“Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari”. (QS 16 :26)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS 8 : 33)
Belum satu bulan negeri ini dikejutkan oleh gempa skala besar (7.3 skala Richter) di Tasikmalaya dan sekitarnya (02/09/09), kembali negeri ini diguncang oleh gempa yang tidak kalah dasyatnya ( 7.6 skala Richter) di Padang dan sekitarnya (30/09/09). Para ahli tentu dengan mudah bisa menjelaskan apa dan bagaimana gempa ini sehingga saya tidak perlu menguraikan tentang gempa ini sendiri.
Yang perlu kita renungkan secara sangat-sangat serius adalah mengapa sampai gempa dan berbagai musibah lain seolah tidak henti-hentinya menghujani negeri ini ?. Padahal tuntunan kita yang agung Al-Qur’an Al Karim telah memberikan formulanya untuk ini, baik mengenai penyebab maupun solusi untuk mengatasinya.
Beberapa jam setelah gempa semalam, saya ngobrol sampai larut dengan sahabat saya Dr. Adian Husaini dan beberapa teman lainnya membicarakan antara lain masalah gempa ini. Kesimpulan kita sederhana, kembali ke Al-Quran –lah jawabannya. Dua ayat tersebut diatas yang pertama menjelaskan mengapa gempa dan musibah lain menimpa kita; Ayat yang kedua menjelaskan bagaimana kita bisa menghindari musibah yang terus berulang ini.
Bila menurut Al-Qur’an gempa ditimpakan ke kaum yang melakukan makar kepada Allah, maka instrospeksinya adalah bangsa ini harus memahami ke-makaran apa yang telah dilakukan secara rame-rame ?. Makar artinya mengambil hak - makar kepada Allah artinya mengambil hak atau melawan Allah – berikut adalah contoh-contoh area yang perlu kita renungkan.
Allah melarang kita makan riba, bila kita terus melakukannya Allah dan RasulNya menyatakan perang kepada kita (QS 2 : 279). Porsi ekonomi syariah khususnya sektor keuangan di Indonesia masih sekitar 2.5 %; lantas berarti ekonomi kita 97.5 %-nya adalah Riba ?. Keimanan kita menyatakan bahwa kebenaran Al-Quran’an abadi, dan janji Allah pasti benarnya. Lantas bila kenyataannya dalam bidang finansial saja 97.5 % kita memenuhi syarat untuk diperangi Allah dan RasulNya yang diancamkan dalam ayat tersebut, apakah Allah tidak akan melakukannya ?.
Belum lagi kalau kita masuk masalah-masalah hukum, kesusilaan, keadilan ekonomi, perlakuan terhadap orang miskin dan ekonomi lemah dlsb.dlsb.; maka kita akan dapati negeri ini penuh kemungkinan untuk mendapatkan azabnya.
Namun Allah juga Maha Pengasih, Maha Pengampun – kasih sayangNya jauh melebihi kemurkaanNya. Maka kita juga sangat besar kemungkinannya untuk tidak di azab bahkan juga diampuni, syaratnya kita mau mohon ampun atau beristigfar seperti yang di-resep-kan di ayat diatas.
Untuk bisa di-ampuni inipun Allah memberikan resep berikutnya dalam ayat berikut : “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya); sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 16 :119)
Mari kita bantu dengan sekuat tenaga saudara-saudara kita yang terkena musibah – yang bisa jadi timbul karena kesalahan kita semua, selanjutnya juga mari kita cegah timbulnya musibah-musibah lain dengan cara yang sudah ditunjukkanNya – yaitu banyak-banyak mohon ampun … Astaghfirullah hal Adzim … Astaghfirullah hal Adzim… Astaghfirullah hal Adzim…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini