Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

29 Juni 2009

Harga Dinar/Emas Tidak Mengenal Batas Atas ...

Judul tulisan ini saya ambilkan dari pendapat Peter Munk di Financial Times.

Peter Munk ini adalah pendiri dan juga Chairman dari perusahaan penambang emas terbesar di dunia yaitu Barrick. Peter yang saat ini berusia 82 tahun, sudah menghabiskan ¾ usianya atau sekitar 60 tahun di industri penambangan emas, jadi pendapat yang dia ungkapkan tentu bukannya pendapat sembarang orang.

Berikut adalah ringkasan dari pendapat sang empu emas dunia tersebut :

· Dulu orang berasumsi bahwa investasi paling aman yang bisa dilakukan orang di jaman modern ini adalah investasi di sahamnya UBS Swiss; tetapi gara-gara asumsi ini milyaran Dollar investasi tersapu bersih oleh krisis yang sedang melanda.

· Investor besar maupun kecil kini sulit sekali menjawab pertanyaan sederhana : Apakah ada tempat yang aman di jaman ini untuk berinvestasi yang tidak merugi karenanya ? Karena tidak mudahnya menjawab pertanyaan ini, banyak orang menjadikan emas sebagai safe haven – tempat perlindungan yang aman untuk investasinya.

· Emas yang bulan Februari lalu mencapai angka US$ 1,000/oz; memang tidak tertutup kemungkinan kalau untuk sementara harga itu adalah harga yang sudah ketinggian (inflated) – artinya harga ini kemungkinan akan terkoreksi turun sementara seperti yang terjadi hari-hari ini.

· Namun juga sebaliknya bisa terjadi. Karena pasar emas adalah pasar yang relatif kecil di dunia, kalau ada beberapa bank sentral dunia atau satu bank sentral UAE misalnya tidak percaya bahwa upaya Obama untuk menyelamatkan ekonomi Amerika akan berhasil, kemudian bank sentral tersebut mengubah (sebagian) cadangannya dari US$ menjadi emas – maka beberapa keputusan semacam ini akan cukup melambungkan harga emas dunia ke angka diatas US$ 2,000,-.

· Ekonomi dunia bisa saja pulih, namun trauma atau perasaan tidak aman investasi di saham/surat berharga kemungkinan akan terus berlanjut – artinya safe haven emas tetap diperlukan.

· Peluang lain ketika ekonomi pulih adalah kebutuhan orang akan perhiasan akan naik. Karena industri perhiasan ini mewakili 58% kebutuhan emas dunia, maka kebangkitan industri perhiasan ini akan secara significant menaikkan kebutuhan emas dunia – yang berarti juga kenaikan harga.

Atas dasar pendapat Peter Munk dengan pengalamannya di industri emas yang 60 tahun , ditambah poin–poin tersebut diatas – maka saya cenderung sependapat dengan Peter ini – bahwa tidak ada batas atas dari harga emas; artinya harga emas bisa naik ke angka berapa saja – meskipun tidak ada yang tahu persis kapan hal ini bisa terjadi.

Kesetujuan saya dengan pendapat tersebut juga sejalan dengan statistik harga Dinar 40 tahun terakhir yang saya sajikan berdasarkan data harga emas dari Kitco seperti grafik diatas.

Jadi harga emas/Dinar yang saat ini ‘relative rendah’ bisa-bisa saja turun lagi dalam waktu dekat ini, namun faktor-faktor yang akan mendorongnya naik (kembali) juga tidak kalah besarnya. Wallahu A’lam.

26 Juni 2009

Estimasi Supply & Demand Emas Dunia 2009 ...


Selama ini yang sudah sering saya bahas di situs ini adalah pergerakan harga emas dunia dikaitkan dengan nilai tukar Rupiah, US$ dan mata uang fiat lainnya di dunia. Yang tidak kalah pentingnya yang menjadi penentu harga apapun di dunia ini adalah keseimbangan antara penawaran dan permintaan (supply & demand). Jadi kali ini saya akan menulis tentang penawaran dan permintaan ini yang datanya saya ambilkan dari Kitco dan Gold Forecaster.

Dari sisi permintaan emas Dunia, tahun ini diperkirakan akan ada kenaikan sebesar kurang lebih 13 %. Kenaikan ini terutama adalah untuk mem-back-up pertumbuhan Exchange Traded Fund (ETF) yang berbasis emas. Dua bulan terakhir ini saja tambahan kebutuhan emas untuk back-up ETF ini sudah mencapai sekitar 244 ton.

Perubahan dari sisi kebutuhan yang juga significant adalah rencana pemerintah Russia untuk menambah cadangan emasnya. Januari tahun ini saja mereka sudah menambah 34 ton emas di cadangannya. Ini belum termasuk China dan Jepang yang kemungkinan juga akan menambah cadangan Emasnya – hanya belum bisa dikwantifisir secara relatif akurat, jadi belum dimasukkan sebagai estimasi.

Dari sisi supply, relatif tidak banyak berubah dari tahun sebelumnya. Malah ada kecenderungan menurun dari penambangan baru dan penjualan bank sentral. IMF yang sejak tahun lalu berkoar-koar untuk menjual 400 ton dari cadangan emasnya.

Untuk bisa bener-bener menjual emasnya, IMF harus mengantongi persetujuan minimal 85% suara. Problemnya adalah 16% suara sendiri milik Amerika, sedangkan di Amerika sendiri untuk memberikan persetujuannya perlu persetujuan Congress-nya. Sampai saai ini proposal ke Congress saja belum menjadi agenda pemerintahan Obama yang lagi sibuk ngatasi krisisnya dalam negeri.

Kalau toh akhirnya IMF dapat persetujuan 85% suara untuk menjual emasnya; selain belum cukup untuk menambal kelebihan demand emas dunia – kemungkinan besar juga tidak mempengaruhi harga pasar. Hal ini karena untuk pertanggung jawaban ke anggota-nya IMF pasti akan menjual ke harga tertinggi melalui serangkaian pelelangan.

Shortfall kebutuhan emas sekitar 677 ton ini bukan jumlah yang kecil karena kurang lebih setara dengan cadangan emas bank sentral China atau kurang lebih setara dengan 9 kali cadangan emas Bank Indonesia.

Lantas bagaimana shortfall ini akan terpenuhi ?. Karena menambah supply lebih kecil kemungkinannya dibandingkan menurunkan demand – maka penurunan demand dengan terpaksa akan terjadi. Artinya akan ada seleksi pasar, siapa yang paling mampu membeli supply emas yang terbatas tersebut yang akan mendapatkan emasnya.

Seleksi pasar secara alamiah ini tidak lain adalah mekanisme pembentukan harga, jadi harga emas akan terdorong ke atas sehingga demand menurun sampai terjadi keseimbangan dengan supply-nya. Wallhu A’lam.

23 Juni 2009

Uang Fiat ... Sampai Kapan Engkau Bisa Bertahan ...?



Tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapapun, uang fiat yaitu uang yang tidak memiliki nilai intrinsik nilainya terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hanya saja mayoritas kita tidak menyadari, seberapa burukkah penurunan nilai tersebut.

Mayoritas kita terkecoh oleh pandangan jangka pendek dimana nilai uang kertas seolah berfluktuasi satu sama lain, kadang naik dan kadang turun. Ini benar kalau yang kita pakai rujukan adalah sesama uang kertas.

Kaidah menimbang adalah anak timbangan haruslah memiliki berat yang tetap. Kalau kita mau menimbang mentimun di pasar misalnya, kita tidak bisa menimbangnya dengan anak timbangan berupa belewah – karena berat keduanya tidak pasti. Anak timbangan harus pasti dan beratnya teruji.

Demikian pula menilai daya beli uang kertas; uang Rupiah hanya memiliki nilai relatif terhadap uang US$ misalnya – tetapi daya beli riilnya atau nilai absolutnya tidak bisa ditentukan dengan membandingkan Rupiah dengan US$ - karena keduanya tidak memiliki nilai yang pasti dan teruji.

Jadi apa yang bisa kita pakai untuk mengukur nilai atau daya beli uang kertas yang akurat ?. Emas atau Dinar-lah salah satu jawabannya yang paling akurat dan telah teruji selama beribu tahun.

Selain menggunakan alat ukur yang baku dan teruji, mengukur nilai mata uang juga harus dilakukan dalam rentang waktu yang cukup , misalnya 5 – 10 tahun atau bahkan lebih. Mengapa demikian ? karena kalau rentang waktu yang digunakan hanya jangka pendek – misalnya hanya dalam tempo satu tahun, orang bisa terkecoh dan keliru dalam mengambil keputusan.

Perhatikan gambar diatas sebagai contoh. Dalam rentang waktu satu tahun, bila diukur dengan timbangan emas atau Dinar sekalipun (sebagai pembanding nilai yang baku) – maka gejolak nilai mata uang seolah wajar saja.

Ada mata uang yang nilainya naik dibandingkan emas yaitu Yen (naik 18%); Sementara US$ dan Sing $ relatif tetap (masing-masing ‘hanya’ turun 1% dan 5%). Sedangkan mata uang Euro turun 11%, Rupiah turun 16% dan terparah Poundsterling turun 27%.

Untuk mengambil keputusan penting, terkait investasi jangka panjang kita seperti biaya pendidikan anak, biaya membangun rumah, biaya kesehatan dan dana pensiun – kita harus menggunakan kacamata daya beli uang dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Perhatikan grafik disamping yang menggambarkan nilai daya beli berbagai mata uang fiat, bila diukur dengan timbangan yang baku berupa nilai emas atau Dinar dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir.

Dengan mudah kita bisa melihat di grafik bahwa hanya dalam tempo kurang dari sepuluh tahun saja (Tahun 2009 yang kita pakai baru data Januari minggu ke 3), tidak ada satu mata uang fiat-pun yang bisa survive mempertahankan nilai daya belinya.

US$ yang katanya perkasa, dalam rentang waktu tersebut daya beli belinya terhadap emas tinggal 32 %, sementara Euro tinggal 42 %, Yen tinggal 37 %, Sing $ tinggal 36%, Poundsterling tinggal 28 % dan mata uang kesayangan kita Rupiah tinggal 21 % !.

Bila laju penurunan daya beli uang fiat sepuluh tahun terakhir adalah seperti grafik dan angka-angka diatas; lantas siapa yang bisa menjamin bahwa trend 10 tahun kedepan tidak akan berjalan seperti ini, atau bahkan lebih buruk melihat perkembangan krisis finansial global setahun terakhir ? Silahkan Anda gunakan asumsi-asumsi Anda sendiri.

Lantas apa pula pentingnya dua grafik tersebut (untuk grafik lebih detil silahkan click pada grafiknya) pada pengelolaan/perencanaan investasi dan keuangan kita semua ? Untuk kebutuhan jangka pendek – satu tahun atau kurang misalnya; penggunaan uang fiat bisa jadi masih cukup aman – kalau kondisi finansial secara nasional atau global berjalan tanpa turbulensi yang besar.

Sebaliknya untuk pengelolaan/perencanaan keuangan dan investasi jangka menengah panjang; Dinar Emas yang dapat mempertahankan daya belinya sepanjang jaman - jelas merupakan salah satu jawabannya. Wallahu A’lam.

19 Juni 2009

Tinggalkan US Dollar ...



Tulisan ini saya ambilkan dari study yang dilakukan oleh Casey Research yang kemudian dituangkan dalam the Casey Report.

Terungkap dari report yang panjang ini bahwa selama krisis finansial yang sampai sekarang tengah berlangsung, Amerika Serikat telah mem-bailout atau berkomitment untuk bailout sebesar US$ 8.5 trilyun. Bailout ini melibatkan empat institusi keuangan negeri itu seperti dalam grafik, lebih dari 61 % sendiri dikeluarkan oleh Federal reserve.

Dalam teori ekonomi yang umum, bailout ini mestinya tidak masalah karena umumnya berupa loan, equity atau guarantee. Loan mestinya harus dibayar oleh si penerima pinjaman pada akhirnya. Equity akan menambah kepesertaan pemerintah di berbagai sektor usaha. Demikian pula guarantee mestinya juga tidak menimbulkan kerugian pada asset pemerintah – karena tidak ada cash out-nya.

Namun seluruh bailout tersebut ternyata menjadi masalah besar setelah terungkap dalam report tersebut diatas bahwa; loan yang dikeluarkan oleh ( atau dijanjikan) pemerintah dalam program bailout tersebut mencapai US$ 2.3 trilyun dan rata-rata tidak di back up oleh asset yang ada harganya. Artinya lebih besar kemungkinan tidak terbayarnya, daripada kemungkinan terbayar.

Bailout yang berupa equity mencapai US$ 3.0 trilyun, tetapi ternyata ini rata-rata equity pada perusahaan yang bangkrut. Bahasa jawanya ini Nguyahi Segoro (nggarami laut).

Yang terbesar berupa gurantee pemerintah yang mencapai US$ 3.2 trilyun, rata-rata ini pada produk-produk derivative dan produk investasi bodong lainnya yang sedang runtuh – yang pada waktunya nanti akan menuntut pihak pemberi guarantee untuk bener-benar menalanginya. Artinya yang mestinya tidak menjadi cash-out-pun akhirnya bener-bener akan menjadi cash-out.

Lantas seberapa besar sih sebenarnya uang US$ 8.5 trilyun ini ?; grafik disamping menggambarkan bahwa seluruh project besar bangsa Amerika sepanjang sejarah – setelah di adjusted dengan faktor inflasi – kalau di total hanya mencapai US$ 8.1 trilyun.

Perang Dunia II misalnya setelah di adjusted dengan inflasi ‘hanya’ membebani Amerika US$ 4.1 trilyun; Seluruh program NASA yang diantaranya sampai membawa bangsa Amerika ke bulan hanya perlu US$ 0.885 trilyun. Perang Vietnam hanya US$ 0.686 trilyun.

Apa makna dari angka-angka ini semua ?. Maknanya adalah pemerintahan Amerika telah menggadaikan bangsa dan kekayaannya sampai bergenerasi yang akan datang. Selama bangsa-bangsa lain tetap memberi mereka pinjaman – dengan menggunakan uang Dollar Amerika – kemungkinan mereka bisa saja survive hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun.

Balon yang terus menerus ditiup, akhirnya akan meletus juga. Inilah yang akan terjadi dengan Amerika dan dengan uang US Dollarnya.

Para pemberi pinjaman (semua pihak yang masih menggunakan US Dollar – termasuk saya dan Anda kala bepergian keluar negeri dlsb.) ini akhirnya juga akan sadar bahwa yang diberi pinjaman ini sebenarnya tidak layak menerimanya. Bukan hanya karena mereka tidak akan mampu membayarnya, tetapi juga mereka menggunakan pinjaman dari bangsa-bangsa lain di dunia untuk membiayai kesombongannya – bahkan kadang untuk menindas bangsa lainnya !.

Mulai saat ini, bantulah pemerintah kita menyelamatkan Rupiah – paling tidak ini lebih baik daripada membantu pemerintah Amerika menyelamatkan uangnya.

Namun kalau pemerintah kita juga mengikuti cara-cara Amerika – ingat peribahasa “Guru…berdiri, murid…berlari “?, maka kita juga harus pikirkan cara-cara kita menyelamatkan diri, keluarga , masyarakat dan bangsa ini kedepan…Solusi Dinar adalah salah satunya. Wallahu A’lam.

16 Juni 2009

Dinar Emas : 22 Karat atau 24 Karat ...


Ada pelajaran yang membekas di benak saya dalam menyikapi berbagai hal yang kita temui di kehidupan sehari-hari kita – dalam hal muamalah maupun dalam hal Ibadah.

Pedomannya sederhana yaitu untuk urusan ibadah – perhatikan yang diperintahkan dan dicontohkan oleh junjungan kita Muhammad Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam. Diluar yang diperintahkan dan dicontohkan ini – haram hukumnya dalam Ibadah.

Sebaliknya dalam hal muamalah – perhatikan yang dilarang , diluar yang dilarang ini boleh hukumnya.

Nah dalam menjawab banyak pertanyaan tentang kadar Emas dalam Dinar, kaidah yang kedua yang saya pakai karena ini bab muamalah. Dalam berbagai buku fiqih yang saya baca, saya tidak menemukan satupun rujukan Ayat Al-Qur’an atau Hadits yang berbicara masalah kadar/karat emas ini.

Kalau toh ada pihak yang berusaha menjelaskan masalah ini, itu pendapat yang bersangkutan yang bisa benar dan bisa pula salah. Sama juga dengan pendapat saya, bisa benar bisa salah.

Ulama kontemporer zaman ini Dr. Yusuf Al-Qaradawi –pun ketika secara panjang lebar membahas masalah Dinar dan Dirham dalam Kitab Fiqh Al Zakah (King Abdul Aziz University, 2000); beliau tidak sedikitpun mengungkit masalah kadar emas dalam Dinar ini.

Beliau hanya mengungkit masalah beratnya yaitu Hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam yang berbunyi kurang lebih “ Timbangan mengikuti yang digunakan penduduk Mekah, Takaran mengikuti yang digunakan penduduk Madinah”.

