Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

25 Juli 2011

Roller Coaster Harga Emas Dari Akhir Pekan Yang Meresahkan Di Gedung Putih...

Obama pasti tidak bisa menikmati akhir pekannya kemarin, betapa tidak – Jum’at malam sebelumnya negosiasi untuk meninggikan plafon hutang dengan Congress gagal total ketika juru bicara House of Representative negeri itu menghentikan negosiasinya. Dalam suratnya kepada para colega-nya di Congress – jubir yang berasal dari Republic ini bahkan menyebutkan bahwa “ ...pembicaraan dengan Democratic President ini adalah sia-sia...” – untuk menggambarkan masih begitu jauhnya perbedaan penawaran antara keduanya. Kalau hanya Obama dan rakyatnya yang gelisah – sebenarnya ini bukan urusan kita, tetapi masalahnya dalam dunia yang terlalu US$ centris seperti sekarang ini – ketika Amerika runtuh ekonominya – semua negara lain terkena getahnya, termasuk kita !.

Dampak yang sangat serius dari krisis plafon hutang di Amerika terhadap ekonomi dunia ini diungkapkan dengan akurat oleh seorang menteri di Inggris sebagai : “ ...ancaman terbesar bagi system financial dunia saat ini justru datang dari beberapa orang sinting di sayap kanan Congress Amerika...”.

Melihat perkembangan yang luar bisa ini, meskipun saya sendiri tidak sepenuhnya yakin bahwa jalan negosiasi antara Obama dan Congress-nya sudah bener-bener buntu – tetapi dari sekarang sampai tanggal 2 Agustus 2011 akan menjadi hari-hari yang menegangkan bagi para pemain pasar di dunia. Seperti menonton permainan catur yang memeras otak antara Obama dan Congress, langkah demi langkah akan diamati dengan cermat – kemudian di implementasikan oleh para pemain pasar di lapangan.

Untuk pergerakan harga emas, sepekan kedepan akan seperti naik Roller Coaster - bisa naik dengan sangat pesat seperti yang terjadi pagi ini ketika pasar Sydney dan Hongkong mulai buka – bisa juga meluncur balik ke bawah – bila ada kemajuan yang berarti dari negosiasi antara ‘dua pemain catur’ tersebut diatas.

Mengapa demikian ?, bila kesepakatan kenaikan plafon hutang Amerika tidak tercapai – maka yang terjadi seperti orang yang sakit parah di ICU dan dicabut bantuan pernafasannya. Amerika langsung default dan hutang dan uang mereka langsung hancur nilainya – orang berburu emas untuk mengantisipasi hal ini.

Bila akhirnya nanti dalam sepekan kedepan kesepakatan itu tercapai – maka seperti bantuan pernafasan tersebut dipasangkan kembali – denyut jantung Amerika akan mulai nampak kembali di layar – akan ada tanda tanda-tanda kehidupan kembali bagi hutang-hutang Amerika. Ini sementara cukup bagi pasar untuk seolah-olah life as usual telah kembali.

Namun bagi yang mau berfikir panjang dan melihat realita yang ada, sebenarnya orang dengan mudah bisa tahu bahwa seandainya toh kesepakatan itu tercapai – sejatinya system keuangan Amerika – yang juga sangat erat dengan system keuangan dunia – tetap lagi sakit parah. Bantuan pernafasan tidak membuatnya sembuh, hanya memperpanjang ‘status-quo’-nya – setahun atau maksimal dua tahun lagi akan kembali memasuki masa krisis seperti ini. Setelah itu negosiasi yang berat akan dimulai lagi dan kondisi seperti akhir pekan lalu itu akan terulang.

Tetapi apakah Amerika dan dunia akan terus seperti ini - tersandera oleh hutang dan dua pihak yang tidak mau saling mengalah ?. Tidak juga kalau para pemimpin dunia mau belajar dari sejarah-nya !. Di Amerika sendiri peristiwa yang nyaris sama terjadi lebih dari dua abad lalu. Adalah Daniel Shays yang tercatat dalam sejarah mampu men-trigger penyelesaian dari kebuntuan yang luar biasa antara para pemimpin negeri saat itu.

Daniel adalah prajurit yang ikut berperang pada perang revolusi, namun ketika pulang dia mendapati ladang pertaniannya disita oleh bank karena krisis finansial serius yang melanda negeri itu. Ironinya adalah krisis finansial ini sendiri penyebabnya adalah negeri itu babak belur dengan hutang untuk membiayai perang – dan para pemimpin negeri itu tidak ada yang mau legowo untuk memberi solusi bagi negerinya.

Walhasil krisis yang berkepanjangan mengorbankan para pejuang seperti yang dialami oleh Daniel Shays. Kecewa dengan ini dia membentuk pasukannya sendiri yang diberi nama Shaysites dan memberontak terhadap negerinya. Pemberontakan ini akhirnya bisa ditumbangkan setelah mengorbankan sejumlah nyawa, Daniel sendiri akhirnya masuk penjara. Tetapi dari pemberontakan inilah para pemimpin menjadi takut dan akhirnya duduk bareng menyelesaikan masalah dengan mulai menyusun Constitution yang digunakan di Amerika hingga saat ini.

Masalahnya adalah siapakah yang akan menjadi Daniel Shays-nya Amerika saat ini yang akan bisa memaksa Presiden Obama dan Congress-nya untuk menyelesaian perbedaan antara keduanya ?. Kita tidak mau tergantung atau terlalu terpengaruhi oleh apa yang terjadi di sana. Kita juga tidak mau menunggu terjadinya pemberontakan di negeri itu – biarlah rakyat negeri itu sendiri yang mengatasi masalahnya.

Tetapi lantas apa yang bisa kita lakukan agar permainan Roller Coaster US Dollar tidak ikut menguncang kondisi keuangan dan daya beli kita ?, ya jauhilah US Dollar itu – juga produk-produk yang berdenominasi dalam Dollar !. Amankan dengan aset fisik berupa emas/Dinar, kebun, ternak, sawah, barang dagangan dlsb. sehingga ketika Roller Coaster itu menjadi tidak terkendali – Anda tidak dibuat mabuk karena telah ikut mengendarainya. Wa Allahu A’lam.

20 Juli 2011

10 Kriteria Untuk Menentukan Apakah Uang Itu Dollar, Emas Atau...?

Ketika terjadi hyperinflasi mencapai 89.7 sextillion (1021) persen atau 89,700,000,000,000,000,000,000 di Zimbabwe dua tahun lalu , banyak penduduknya menjadi kehilangan orientasi nilai – perlu berapa Dollar Zimbabwe untuk bisa membeli roti ?. Dalam situasi seperti ini, bila seorang bekerja sebagai pegawai atau buruh - berapa upah yang pantas ?, dibayar 1 Milyar Dollar sehari-pun belum cukup untuk membeli roti !. Maka pekerjaan (baru) yang rame-rame dilakukan oleh warga Zimbabwe saat itu adalah pergi ke sungai-sungai untuk berburu emas, bila mereka mendapatkan 0.1 gram emas sehari saja – maka cukup untuk membeli roti bagi keluarganya hari itu.

Karena pengalaman Zimbabwe tersebut, belum lama ini National Inflation Association (NIA) – Lembaga Swadaya di Amerika yang misi-nya mempersiapkan warganya untuk menghadapi hyperinflasi – merekomendasikan seluruh warga Amerika agar rame-rame belajar mencari emas secara tradisional di sungai-sungai, bahkan teknisnya diajarkan di artikel ehow !.

Berlebihan kah rekomendasi NIA ini ? menurut mereka sih tidak, karena berdasarkan pemantauan mereka akan tingkah laku penguasa - khususnya the Fed – negeri itu akan menuju kehancuran mata uang Dollarnya. Menurut saya sendiri berlebihan, bukan karena saya percaya Dollar-nya – tetapi banyak benda fisik lain yang dapat berfungsi sebagai uang selain emas. Jadi sama dengan Dollar Zimbabwe, Dollar Amerika juga akhirnya akan kehilangan daya belinya – sekarang-pun sudah - hanya tentu belum seburuk Zimbabwe – tetapi gantinya tidak mutlak harus emas.

Bila situasi seperti di Zimbabwe dua tahun lalu terjadi di Amerika, kemudian berdampak ke negara lain termasuk negeri ini – lantas apa uang yang bisa dipakai dalam situasi hyperinflasi ini ?. Berikut adalah 10 kriteria benda-benda yang bisa menjadi ‘uang’ bagi kita dalam situasi seperti apapun.

1. Dia harus liquid, bisa dipertukarkan atau diperjual belikan dengan mudah.

2. Dia harus acceptable, semua orang mau menerimanya dan mengakui nilainya.

3. Harus divisible, bisa dibagi-bagi dalam unit yang lebih kecil tanpa harus kehilangan nilai (Kalung, gelang, berlian dan perhiasan lainnya tidak bisa dibagi-bagi karena akan kehilangan/berkurang nilainya)

4. Dia harus addable, bisa dijumlahkan dan menghasilkan nilai yang proporsional dengan penjumlahan tersebut.

5. Dia harus dapat secara spesifik diukur dalam berat, jumlah, karat, volume dlsb.

6. Dia harus durable – bertahan dalam waktu lama tanpa kehilangan nilai ( Banyak pencari harta karun di laut-laut dalam berburu emas yang umurnya ratusan atau bahkan ribuan tahun, tetapi tidak ada orang berburu harta karun berupa Dollar !).

7. Dia harus tidak mudah busuk dan kehilangan harganya – paling tidak selama proses jual beli berlangsung sampai diambil manfaatnya. Di sini termasuk kurma dan gandum yang disebut dalam hadits jual beli – karena dalam kondisi kering keduanya mampu bertahan lama – beda dengan daging, sayur dan buah-buahan misalnya.

8. Dia harus memiliki nilai yang terbentuk oleh mekanisme pasar sempurna, tidak ditentukan oleh penguasa (bila yang menentukan nilainya penguasa – maka dalam kondisi krisis penguasa bisa kembali menghancurkan nilainya seperti yang terjadi di Zimbabwe tersebut diatas)

9. Dia harus terkendali jumlahnya – bila bisa berlebihan dalam jumlah – maka dia akan otomatis kehilangan nilai.

10. Dia harus tidak mudah untuk dipalsukan, hingga kini orang tidak mudah (tidak bisa) memalsukan perak, emas, gandum, kurma dan bahkan garam yang semuanya disebut dalam hadits jual beli.

Dengan sepuluh kriteria tersebut, sesungguhnya mudah untuk melihat mana benda-benda yang sesungguhnya adalah uang dan mana yang bukan. Maka ketika kendali uang di dunia ditangan orang –orang seperti Ben Bernanke (the Fed Chairman – US) – yang menyatakan bahwa yang sesungguhnya uang (emas) adalah bukan uang dan yang bukan uang (Dollar) adalah uang – bisa dibayangkan dampak yang bisa terjadi di system uang dunia yang kini berlaku – krisis ala Zimbabwe bisa terjadi di mana saja termasuk di Amerika yang mengaku adikuasa sekalipun. Di Youtube ada diskusi menarik tentang uang dan bukan uang ini antara senator Ron Paul dengan Ben Bernanke – untuk menambah wawasan kita.

Dengan sepuluh kriteria tersebut, kita kini punya semacam checklist untuk memverifikasi apakah ‘tabungan’ kita selama ini adalah uang atau bukan uang. Bila dia bukan uang-pun tidak menjadi masalah, asal dia adalah growing asset yang nilainya tumbuh seperti pohon-pohon, kebun dlsb. Yang perlu dihindari adalah jangan sampai tabungan itu tidak berupa uang yang sesungguhnya dan tidak pula berupa asset yang tumbuh – dia tidak akan memakmurkan malah sebaliknya dia menjadi wealth reducing assets - aset yang menurunkan kemakmuran pemiliknya !. Wa Allahu A’lam.

19 Juli 2011

Harga Emas dan ‘Atap Bocor’ Negeri Adikuasa...

Hari-hari ini harga emas dunia melonjak ke atas angka psikologis baru yaitu diatas US$ 1,600/troy ounce, penyebabnya selain krisis Eropa yang sudah menimbulkan kekhawatiran dunia sejak beberapa pekan lalu – juga yang paling mengkhawatirkan ternyata justru apa yang terjadi di Amerika Serikat, negeri itu kini benar-benar tidak bisa hidup bila tidak diberi kucuran hutang (baru). Plafon (ceiling) hutang mereka yang di angka US$ 14.29 trilyun ternyata sudah habis terpakai sejak Mei lalu. Bayangkan bila kita tidak punya uang dan tidak boleh meminjam lagi, apa yang akan terjadi ?. Situasi inilah yang kini sangat mencemaskan dunia ...

