharusnya mampu meredam gejolak mata uang di pasar.

Meskipun Rupiah jauh lebih perkasa dibandingkan US$ setahun terakhir tersebut; saya tetap tidak menganjurkan uang Rupiah Anda idle terlalu lama. Mengapa ?

Pertama US$ bisa kembali ke jalur ‘normal’-nya kapan saja, kalau ini terjadi US$ menguat – Rupiah akan kembali ‘kelihatan’ lemah.

Kedua, se perkasa-perkasanya Rupiah – terhadap ukuran yang baku emas, Rupiah masih mengalami penurunan nilai 17 % setahun terakhir. Padahal kalau uang Anda depositokan saja, bagi hasil bersih terbaiknya kurang lebih hanya di kisaran 8 % sekarang; kalah dengan penyusutan nilainya bukan ?

Lantas ‘diapakan’ uang Anda sebaiknya ?; investasi sektor riil tetap pilihan yang paling baik bila Anda bisa mengelolanya dengan baik – inilah mengapa fokus program Gerakan Dinar juga diarahkan untuk menggerakkan sektor riil ini kedepannya.

Bila investasi sector riil yang dijalankan dengan baik ini belum bisa dilaksanakan, mempertahankan uang Anda dalam bentuk Dinar adalah pilihannya karena nilai daya belinya yang bertahan sepanjang zaman – tidak mengalami penurunan seperti yang di alami oleh US$ dan Rupiah tersebut diatas. Wa Allahu A’lam.

05 Oktober 2009

Merdeka dari Penjajahan Ekonomi, How ..

"Sungguh Allah mengutus kami, agar kami memerdekakan manusia dari mengabdikan diri pada sesama manusia kepada mengabdikan diri kepada Allah, dari kezaliman agama (diluar Islam) kepada keadilan Islam dan dari kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat." Rub’i bin Amir

Those concerned about such things as freedom, justice, the preservation of property rights and purchasing power, would do well to consider the moral case for the gold standard, for, once understood, it is the individual’s best defense against government confiscation of property through inflation. The point, is that like freedom, it is the ideal. And like freedom, while achieving it may be a distant goal, moving toward it is always the direction we should be moving. Paul Nathan

Perhatikan dua pernyataan diatas, yang pertama adalah kata-kata legendaries yang muncul dari seorang prajurit Islam Rub’i bin Amir dihadapan panglima perang Persia – Rustum ; dan yang kedua adalah statement dari analis senior emas dunia Paul Nathan yang mengungkapkan kerinduannya akan kemerdekaan ekonomi dengan standar emas.

Dua orang yang tentu sangat berbeda dari sisi keimanan, dari sisi jaman dan dari sisi latar belakang – kesamaannya hanya satu : keinginan untuk merdeka dari mengabdikan diri pada sesama manusia. Dan ini juga menjadi keinginan kita semua. Hanya dengan merdeka dari pengabdian ke sesama manusia kita bisa sepenuhnya mengabdikan diri pada Allah semata.

Karena bukan seorang Muslim, Paul Nathan mungkin tidak punya tujuan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta; tetapi tetap saja dia sebagai manusia – tidak mau dijajah. Hak azazi dia mendorong dia berontak (secara pemikiran) dari penjajahan yang dia rasakan; siapa penjajah yang dia maksud ? – ternyata rezim uang kertas lah penjajah itu. Pemberontakan Paul Nathan terhadap uang kertas ini dapat Anda baca secara lengkap di kolomnya di kitco.com akhir pekan lalu.

Dalam tulisannya yang panjang tersebut, Paul Nathan menjelaskan bahwa mereka harus menggunakan uang kertas (uang fiat yang non-convertible to gold) karena di paksa (forced) dan dipojokkan (conned). Warga Amerika dipaksa menggunakan uang kertas US$, dan dipojokkan dengan argumen bahwa uang yang berupa komoditi riil sudah kuno (old-fashioned) dan tidak praktis (impractical) lagi untuk digunakan di jaman ini.

Masih menurut Paul; uang bagi orang merdeka dan paling dipercaya oleh manusia sepanjang sejarah adalah emas. Pertama karena emas selalu dapat ditukar ke commodity lain kapan dan dimana saja, kedua emas memiliki nilai tukar yang stabil dan ketiga emas dapat menyimpan nilai (store of value) dalam waktu yang panjang tanpa mengalami penyusutan nilai.

Pemberontakan pemikiran semacam pemikiran Paul ini adalah bersifat Fitrah, bisa datang dari latar belakang apapun – karena hakekatnya semua orang ingin merdeka; hanya sebagian orang kadang tidak merasa dijajah sehingga tidak perlu merasa harus berjuang untuk merdeka. Sebagian lain malah menikmati system penjajahan, karena mereka-mereka ini mendapatkan manfaat langsung dari si penjajah.

Lantas siapa yang menjajah Paul dan bangsanya Bangsa Amerika ?, siapa pula yang menjajah kita dan bangsa kita ini ?. Ingat bahwa yang menjajah Indonesia empat abad silam juga bukan negeri Belanda, tetapi ‘hanya’ sebuah perusahan dari negeri tersebut yang namanya Vereenigde Oost indische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC.

Kini perusahaan-perusahaan raksasa semacam VOC tersebut dalam berbagai bentuk dan namanya, telah berkolaborasi dengan institusi-institusi global yang kemudian ada yang menyebutnya dengan istilah corporatocracy – menjajah bangsa-bangsa di seluruh dunia – tanpa sebagian besar mereka merasa terjajah (sehingga tidak berontak).

Bukan hanya system uang fiat – yang nilainya bisa mereka permainkan sesuai kepentingan mereka - yang mereka kendalikan , tetapi juga system perdagangan, distribusi bahkan sampai mereka bisa mengendalikan dan mengubah menu utama makanan suatu bangsa. Bangsa kita contohnya, waktu SD saya belajar bahwa makanan pokok kita adalah nasi dari beras, jagung, tiwul/gaplek (ketela), sagu dlsb.; tetapi kini menu utama makanan kita adalah mie instant yang bahannya harus kita impor dari para corporatocracy tersebut – sampai menjadi defisit impor bahan pangan terbesar dinegeri ini !

Jadi untuk merdeka secara ekonomi; bukan hanya system uang yang harus kita perjuangkan untuk kembali ke system yang adil yang memerdekan manusia; tetapi juga berbagai aspek dari penjajahan ekonomi lainnya seperti yang saya contohkan diatas.

Itulah sebabnya gerakan Dinar yang sudah kita rintis dua tahun terakhir, kini juga bergerak ke aspek-aspek produksi dengan GeMa Produktif, aspek distribusi dengan merintis penjualan langsung dari masyarakat ke masyarakat dengan system Direct1st® dan berbagai aspek lainnya kedepan.

Kalau dahulu para pendahulu kita perlu berjuang 350 tahun untuk merdeka dari jajahan VOC, Wa Allahu A’lam berapa lama kita akan bisa merdeka dari jajahan corporatocracy nan sangat canggih dewasa ini. Namun berapa jauh-pun kemerdekaan itu jaraknya dari posisi kita sekarang, langkah kesana harus ada yang mulai…entah di jaman kita, entah anak kita, entah cucu kita…tetapi insyallah kita akan Merdeka… Merdeka …Merdeka…!.

Produktivity Agent : Makmur Bersama Tetangga ..

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Jibril terus menerus berwasiat kepadaku untuk berbuat baik terhadap tetangga, sampai-sampai aku mengira dia akan menjadikannya sebagai ahli waris". Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6014) dan Muslim (2624).

Keindahan Islam akan terasa semakin indah bila setiap detil ajaran agama ini bisa kita implementasikan/amalkan dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Dalam hidup bertetangga sehari-hari misalnya, di hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan secara terus menerus (untuk menekankan keseriusan) agar kita berbuat baik kepada tetangga.

Dalam hadits lain dari Anas Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Artinya : Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba itu beriman, sehingga dia mencintai tetangganya -atau berkata : saudaranya- sebagaimana dia mencintai dirinya". Juga ada hadits lain lagi yag artinya “Tidaklah disebut mukmin orang yang kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan".

Menurut jumhur ulama, dalam Islam yang disebut tetangga adalah tetangga dalam radius 40 rumah (ke kanan, kiri, depan dan belakang) atau berarti 160 rumah sekitar kita.

Di jaman yang sangat individualistik sekarang, mungkinkah kita bisa tahu kalau tetangga kanan kita rumah yang ke 25 misalnya kelaparan ?. Jangankan rumah yang ke 25, tiga rumah di kanan kiri kita-pun mungkin kita tdak tahu.

Lantas di jaman seperti ini kewajiban kita terhadap tetangga agar mereka tidak kelaparan apakah gugur ?; tentu tidak !. Sebagai agama akhir jaman, semua ajaran ini akan tetap valid sampai hari kiamat….termasuk berbuat baik dan mencegah kelaparan di lingkungan tetangga kita seperti dalam hadits diatas.

Lantas bagaimana caranya kita bisa berbuat baik dan melayani tetangga dalam radius 40 rumah di jaman yang sangat individualistik ini ?. System yang efektif yang di jalankan oleh orang orang yang memiliki motivasi yang benar dan drive yang memadai dalam dirinya – insyallah akan bisa membantu mengimplementasikan ajaran ini.

Waktu masih di industri asuransi beberapa tahun silam, saya pernah belajar dari salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia yang memiliki jaringan agen yang sangat efektif di lingkungan tetangga, mereka menyebutnya Partner in Neighborhood. Tugas mereka mengolah seluruh potensi asuransi di lingkungan tetangga, memasarkan produk yang tepat untuk mereka dan melayani mereka untuk segala permasalahan asuransi yang mereka hadapi. Dari program Partner in Neighborhood yang berjalan secara efektif inilah perusahaan tersebut menjadi sangat besar – bahkan konon dana premi yang dikumpulkannya setiap tahun setara dengan GDP salah satu negara kecil di dunia !.

Pelajaran yang bisa kita petik adalah, mereka ini tidak memiliki ajaran yang indah untuk melayani tetangga seperti yang kita umat Islam punya. Mereka juga tidak memiliki motif yang luhur untuk berbuat baik terhadap tetangga, motif mereka ya jualan asuransi itu tadi. Yang mereka miliki hanya system yang dijalankan dengan disiplin sehingga bisa efektif.

Kita memiliki ajaran yang sangat baik untuk melayani tetangga ini; kita juga memiliki motif yang luhur yaitu pingin bisa masuk kedalam kelompok orang yang disebut ‘mukmin’ dalam hadits tersebut diatas. Yang kita perlukan sekarang adalah tinggal men-develop system yang efektif untuk neighborhood management atau pengelolaan tetangga ini.

Saat ini kami sedang mengembangkan system yang kami beri nama Direct1st® untuk menunjang program GeMa Produktif yang kami mulai perkenalkan dalam tulisan sebelumnya. Sengaja kami beri nama kebarat-baratan, agar mudah diterima di pasar yang lebih luas. Disamping itu juga untuk membedakan dengan jelas antara system Direct1st® ini dengan system Multi Level Marketing (MLM) yang sekarang banyak beredar di masyarakat.

Tiga perbedaan yang sangat mendasar antara system Direct1st® dengan MLM tersebut adalah:

Pertama semua agen dari Direct1st® yang selanjutnya kita sebut Productvity Agent (PA) adalah Direct and First contact dari kita yang mengelola system ini; tidak ada layer lain antara kita dengan para agen kita. Dengan demikian jalur distribusi produk berupa barang atau jasa sampai ke tangan pengguna menjadi sangat dekat, produk akan murah – lebih murah dari yang ada di minimarket atau super market.

Dalam system MLM sesuai dengan namanya; Agen MLM yang menjual produk sampai ke tangan konsumen adalah sudah agen level ke sekian dari perusahaan yang mengelolanya. Panjangnya jalur membuat banyaknya level yang harus kebagian jatah, sehingga produk MLM akan cenderung lebih mahal dari harga yang seharusnya. Itulah sebabnya sangat jarang kita bisa jumpai produk MLM yang juga available di toko biasa misalnya – karena kalau ada di toko – jalur toko ini kemungkinan besar akan masih lebih murah.

Perbedaan kedua terletak pada aliran produk. Dalam system MLM, produk yang dipasarkan adalah hanya produk perusahaan MLM atau vendor-vendornya. Agen MLM pada umumnya hanya menjual produk yang disediakan perusahaan tersebut. Dalam system Direct1st® PA tidak hanya menjual produk; PA juga dapat memperkenalkan produk-produk mereka kedalam system Direct1st® sehingga produk tersebut ikut dijual oleh ribuan PA lainnya. MLM menerapkan jalur distribusi produk satu arah, sebaliknya Direct1st® memiliki dua arah jalur distribusi.

Perbedaan ketiga terletak pada motif. Dalam MLM motif utama adalah menjual produk berupa barang atau jasa. Dalam system Direct1st® motif utama kita adalah berbuat baik kepada tetangga agar kita bisa masuk golongan ‘mukmin’; balasan atas kebaikan kita tidak harus dari tetangga yang kepadanya kita berbuat baik tersebut, balasan bisa dari mana saja – berbagai jalan yang diberikan Allah Yang Maha Kaya untuk membalas kebaikan kita sesuai janjinya Hal Jaza ul Ihsan Illal Ihsan, tidak ada balasan atas kebaikan selain kebaikan pula.

Lantas apa kaitannya system Direct1st® dengan kewajiban kita mencegah adanya tetangga yang kelaparan ?. Dengan system pemasaran baru Direct1st® seorang agen PA dapat mendorong tetangganya yang berpotensi (dia toh diwajibkan agama untuk melayani 160 tetangganya !) untuk bisa memproduksi sesuatu yang baik.

Selama ini kalau kita bisa mengajari ketrampilan ke tetangga-tetangga kampung kita untuk memproduksi sesuatu, problem utamanya pemasaran bukan ?. Nah problem utama pemasaran inilah yang kita insyaallah akan solve dengan jalur pemasaran yang efektif yang kita sebut Direct1st® ini.

Dari pasar yang efektif inilah kemakmuran insyallah bisa merata; inilah sebabnya marketing tagline program ini seperti yang ada di logo diatas kita sebut First in Wealth Distribution…insyallah kita bisa menyebarkan kemakmuran disekitar kita, insyallah kita bisa makmur bersama tetangga…Insyaallah.

Catatan : Pendaftaran untuk menjadi Productivity Agent ini menunggu system yang kami kembangkan siap, nantinya akan bisa mendaftar di http://www.direct1st.com. Agen-agen GeraiDinar karena sudah terseleksi sebelumnya, insyallah bisa otomatis jadi Productivity Agent ini.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.