Seminggu menjelang pemilu legislative, Biro Pusat Statistik kemarin mengumumkan tingkat inflasi yang menggembirakan yaitu hanya 0.11 % untuk bulan Juni 2009. Inflasi year on year (Juni 08- Juni 09) menjadi hanya 3.65%, merupakan penurunan yang sangat significant dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada angka 11.03%.
Namun apakah berarti harga-harga (akan) turun ?, jangan dulu berharap harga akan turun. Data yang sama yang di release BPS kemarin juga menunjukkan Indek Harga Konsumen (IHK) yang berada pada angka 114.10 dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya 110.08 - angka ini adalah angka relatif terhadap tahun 2007 yang ditetapkan pada angka 100.
Yang menyedihkan adalah IHK untuk kelompok bahan makanan yang naik jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan umum tersebut. Bulan juni 2009 ini IHK kelompok makanan berada pada angka 122.28, naik dari bulan yang sama tahun sebelumnya yang berada pada angka 116.44.
Apa artinya angka-angka tersebut ?, kalau tahun 2007 kita bisa membeli beras standar seharga Rp 3,500/kg; tahun 2008 lalu kita membeli beras yang sama pada harga Rp 4,060 /kg , maka tahun ini kita harus merogoh kantong lebih dalam lagi karena harga beras yang sama kini telah mencapai Rp 4,270/kg.
Kalau pendapatan kita naik 10% pertahun saja, pastilah harga beras ini naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan kita – inilah yang membuat beban biaya hidup menjadi semakin berat bagi kita semua.
Trend kenaikan harga pangan tersebut juga dengan mudah akan dapat menjelaskan mengapa tabungan kita di bank sebenarnya tidak memberikan hasil yang memadai. Misalnya kita dapat hasil bersih 6% saja setahun, kalau tahun 2007 kita punya uang 100, tahun lalu uang tersebut menjadi 106 dan tahun ini menjadi 112.36 – lebih rendah dari IHK umum (114.10) dan jauh lebih rendah lagi dari IHK kelompok bahan makanan (122.28).
By the way pada saat menulis artikel ini saya menengok sedikit tabungan saya di bank – yang saya pertahankan keberadaannya hanya untuk keperluan transaksi – hasilnya mengejutkan saya karena ternyata jauh lebih rendah dari asumsi saya tersebut diatas. Mungkin saya atau bank saya keliru, Anda tolong cek hasil tabungan Anda bulan ini – saya kawatir Anda juga akan sama terkejutnya dengan saya.
Lantas apa solusinya bagi kita, agar kita tidak semakin tenggelam dalam lautan inflasi yang menggerus daya beli dari tabungan atau penghasilan kita ?.
Yang terbaik adalah kalau bangsa ini mau mengubah lagu lamanya dari lagu ‘…dari kecil rajin menabung, kelak dewasa pasti untung…!’ menjadi ‘ …dari kecil rajin berinvestasi, insyaAllah kelak dewasa berprestasi…’.
Investasi maknanya jauh lebih luas dari menabung; prestasi juga jauh lebih luas dari ‘untung’. Investasi tidak hanya terkait dengan materi, bisa juga berinvestasi dalam pengetahuan dan ketrampilan. Prestasi juga tidak hanya diukur dengan materi, tetapi peningkatan kwalitas hidup di dunia untuk persiapan akhirat adalah prestasi. Jangan lupa juga mengganti kata pasti menjadi insyaAllah, karena tugas kita hanya berikhtiar - sedangkan hasil adalah urusan Allah semata.
Untuk keberhasilan yang sifatnya materi-pun sebenarnya kita juga bisa membebaskan diri dari lautan inflasi kalau uang kita Dinar; dalam tiga tahun terakhir ternyata harga beras diatas justru turun bila dibeli dengan uang Dinar kita. Lihat grafik diatas.
Dengan harga Dinar pada Juni 2007, 2008 dan 2009 masing-masing adalah Rp 832,281 ; Rp 1,166,931 dan Rp 1,355,510 , maka harga beras per – kilogram turun dari semula pada harga 0.0042 Dinar (2007), menjadi 0.0035 Dinar (2008) dan 0.0032 Dinar (2009).
Jadi sekarang Anda tahu bukan ? bahwa ada cara untuk bebas dari belenggu inflasi…!. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini