Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

05 Oktober 2009

Merdeka dari Penjajahan Ekonomi, How ..

"Sungguh Allah mengutus kami, agar kami memerdekakan manusia dari mengabdikan diri pada sesama manusia kepada mengabdikan diri kepada Allah, dari kezaliman agama (diluar Islam) kepada keadilan Islam dan dari kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat." Rub’i bin Amir

Those concerned about such things as freedom, justice, the preservation of property rights and purchasing power, would do well to consider the moral case for the gold standard, for, once understood, it is the individual’s best defense against government confiscation of property through inflation. The point, is that like freedom, it is the ideal. And like freedom, while achieving it may be a distant goal, moving toward it is always the direction we should be moving. Paul Nathan

Perhatikan dua pernyataan diatas, yang pertama adalah kata-kata legendaries yang muncul dari seorang prajurit Islam Rub’i bin Amir dihadapan panglima perang Persia – Rustum ; dan yang kedua adalah statement dari analis senior emas dunia Paul Nathan yang mengungkapkan kerinduannya akan kemerdekaan ekonomi dengan standar emas.

Dua orang yang tentu sangat berbeda dari sisi keimanan, dari sisi jaman dan dari sisi latar belakang – kesamaannya hanya satu : keinginan untuk merdeka dari mengabdikan diri pada sesama manusia. Dan ini juga menjadi keinginan kita semua. Hanya dengan merdeka dari pengabdian ke sesama manusia kita bisa sepenuhnya mengabdikan diri pada Allah semata.

Karena bukan seorang Muslim, Paul Nathan mungkin tidak punya tujuan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta; tetapi tetap saja dia sebagai manusia – tidak mau dijajah. Hak azazi dia mendorong dia berontak (secara pemikiran) dari penjajahan yang dia rasakan; siapa penjajah yang dia maksud ? – ternyata rezim uang kertas lah penjajah itu. Pemberontakan Paul Nathan terhadap uang kertas ini dapat Anda baca secara lengkap di kolomnya di kitco.com akhir pekan lalu.

Dalam tulisannya yang panjang tersebut, Paul Nathan menjelaskan bahwa mereka harus menggunakan uang kertas (uang fiat yang non-convertible to gold) karena di paksa (forced) dan dipojokkan (conned). Warga Amerika dipaksa menggunakan uang kertas US$, dan dipojokkan dengan argumen bahwa uang yang berupa komoditi riil sudah kuno (old-fashioned) dan tidak praktis (impractical) lagi untuk digunakan di jaman ini.

Masih menurut Paul; uang bagi orang merdeka dan paling dipercaya oleh manusia sepanjang sejarah adalah emas. Pertama karena emas selalu dapat ditukar ke commodity lain kapan dan dimana saja, kedua emas memiliki nilai tukar yang stabil dan ketiga emas dapat menyimpan nilai (store of value) dalam waktu yang panjang tanpa mengalami penyusutan nilai.

Pemberontakan pemikiran semacam pemikiran Paul ini adalah bersifat Fitrah, bisa datang dari latar belakang apapun – karena hakekatnya semua orang ingin merdeka; hanya sebagian orang kadang tidak merasa dijajah sehingga tidak perlu merasa harus berjuang untuk merdeka. Sebagian lain malah menikmati system penjajahan, karena mereka-mereka ini mendapatkan manfaat langsung dari si penjajah.

Lantas siapa yang menjajah Paul dan bangsanya Bangsa Amerika ?, siapa pula yang menjajah kita dan bangsa kita ini ?. Ingat bahwa yang menjajah Indonesia empat abad silam juga bukan negeri Belanda, tetapi ‘hanya’ sebuah perusahan dari negeri tersebut yang namanya Vereenigde Oost indische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC.

Kini perusahaan-perusahaan raksasa semacam VOC tersebut dalam berbagai bentuk dan namanya, telah berkolaborasi dengan institusi-institusi global yang kemudian ada yang menyebutnya dengan istilah corporatocracy – menjajah bangsa-bangsa di seluruh dunia – tanpa sebagian besar mereka merasa terjajah (sehingga tidak berontak).

Bukan hanya system uang fiat – yang nilainya bisa mereka permainkan sesuai kepentingan mereka - yang mereka kendalikan , tetapi juga system perdagangan, distribusi bahkan sampai mereka bisa mengendalikan dan mengubah menu utama makanan suatu bangsa. Bangsa kita contohnya, waktu SD saya belajar bahwa makanan pokok kita adalah nasi dari beras, jagung, tiwul/gaplek (ketela), sagu dlsb.; tetapi kini menu utama makanan kita adalah mie instant yang bahannya harus kita impor dari para corporatocracy tersebut – sampai menjadi defisit impor bahan pangan terbesar dinegeri ini !

Jadi untuk merdeka secara ekonomi; bukan hanya system uang yang harus kita perjuangkan untuk kembali ke system yang adil yang memerdekan manusia; tetapi juga berbagai aspek dari penjajahan ekonomi lainnya seperti yang saya contohkan diatas.

Itulah sebabnya gerakan Dinar yang sudah kita rintis dua tahun terakhir, kini juga bergerak ke aspek-aspek produksi dengan GeMa Produktif, aspek distribusi dengan merintis penjualan langsung dari masyarakat ke masyarakat dengan system Direct1st® dan berbagai aspek lainnya kedepan.

Kalau dahulu para pendahulu kita perlu berjuang 350 tahun untuk merdeka dari jajahan VOC, Wa Allahu A’lam berapa lama kita akan bisa merdeka dari jajahan corporatocracy nan sangat canggih dewasa ini. Namun berapa jauh-pun kemerdekaan itu jaraknya dari posisi kita sekarang, langkah kesana harus ada yang mulai…entah di jaman kita, entah anak kita, entah cucu kita…tetapi insyallah kita akan Merdeka… Merdeka …Merdeka…!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.