Dari hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam ini, dalam bahasannya Dr. Qaradawi menyimpulkan bahwa berat 1 Dinar atau 1 Mithqal adalah sama dengan 4.25 gram timbangan saat ini ; sedangkan berat 1 Dirham adalah 2.975 gram.

Kesimpulan yang antara lain didukung dengan hasil penimbangan Dinar yang diterbitkan pada jaman Khalifah Abdul Malik yang ada di musium ini ternyata juga sama beratnya dengan koin emas yang diterbitkan oleh kerajaan Byzantine.

Karena tidak adanya dalil yang mengatur masalah karat ini; maka saya menggunakan logika sejarah untuk memutuskan Dinar dengan kadar berapa yang disebar-luaskan oleh GeraiDinar. Perlu diingat bahwa GeraiDinar tidak membuat atau memproduksi Dinar sendiri – GeraiDinar hanya menyebar luaskan Dinar yang diproduksi oleh Mitra kita satu-satunya di Indonesia yaitu Logam Mulia – PT. Aneka Tambang, TBK.

Berikut adalah fakta-fakta sejarah yang dapat saya temukan :

Semasa Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam masih hidup; beliau belum (memerintahkan ) mencetak Dinar Islam sendiri. Berarti Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam menggunakan Dinar yang diproduksi oleh dunia diluar Islam. Apa yang ada sebelum Islam atau diluar Islam kemudian juga digunakan oleh beliau, maka ini menjadi ketetapan atau taqrir beliau – yang berati Dinar (uang emas) diluar Islam-pun boleh digunakan oleh umat Islam.
Dinar baru mulai dicetak di Kekhalifahan Islam pada jaman Kekhalifahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan (41-60H) ; namun pada jaman itu uang emas dari Byzantine tetap juga digunakan bersama Dinar Islam.
Pada jaman Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan (75 H-76 H) barulah beliau melakukan reformasi finansial, dimana hanya Dinar dan Dirham Islam yang dipakai di Kekhalifahan.
Sampai abad 19 koin-koin emas yang ada di dunia hanya berkadar antara 0.900 % – 0.9166 % atau yang paling mendekati adalah 22 karat ( 22 karat = 22/24 = 0.917%)

Jadi dengan fakta-fakta tersebut, manakah yang lebih mendekati Dinar jaman Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam; 22 karat atau 24 karat ? Insyaallah Dinar 22 karat yang lebih mendekati, maka inilah pilihan saya.

Baru dalam 2 abad terakhir ketika teknologi pemurnian emas sudah semakin baik, koin emas 24 karat mulai dibuat orang. Meskipun demikian tidak serta-merta koin emas yang ada di dunia lantas rame-rame dibuat dalam kadar 24 karat.

Ketika koin emas digunakan untuk keperluan jual beli sehari-hari (sebagai alat tukar), maka dibutuhkan kekokohan (durability) yang tinggi –koin emas tersebut tetap dibuat dalam 22 karat. Sampai sekarang-pun koin emas American Eagle, British Britannias, South African Kruggerands tetap dibuat dalam 22 karat.

Demikian pula Dinar emas; yang diterbitkan di Malaysia oleh Islamic Mint Malaysia, di Dubai oleh e-Dinar dan di Indonesia oleh Logam Mulia juga menggunakan 22 karat karena intensinya memang Dinar emas ini suatu saat bisa menjadi Dinar emas yang aktif – yaitu sebagai alat tukar yang nyata.

Memang ada koin emas yang saat ini diproduksi dalam 24 karat seperti Canadian Maples, Chinese Pandas dan Australian Nuggets, termasuk juga beberapa produksi Logam Mulia – tetapi koin-koin semacam ini tidak pernah dimaksudkan menjadi alat tukar aktif.

Meskipun pendapat saya ini cenderung untuk menggunakan Dinar 22 karat karena intensinya suatu saat akan menjadi mata uang yang aktif digunakan sehingga dibutuhkan koin yang durable; maka konsisten dengan kaidah diatas – saya juga tidak bisa menyalahkan pihak-pihak yang menggunakan Dinar 24 karat, lha wong saya nggak ketemu dalil yang melarangnya kok – apa hak saya untuk menyalahkannya ? Lebih jauh lagi, kalau Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam saja mau menggunakan koin emas yang diproduksi oleh orang-orang diluar Islam – masa koin emas yang disalurkan saudara kita se Iman kita tolak ?.

Yang penting kita harus jujur, kalau Dinar yang kita perkenalkan 22 karat – maka katakan demikian. Inilah sebabnya mengapa di sertifikat kita yang menyertai setiap koin Dinar – kita sebutkan kadar dan beratnya dengan jelas. Semata-mata untuk jujur dan transparan pada para pengguna.

Kalau Anda sempat ke toko-toko emas di Mekah atau Medinah dan nanya Dinar, maka Anda akan diambilkan dalam genggaman tangan beberapa keping Dinar – tanpa sertifikat. Orang percaya begitu saja mungkin karena di Mekah atau Medinah, tetapi tahukah Anda berapa kadar emasnya ? Anda hanya bisa tahu kadarnya kalau di tes dengan technology tinggi seperti technology XRay yang dimiliki oleh GeraiDinar Pusat dan Logam Mulia.

Lantas bagaimana bila di pasaran ada dua koin Dinar dengan karat yang berbeda ? Saat ini tidak menjadi masyalah karena keduanya masih belum sepenuhnya aktif sebagai alat tukar; kedua koin lebih banyak berfungsi secara efektif sebagai store of value.

Bila keduanya akan mulai aktif sebagai alat tukar yang beredar di pasar, maka seperti kata Ibnu Taimiyah – koin yang berkadar lebih tinggi akan dengan sendirinya menghilang dari pasar karena akan cenderung disimpan oleh pemiliknya atau diambil keuntungannya. Inilah mengapa di belahan dunia lainpun koin 24 karat memang tidak diarahkan untuk menjadi alat tukar yang aktif seperti yang saya berikan contohnya diatas.

Kelak pada waktunya kekhalifahan Islam berdiri tegak; Insyaallah semuanya mengikuti satu standar yang sama – tetapi untuk saat ini belum ada yang berhak mengaku paling benar standarnya atau paling benar pemahamannya. Wallahu A’lam.

12 Juni 2009

Kapan Dinar akan Menjadi Mata Uang Sepenuhnya ... ?

....Wa maa ra maita idz romaita wa laakinnallaha ra maa.... (QS 8 : 17)

Pertanyaan dalam judul tulisan ini sering muncul dari klien-klien yang semangat memperkenalkan Dinar Islam sebagai uang yang sesungguhnya. Saya sendiri yakin hal ini akan terjadi, tetapi waktunya kita serahkan pada Allah semata.

Dalam tataran usaha memperkenalkan Dinar sebagai uang sesungguhnya, saat ini tembok-tembok besar masih menghadang di depan. Tembok besar ini bisa berupa Undang-Undang negeri ini; Articles of Agreement IMF ; Dominasi ilmu keuangan sekuler yang lagi berkuasa dlsb.


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 23 tahun 1999 misalnya; pasal 2 ayat 3 mengatur bahwa “Setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia wajib menggunakan uang Rupiah, kecuali apabila ditetapkan lain dengan Peraturan Bank Indonesia.” Undang-Undang ini lahir dari kesepakatan Pemerintah RI dengan IMF 1998. Saat itu Pemerintah Indonesia dalam posisi kejepit diharuskan membuat Undang-Undang Bank Indonesia yang otonom. Dengan Undang-undang tersebut Bank Indonesia mendapatkan otonominya yang penuh, tidak ada siapapun di Indonesia yang bisa mempengaruhinya (Pasal 4 ayat 2) termasuk Pemerintah Indonesia sendiri.
Tetapi ironisnya adalah setelah lepas dari pengaruh siapapun di Indonesia, Bank Indonesia justru masuk genggaman yang lebih erat di tangan IMF - BI tidak bisa lepas dari pengaruh IMF karena harus tunduk pada Articles of Agreement of the IMF seperti yang diatur antara lain dalam beberapa contoh pasal-pasal berikut :

a. Article V Section 1, menyatakan bahwa IMF hanya berhubungan dengan bank sentral (atau institusi sejenis) dari negara anggota

b. Article IV Section 2, menyatakan bahwa sebagai anggota IMF harus mengikuti aturan IMF dalam hal nilai tukar uangnya, termasuk didalamnya larangan menggunakan emas sebagai patokan nilai tukar.

c. Article IV Section 3.a. , menyatakan bahwa IMF memiliki hak untuk mengawasi kebijakan moneter yang ditempuh oleh anggota, termasuk mengawasi kepatuhan negara anggota terhadap aturan IMF.

d. Article VIII Section 5 , menyatakan bahwa sebagai anggota harus selalu melaporkan ke IMF untuk hal-hal yang menyangkut cadangan emas, produksi emas, export import emas, neraca perdagangan internasional dan hal-hal detil lainnya.

Inilah tembok-tembok besar itu, masih ditambah lagi pemahaman umum para ilmuwan dan ekonom yang ada di negeri ini – yang ilmunya rata-rata dari negeri barat – bahwa inilah yang benar. Pemikiran lain diluar ini dinggap tidak maju, dianggap kemunduran dst.

Meskipun dengan tembok besar menghadang tersebut, bagaimana saya bisa tetap yakin bahwa Dinar Emas Islam akan menjadi uang kita kelak ? Begini alasan saya ; ada dua pendapat yang satu IMF yang mengatakan bahwa uang tidak boleh emas (jadi referensi-pun tidak boleh – apalagi sebagai uang). Sementara itu Ulama besar Imam Ghazali (1058 M—1111 M) yang tidak kita ragukan ke-Ikhlasan-nya berpendapat uang yang Adil hanyalah emas dan perak – siapa yang lebih kita percaya kira-kira ? IMF atau Al – Ghazali ? Jujur saya tentu lebih percaya Al-Ghazali.

Secara Ilmiah-pun emas sebagai uang masa lampau dan masa depan sudah pernah saya tulis dengan judul Emas ... Uang masa lalu dan masa depan. Hal akan kembalinya uang emas, sebagai salah satu uang bernilai intrinsik ini bahkan juga diprediksi oleh futurolog – dewa-nya – ekonom barat yaitu John Naisbitt, apa katanya ? Dalam bukunya - Mind Set - John Naisbitt menyatakan bahwa monopoly terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monopoly uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu negara. Masyarakat tidak akan lagi mempercayai mata uang kertas yang dikeluarkan negaranya dan berpindah ke apa yang dia sebut sebagai mata uang privat. Apa itu mata uang privat ? yaitu benda-benda riil yang memang memiliki nilai intrinsik. Benda riil yang memiliki nilai intrinsik yang paling bersifat universal tidak mengenal waktu, lokasi dan kaum adalah emas dan perak – maka inilah uang masa depan itu.

Lantas bagaimana langkah kecil yang kita lakukan sekarang – dengan memperkenalkan Dinar sebagai alat investasi dan proteksi nilai ini akan bisa menuju penggunaan Dinar dan Dirham sebagai uang sesungguhnya ? Kita serahkanlah kepada Allah semata jalannya; karena dari sejauh yang bisa kita lihat dan upayakan – kita tidak bisa memperkenalkannya langsung sebagai uang karena membentur tembok raksasa diatas; namun kita bisa melakukan bidikan melingkar yaitu dengan menyebar Dinar sebanyak mungkin di genggaman umat; dan menguasai perdagangan bahan bakunya (emas & perak) , maka ketika Dinar diperlukan sebagai uang – Dinar itu sudah ada di tengah-tengah umat.

Katakanlah lemparan kecil kita hanya berhasil memperkenalkan Dinar sebagai alat investasi dan proteksi nilai, namun karena kita niatkan sedari awal untuk mengembalikan Dinar dan Dirham ini sebagai alat muamalah yang adil bagi umat – insyaallah lemparan kecil ini akan diteruskan dengan lemparan yang sangat besar oleh tangan Allah yang Maha Besar... “.... dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar......”. (QS 8 : 17). Wallahu A’lam bi Showab

10 Juni 2009

Harga Emas Dunia, Prediksi Jangka Pendek dan Jangka Panjang ...

by Muhaimin Iqbal

Harga emas dunia sepekan terakhir menujukkan trend menurun seiring dengan menguatnya US$ yang di dashboard GeraiDinar.com diindikasikan dengan US$ Index. Saat ini index tersebut berada pada angka diatas 80 dibandingkan dua pekan lalu yang dikisaran 79.

Bila saya gunakan analisa teknis dari StockChart seperti dalam grafik disamping, maka murni berdasarkan analisa trend statistik penguatan US$ ini akan dapat berlangsung hingga beberapa pekan kedepan. Kalau mengikuti pola sebelumnya maka trend ini akan dapat mencapai kisaran 83 – lihat tanda lingkaran besar pada grafik.

Kita tahu harga emas dunia dalam US$ berbading terbalik dengan kekuatan US$, maka ketika US$ trend-nya menguat – harga emas dunia dalam US$ menurun. Secara kasar dari grafik tersebut dapat diprediksi bahwa bila US$ index mencapai angka 83, harga emas dunia akan berada di bawah US$ 900/oz. Tentu ini bila segala sesuatunya sama – ceteris paribus.

Meskipun harga emas dunia dalam US$ dalam jangka pendek turun, tidak berarti harga dalam Rupiah juga akan turun. Bila US$ menguat, Rupiah sebaliknya akan cenderung melemah – karena timbangan/pembandingnya naik. Jadi tergantung lebih besar mana penurunan harga emas tersebut dibandingkan dengan melemahnya Rupiah. Bila Rupiah bisa bertahan seperti kondisinya sekarang (tetap), maka penurunan harga emas dunia tersebut baru akan diikuti dengan penurunan harga emas dalam Rupiah.

Kapan trend penurunan ini akan berlangsung ?, kembali perhatikan grafik – mulai dari pertemuan garis hitam mendatar dengan grafik naik turun dan gunakan imaginasi Anda. Insyaallah Anda akan dapat melihat segitiga terbalik, namun salah satu kakinya belum sempurna. Bila yang terbentuk nantinya adalah segitiga sama sisi – maka harga emas terendah akan tercapai dalam kisaran satu bulan kedepan; bila tidak maka bisa saja harga rendah ini akan berlangsung lebih lama – dua atau tiga bulan tetapi kemungkinan besar tidak akan lebih dari itu.

Mengapa harga emas dunia dalam US$ yang rendah ini tidak akan berlangsung lebih lama dari dua atau tiga bulan kedepan ? Jawabannya ada di grafik kedua disamping.

Ini grafik lain lagi yang menggambarkan kenaikan hutang Amerika sebagai pemilik US$. Anda perhatikan betapa hutang ini naik dengan begitu pesatnya dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan saat ini hutang tersebut telah mencapai 82.5% dari GDP mereka.

Apa artinya bila suatu bangsa hutangnya naik terus jauh melebihi pertumbuhan produksinya ?, dia akan mengalami gejala kebangkrutan. Secara fisik mungkin memereka tetap nampak perkasa, namun secara teknis mereka bangkrut.

Ketika suatu negara kegedean hutang dan menuju kebangkrutan uangnya menjadi tidak bernilai. Bagi Anda yang bahasa Inggrisnya baik, dapat langsung mendengarkan skenario hyperinflasi-nya Amerika ini dari pakarnya yaitu Prof. Marc Faber di link ini.

Jadi kesimpulannya, harga emas dan otomatis Dinar dalam jangka pendek kemungkinan besar akan berada pada kisaran harga yang rendah dalam satu , dua atau maksimum tiga bulan mendatang. Maka Juni, Juli dan Agustus ini akan menjadi waktu yang baik untuk membeli Dinar. Setelah itu harga emas dunia dalam US$ dapat bergerak liar seiring dengan menurunnya nilai US$ , inflasi yang tinggi atau bahkan hyperinflasi.

Hanya Allah-lah yang maha tahu akan apa yang terjadi kedepan, yang kita lakukan ini hanyalah berusaha memahami fenomena statistik dan trend yang ada. Wa Allahu A’lam.

08 Juni 2009

Emas ... Uang Masa Lalu dan Masa Depan ...


Gold ... The Once and Future Money... Demikian judul tulisan ini yang saya ambilkan dari judul buku yang ditulis oleh Nathan Lewis (John Wiley & Son, 2007) seorang senior economist pada sebuah perusahaan Asset Management di New York. Dia juga aktif nulis di media financial kenamaan seperti Financial Times dan the Wall Street Journal.

Karena buku ini terbit tahun 2007 – jadi masih up todate untuk ukuran buku ekonomi. Buku ini terdiri dari tiga bagian utama, Bagian Pertama membahas uang dalam berbagai bentuknya. Bagian Kedua membahas sejarah uang Amerika Serikat, dan Bagian Ketiga membahas Krisis Mata Uang di Seluruh Dunia – termasuk diantaranya diulas krisis serius di Asia dan tentu Indonesia akhir tahun 90-an.

Yang menarik dari buku ini adalah bahwa meskipun yang bersangkutan bukan seorang muslim, dalam hal uang dia memiliki pemikiran yang lurus. Dalam salah satu kesimpulannya dia menulis seperti ini “ Mungkin perlu waktu beberapa tahun atau beberapa puluh tahun, tetapi era uang kertas perlahan lahan akan berakhir; Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali kembali ke hard currency. Manfaat dari hard currency sungguh luar biasa. System hard currency masa depan akan berdasarkan emas, sama persis dengan yang terjadi di masa lampau”.

Kalau Nathan Lewis mungkin belum terlalu terkenal, jadi pendapatnya bisa saja tidak dianggap oleh para pelaku ekonomi zaman ini; tetapi siapa yang nggak kenal John Naisbitt – yang di dunia barat dianggak kaya ‘dewa’ nya ekonomi modern karena prediksi dia tentang trend perekonomian dalam beberapa bukunya selama 20 tahun terakhir terbukti akurat ? Apa kata John Nasibitt tentang uang ini di bukunya (Mindset) ?

Menurut dia monopoly terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monopoly uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu negara. Masyarakat tidak akan lagi mempercayai mata uang kertas dan pindah ke yang dia sebut mata uang privat.

Apa itu mata uang privat ? yaitu benda-benda riil yang memang memiliki nilai intrinsik, apalagi kalau bukan emas (Dinar) dan Perak (Dirham). Emas secara fisik sebenarnya tetap bernilai tinggi, dan ini sejalan dengan sejarah peradaban manusia. Tidak pernah dalam sejarah peradaban manusia sampai kapanpun emas dianggap barang yang tidak berharga. Bahkan ketika barang lain dianggap tidak berharga, emas dan perak tetap dianggap berharga. Sampai-sampai ada Hadits Rasulullah SAW tentang hal ini yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Abi Maryam bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain Dinar dan Dirham.” (Masnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).

Sayang sekali Nathan Lewis dan John Naisbitt bukan orang Islam, kalau dia tahu bahwa Islam memiliki system uang Dinar/Dirham-nya yang baku sejak ribuan tahun lalu sampai akhir zaman – pasti dia akan tahu ... betapa benarnya agama ini

04 Juni 2009

Apa Yang Terjadi Dengan Dana Pensiun Anda ...

Pagi ini saya trenyuh dengan tulisan surat pembaca di harian Kompas (04/06/09) dengan judul “Menyedihkan, Pensiunan Professor Tidak Dihargai”. Nampaknya tulisan tersebut dibuat oleh seorang dosen yang memprihatinkan sejawatnya yang telah pensiun. Sejawat yang sudah professor tersebut ketika pensiun hanya menerima gaji bulanan kurang dari Rp 3 juta per bulan.

Saya tidak tahu bagaimana dana pensiun pak Professor dikelola sehingga saya tidak mengomentari apa yang terjadi dengan dana pensiun beliau. Tetapi saya akan utarakan cerita sejenis yang dihadapi oleh tokoh imaginer Pak Abdullah yang bekerja di sektor swasta.

Mungkin mirip dengan Pak Professor, Pak Abdullah ini adalah tokoh yang cemerlang ketika lulus perguruan tinggi pada usia 25 tahun pada tahun 1970. Saat itu beliau langsung diterima di perusahaan besar dengan gaji pertama Rp 3,600. Setelah bekerja selama 30 tahun, beliau pensiun tahun 2000 dengan rata-rata pendapatan bulanan (termasuk bonus) Rp 100,000,000,- fantastis bukan ?

Setiap bulan pak Abdullah menyisihkan 10 % dari gajinya untuk di tabung sebagai dana pensiun, hasil rata-rata tahunan dari dana pensiun Pak Abdullah adalah juga 10%. Maka ketika pak Abdullah pensiun tahun 2000 , akumulasi dana pensiun yang dimilikinya telah mencapai Rp 687,000,000,-.

Karena Pak Abdullah, sangat ingin hidup mandiri sampai akhir hayatnya – maka dana pensiun ini tidak diambil sekaligus melainkan diambil bulanan. Karena rata-rata hasil investasi dana pensiun bersih pak Abdullah tetap 10 % per tahun, maka setiap bulan Pak Abdullah menerima pembayaran rutin dari dana pensiunnya sebesar Rp 6.5 juta per bulan sampai usia beliau 75 tahun.

Cukupkah angka Rp 6.5 juta perbulan ini ?, tergantung pola hidup pak Abdullah setelah pensiun; yang jelas ini hanya sekitar 6.5% dari gaji terakhir beliau ketika masih bekerja – otomatis Pak Abdullah mengalami penurunan kemampuan finansial yang significant setelah beliau pensiun.

Nah bagaimana solusinya agar dana pensiun Anda tidak tergerus daya belinya ketika Anda pensiun…?, menabunglah dengan Dinar emas, mata uang Islam yang terbukti lebih dari 1400 tahun bebas inflasi.

Begini simulasinya untuk pak Abdullah seandainya beliau mengenal Dinar emas sejak awal karirnya tahun 1970.

Gaji beliau yang Rp 3,600 tahun 1970 adalah kurang lebih setara dengan 2 Dinar. Setiap bulan sampai pensiun beliau menabung 10 persen dari gajinya dalam bentuk Dinar - Seandainya pula saat itu sudah ada Qirad dan Tabungan Dinar . Karena berupa Dinar, hasil investasi dalam Dinar hanya sekitar 3 % - jadi Pak Abdullah ‘hanya’ memiliki akumulasi dana pensiun 4,350 Dinar ketika pensiun pada tahun 2000.

Karena dana pensiun dalam Dinar ini juga digunakan untuk menopang kehidupan beliau sampai akhir hayat, maka beliau bisa menerima 24 Dinar setiap bulan sampai usia 75 tahun. 24 Dinar saat ini setara dengan kurang lebih Rp 33 juta Rupiah.

Dengan uang pensiun yang tahun ini setara dengan Rp 33 juta Rupiah, Pak Abdullah dapat menikmati hari tuanya dengan lebih leluasa.

Jadi bagi Anda yang masih muda-muda kini punya dua pilihan; membangun dana pensiun secara konvensional dalam mata uang kertas dengan risiko dana pensiun Anda tergerus daya belinya oleh inflasi, atau membangun dana pensiun dengan kekuatan mata uang Islam Dinar yang bebas inflasi selama lebih dari 1400 tahun. Wallahu A’lam.

03 Juni 2009

Rencana Allah Atas Penciptaan Emas dan Perak ...


Ulama besar Imam Ghazali (1058 M—1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya Ulumuddin mengungkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak agar keduanya menjadi ‘Hakim’ yang adil dalam memberikan nilai atau harga, dengan emas dan perak pula manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.

Yang dimaksud oleh Imam Ghazali dengan emas dan perak dalam bukunya tersebut adalah Dinar yaitu uang yang dibuat dari emas 22 karat dengan berat 4.25 gram, dan Dirham yaitu uang yang dibuat dari perak murni seberat 2.975 gram. Standar berat mata uang Dinar dan Dirham ini mengikuti Hadits Rasulullah SAW, “Timbangan adalah Timbangan Penduduk Makkah...” (HR. Abu Daud dan Nasa’i), kemudian dikuatkan kembali dalam bentuk hubungaan berat antara Dinar dan Dirham oleh Khalifah Umar bin Khattab sekitar 400 tahun sebelum Imam Ghazali menulis buku tersebut.

Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya dan Dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah SAW– maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri, Dinar dan Dirham masuk kategori ini. Di lain pihak apa-apa yang ada sebelum Islam, kemudian dilarang oleh Islam melalui Al Qur’an, atau Al Hadits maka hal tersebut tidak boleh diiikuti oleh Umat Islam. Contoh yang terakhir ini adalah berjudi, berzina, minuman keras, riba dlsb.

Di Al Qur’an ketika Allah menceritakan tentang pemuda Ashabul Kahfi, juga menyebut mata uang yang dipakai oleh pemuda tersebut adalah mata uang perak (QS 18:19) – yang dikenal kemudian sebagai Dirham – yang menurut para ilmuwan terjadi sekitar pertengahan abad ke 3 Masehi atau kurang lebih 3 abad sebelum Islam.

Pertanyaannya adalah apakah Dinar dan Dirham yang dipakai sejak pra-Islam, kemudian terus dipakai dimasa Rasulullah S.A.W, dicetak pertama kali di dunia Islam (Dirham) pada zaman Umar bin Khattab dan kemudian dipakai oleh seluruh umat Islam sampai runtuhnya kekhalifahan Usmaniah di Turki tahun 1924, bisa pula kita pakai dalam kehidupan sehari-hari umat Islam di jaman modern sekarang ini ?

Jawabannya adalah pasti bisa ! kaidahnya adalah sebagai agama akhir zaman - tidak ada satupun ajaran Islam yang out of date. Tinggal tantangannya ada pada diri kita sendiri yang hidup di zaman ini untuk dapat mengimplementasikan solusi yang mengikuti ajaran Islam ini dengan menyeluruh atau kaffah – dan kita kembalikan kepada inti ajaran Al Qur’an dan al Hadits untuk segala permasalahan yang kita hadapi.

02 Juni 2009

Kehancuran US Dollar Yang Begitu Nyata ...



Sepanjang pekan ini harga emas dunia dalam US$ terus menanjak. Bila pada awal pekan harga emas masih di kisaran US$ 945/oz , akhir pekan ini harga emas sudah mendekati US$ 980/oz. Kenaikan ini menurut saya sendiri terlalu cepat.

Namun kenaikan ini juga tidak mengejutkan dan tidak keluar dari trend jangka panjang harga emas dalam US$. Dari ilustrasi disamping sudah sangat jelas bahwa dalam empat puluh tahun terakhir sejak emas tidak lagi dijadikan standar mata uang dunia, mata uang dunia (yang direpresentasikan dengan US$) nilai/daya belinya terus menurun.

Teorinya apabila mata uang pembanding (US$) turun, seharusnya mata uang lainnya naik. Tetapi kenyataannya tidak demikian, seperti Rupiah misalnya – pada saat US$ daya belinya rendah seperti saat ini yang diindikasikan melalui US$ Index dibawah angka 80 – masih saja US$ ini bernilai diatas Rp 10,000 per Dollar-nya. Artinya trend menurunnya US$ seperti grafik tersebut sebenarnya juga dialami oleh berbagai mata uang kertas lainnya.

Lantas apa artinya ini bagi uang dan investasi kita ?.

Karena nilainya yang terus menurun, maka mata uang kertas tidak mampu menjadi alat penyimpan nilai (store of value) dalam jangka panjang. Hasil jerih payah kita berpuluh tahun akan terus menurun nilainya bila dikelola dalam satuan mata uang kertas.

Tabungan atau investasi jangka panjang, hanya aman bila dikelola dalam satuan mata uang (unit of account) yang nilainya terus naik atau setidaknya terjaga daya belinya – yaitu antara lain dengan menggunakan mata uang emas yang dalam Islam berarti Dinar.

Jadi tabungan atau investasi jangka panjang seperti dana pensiun, biaya anak masuk perguruan tinggi, biaya kesehatan usia pensiun, perawatan kesehatan jangka panjang (Long Term Care) dan lain sebagainya – hanya aman dan terjaga nilai/daya belinya bila dikelola dengan standar emas atau Dinar.

Meskipun saya mendorong investasi dalam emas atau Dinar ini, tidak berarti saya mendorong tindakan menimbun yang sangat tercela dalam Islam. Anda bisa menabung atau investasi dalam Dinar tanpa harus menimbun bila Dinar Anda tetap available bagi orang lain yang membutuhkannya.

Dana dalam bentuk Dinar yang dikelola akan terus berputar untuk membiayai aktifitas-aktifitas ekonomi yang berpotensi serta memberi manfaat pada umat secara keseluruhan. Insya Allah.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.