Lantas mengapa presiden negeri itu – Obama yang sering memukau dunia tidak menambah saja plafon hutang-nya ?. Konstitusi negeri itu yang melarangnya !. Hanya US Congress yang boleh menyetujui hutang negeri itu. Awalnya ini berarti setiap hutang harus mendapatkan persetujuan Congress satu demi satu, tetapi sejak 1917 dipermudah dengan ditentukannya saja batas atas yang boleh dipinjam oleh Amerika.

Sebagai gambaran, ketika Amerika terlibat dalam Perang Dunia II, plafon pinjaman ini berada pada angka US$ 45 Milyar. Plafon yang habis Mei lalu US$ 14.25 trilyun adalah 316 kali lebih besar dari plafon ketika negeri itu terlibat dalam PD II tersebut !. Membengkaknya plafon ini karena dari waktu ke waktu plafon tersebut terus dinaikkan. Selama setengah abad terakhir plafon pinjaman ini mengalami frekwensi kenaikan 70-an kali sementara itu penurunannya hanya 2 kali. Artinya apa ini ?, hutang negeri itu terus membengkak dan nyaris tidak pernah berkurang !.

Mengapa kemudian congress negeri itu tidak menyetujui saja kenaikan plafon ini seperti yang sudah-sudah ?. Para pengamat berpendapat bahwa akhirnya yang ini-pun hampir pasti disetujui juga, ini hanya menyangkut kepentingan politik adu kekuatan di negeri itu. Tetapi untuk Congress bilang tidak, negeri itu tidak akan siap menanggung akibatnya.

Bila plafon pinjaman tidak ditambah, maka pemerintah dengan terpaksa akan mulai tidak membayar gaji para pensiunan, tentara, jaminan sosial dlsb. Dan yang akan lebih mengerikan adalah reaksi pasar, lembaga pemeringkat Standard & Poor’s bahkan sudah mengancam akan menurunkan peringkat hutang Amerika dari AAA (paling tinggi) ke D (paling bawah) – bila Congress Amerika tidak menyetujui kenaikan plafon pinjaman ini. Inilah risiko luar biasa besar yang dihadapi negeri itu, ancaman bangkrut ada di depan mata.

Meskipun persetujuan plafon hutang baru – hampir pasti akan diberikan oleh Congress, tetapi semua orang yang paham ekonomi sedikit saja pasti akan tahu bahwa prinsip gali lubang tutup lubang tidak akan menyelesaikan masalah yang sesungguhnya – sebanyak atau sebesar apapun lubang baru yang mereka akan buat.

Cepat atau lambat , sebulan - dua bulan, setahun - dua tahun, atau sepuluh - dua puluh tahun pasti mereka akan berhenti ( atau terpaksa diberhentikan) dari membuat lubang baru. Saat itulah akhir ekonomi adikuasa – yang hingga kini masih dijadikan guru bagi negeri-negeri pengikutnya.

Tetapi apa hubungannya antara plafon hutang Amerika ini dengan harga emas dunia ?. Kekhawtiran pasar tentang peluang tidak disetujuinya plafon baru telah membuat para investor memproteksi investasinya dengan membeli emas – inilah yang mendorong harga emas beberapa hari terakhir melonjak mencapai angka tertinggi baru.

Akhir pekan ini (22/7) akan menjadi batas akhir Congress untuk memberikan persetujuannya atas plafon pinjaman Amerika yang baru, karena persetujuan plafon baru hampir pasti diberikan – maka kenaikan harga emas dunia akan otomatis teredam atau bahkan akan mengalami koreksi penurunan.

Berarti sekarang ini waktu yang baik untuk menjual emas Anda ?. Tidak juga !, mengapa demikian ?.

Yang di ‘obati’ oleh plafon pinjaman baru hanyalah symptoms atau gejala-gejala penyakit kebangkrutan ekonomi Amerika (dan juga negara-negara yang menjadikannya sebagai rujukan), penyakitnya sendiri sama sekali tidak di ‘obati’ bahkan akan bertambah parah karena di ignore - dengan semakin besarnya hutang. Seperti atap rumah yang bocor, mereka hanya mencari ember untuk menampung airnya - agar tidak mengalir ke mana-mana - tetapi tidak membetulkan atapnya !.

Kalau toh harga emas (akan) turun akhir pekan ini atau awal pekan depan, ini karena dampak dari pengobatan gejala tersebut. Penyakit yang sesungguhnya yaitu membengkaknya hutang baru– meskipun diberi nama-nama baru yang indah – hakikatnya hutang tetap hutang, penambahan hutang baru hanya akan menambah lemah ekonomi negeri itu dan akan menambah lemah US Dollar dalam jangka panjang.

Jadi saran saya jangan jual emas atau Dinar Anda kecuali bila Anda membutuhkannya untuk membeli aset riil atau membayar kebutuhan yang nyata, diluar kebutuhan ini aset riil emas atau Dinar tidak untuk ditukar dengan uang Dollar dari negeri yang sudah amat jelas proses kebangkrutannya tersebut diatas ( dan juga uang negeri lain yang karakternya sama !).

15 Juli 2011

Sekali Lagi Tentang Uang Kertas : Perkasakah Riyal ...?

Setiap kali saya menjelaskan kelemahan uang kertas – seperti pada tulisan saya kemarin (14/07/11) – tentu tidak semua orang setuju, selalu ada yang menyanggahnya dengan mengambil contoh uang Riyal-nya Saudi Arabia. Penyanggahan ini kemudian di justifikasi dengan cerita bahwa “...jaman ibu-bapak kita dahulu pergi haji, 1 Riyal cukup untuk beli minuman , beli makanan ...dst; sampai sekarang-pun katanya demikian...”. Benarkah demikian ?, Untuk adilnya mari kita lihat kinerja daya beli Riyal ini dari statistik-nya.

Perlu diketahui bahwa sejak Juni 1986, uang Saudi Arabia Riyal (SAR) sebenarnya di-peg atau dikaitkan terhadap satuan alat tukarnya IMF yang disebut Special Drawing Rights (SDR). Namun dalam praktiknya Riyal ini seperti di peg-kan terhadap Dollar saja, nilai tukarnya stabil di kisaran SAR 3.75/USD. Karena nilai tukarnya terhadap USD yang relatif tetap ini, maka ketika USD nilainya menguat - SAR ikut menguat , demikian juga berarti sebaliknya, ketika USD-nya nyungsep seperti dalam dua tahun terakhir – maka Riyal juga ikut-ikutan nyungsep. Perhatikan grafik dibawah untuk kinerja Riyal ini selama 15 tahun terakhir.

Kinerja Riyal 1996-2011

Kinerja Riyal 1996-2011

Kalau Anda memegang uang 100 Riyal sekarang, maka bila Anda belikan emas di Madinah atau Mekah hanya akan memperoleh emas seberat 0.5 gram lebih sedikit. Padahal sepuluh tahun yang lalu 100 Riyal yang sama bisa untuk membeli sekitar 3 gram emas !. Lantas dengan 1 Riyal, dapatkah kita membeli makanan atau minuman ? – sudah sulit memperoleh makanan atau minuman yang bisa dibeli dengan 1 Riyal dua tahun terakhir ini.

Yang lebih nyata adalah ketika Anda harus membayar dam (denda) karena adanya pelanggaran tertentu dalam proses ibadah haji. Dam dengan membayar seekor kambing 10 tahun lalu nilinya hanya di kisaran 140 Riyal, bila Anda berencana ibadah haji tahun ini – bersiaplah dengan uang di kisaran 300 Riyal untuk membayar dam per 1 ekor kambing-nya.

Untuk mengetahui lebih jauh betapa miripnya kinerja Riyal dengan Dollar tersebut diatas dapat kita gunakan mata uang lain sebagai pembandingnya – grafik dibawah menunjukkan betapa harmonisnya hubungan kedua mata uang ini. Tidak sepenuhnya buruk memang – paling tidak bagi jemaah haji atau umrah dari Indonesia dengan standar uang Rupiah-nya, berangkat haji/umrah serta akomodasi selama di tanah suci untuk sementara ini terasa lebih ringan untuk kita – karena Rupiah lagi perkasa.

Relasi Riyal Terhadap Dollar

Relasi Riyal Terhadap Dollar

Yang perlu menjadi pelajaran bagi kita adalah fenomena common trend penurunan daya beli uang kertas ini. Bila Euro yang didukung oleh sejumlah negara ekonomi kuat dunia tidak bisa mempertahankan daya belinya, kemudian juga Riyal yang konon didukung dengan cadangan minyaknya yang melimpah ternyata hanya mampu berkinerja mirip Dollar yang nyungsep dua tahun terakhir – maka sekuat apa mata uang Rupiah kita nantinya bisa bertahan melawan arus penurunan daya beli tersebut ?. Insyaallah waktu nanti yang akan menjawabnya, Wa Allahu A’lam.

14 Juli 2011

Kegagalan Euro, Kegagalan Uang Kertas...

Ketika 18 tahun lalu sebagian besar negara-negara anggota Uni Eropa menyepakati Perjanjian Maastricht untuk menggunakan mata uang tunggal Euro, dunia ikut antusias menyambutnya. Saat itu seolah ada harapan akan lahirnya mata uang baru yang bisa digunakan sebagai reserve currency, dan mengurangi ketergantungan dunia terhadap US Dollar. Untuk beberapa tahun di usia awalnya memang Euro berkinerja menarik, daya belinya menguat sampai usianya yang ketujuh. Namun ternyata sama seperti mata uang kertas lainnya, Euro nampaknya tidak akan mampu bertahan sampai usia lanjut.

Sejak menginjak usia ke delapan sampai kini di usia yang kedelapan belas, Euro terus kehilangan daya belinya. Terhadap emas daya beli Euro sekarang hanya kurang dari 1/3 dibandingkan dengan daya belinya ketika lahir 18 tahun lalu. Ilustrasi grafik dibawah menggambarkan situasi ini. Dibandingkan dengan US$ memang Euro masih relatif baik, tetapi ini karena US$-nya yang berkinerja sangat buruk beberapa tahun terakhir. Kinerja yang sesungguhnya dapat dilihat pada daya belinya terhadap emas yang terus merosot.

Kegagalan Euro

Kegagalan Euro

Kegagalan Euro ini menambah panjang daftar pelajaran bagi kita – bahwa tidak satu-pun mata uang kertas yang mampu mempertahankan daya belinya dalam jangka menengah apalagi dalam jangka panjang. Bila Euro saja yang dilahirkan di jaman modern dengan dukungan sejumlah besar negara-negara di zona ekonomi paling maju di dunia – tidak mampu mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, lantas apakah kita bisa yakin bahwa mata uang yang kekuatannya hanya mengandalkan ekonomi satu negara yang biasa-biasa saja – akan mampu bertahan ?. Inilah yang perlu kita antisipasi, agar kita tidak menjadi korban kegagalan mata uang kertas yang setidaknya sudah dua kali terjadi di negeri ini yaitu tahun 1965/1966 ketika terpaksa diberlakukan sanering Rupiah, dan 1997/1998 ketika daya beli uang kita turun tinggal ¼-nya.

Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk dapat menghindari dampak buruk dari penurunan daya beli uang kertas (apapun namanya) ini ?.

Untuk skala pribadi, gunakan uang kertas hanya sebatas alat tukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya. Untuk kebutuhan yang sifatnya jangka panjang seperti dana pensiun, tabungan biaya kesehatan untuk hari tua, biaya sekolah anak-anak kelak dlsb. rupakan dalam bentuk benda riil yang mampu mempertahankan nilai (seperti emas/Dinar) – syukur-syukur bisa menumbuhkan nilai dan manfaat ( seperti pohon-pohon, kebun, usaha perdagangan dlsb).

Untuk skala negara sangat banyak yang bisa dilakukan, diantaranya :

· Minimisasi penjualan (penukaran) kekayaan alam yang riil dengan uang kertas yang terus merosot nilainya. Untuk apa tabungan (devisa) kita dalam US$ terus meningkat tetapi sumber-sumber kekayaan alam kita berupa emas, batu-bara, minyak, hutan, ikan dilaut dlsb. terus dikuras dan dibawa keluar ?.

· Hijaukan bumi kita yang mulai gersang dengan tanaman-tanaman penghasil makanan maupun tanaman peneduh. Tanaman pangan sudah jelas kita butuhkan, tanaman peneduh selain menjaga udara juga menjaga ketersediaan air – yang kini juga sudah semakin mahal bagi sebagian masyarakat.

· Fasilitasi rakyat untuk membangun ketahanan ekonomi dengan menabung benda riil – apapun bentuknya, dan mengurangi ketergantungan terhadap tabungan uang kertas dalam jangka panjang. Permudah ijin perdagangan, perkebunan/pertanian, peternakan dlsb.

· Hidupkan pasar-pasar yang bisa diakses atau dijangkau semua kalangan agar terjadi perputaran benda riil – kebutuhan masyarakat – yang sesungguhnya.

· Ajari anak-anak kita – generasi yang akan datang – untuk pandai berdagang, bertani, beternak, berusaha/investasi yang sesungguhnya – jangan hanya ajari anak-anak untuk pandai menabung.

· Dlsb.dlsb.

Dengan begitu jelas-nya kegagalan uang kertas yang merupakan asset utama orang di jaman ini seperti dalam kasus Euro tersebut diatas, tidak-kah kita ingin untuk berbuat sesuatu yang lain yang lebih berpeluang untuk menyelamatkan generasi yang akan datang ?. InsyaAllah kita bisa...

07 Juli 2011

Golden Time for Gold : Karakteristik Anda Investasi Emas

Oleh : Ahmad Ghozali


Kapan saat terbaik (golden time) untuk membeli emas? Pertanyaan ini seringkali diajukan ketika saya menyampaikan kondisi terkini dari harga emas. Tapi lucunya, saat harga naik banyak yang tidak membeli dengan alasan khawatir harganya sudah terlalu mahal. Dan saat harga sedang turun, banyak juga yang tidak mau membeli dengan alasan karena khawatir harganya akan terus turun.


Untuk mereka yang beralasan seperti itu, saya rasa memang bukan masalah harga, tapi memang belum siap untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk emas. Belum siap dalam arti belum siap menerima risiko, atau memang belum ada rencana pembelian emas dalam rencana keuangannya.


Tapi bagaimana jika memang sudah memiliki dana untuk membeli emas, hanya saja masih ragu dengan harga yang terus berubah hampir setiap hari? Kapankah saat yang tepat untuk membeli emas?


Seoarang kawan saya mengatakan bahwa jika investasinya bertujuan jangka panjang, maka saat yang terbaik untuk membeli emas adalah sekarang juga, kapanpun pertanyaan itu ditanyakan. Kenapa? Karena dalam jangka panjang (lebih dari 1 tahun) harga emas bisa dikatakan hampir selalu naik. Walaupun dalam hitungan hari atau minggu atau bulan mungkin harga akan naik turun, tapi dalam waktu 1 tahun harga hampir selalu naik.


Dapat saya tambahkan juga bahwa risiko menunda akan lebih besar daripada risiko khawatir membeli di harga yang terlalu tinggi. Yang termasuk dalam risiko menunda lupa untuk beli, uangnya terlanjur terpakai untuk yang lain, malas mengeksekusi rencana, harga malam tambah naik dan lain-lain. Jadi, lebih baik membeli sekarang daripada menunggu harga turun, tapi harga malah naik, atau malah lupa, uangnya terlanjur terpakai atau malas mengeksekusi rencana. Sehingga yang tadinya ingin mendapatkan harga serendah mungkin, malah jadinya tidak jadi beli sama sekali.


Seorang kawan yang lain mengatakan bahwa harga terbaik untuk membeli emas adalah “kemarin”. Lho kok kemarin? Ya, karena seringkali kita kecewa melihat harga yang naik lagi, naik lagi, dan terus naik lagi. Atau yang dimaksud dengan harga terbaik adalah harga kemarin dalam arti beli di harga berapapun, akan menjadi harga terbaik kalau memang SUDAH dibeli. Bukan hanya menunggu, menghitung, membuat rencana tapi tanpa aksi sama sekali.


Saya rasa itulah saran-saran terbaik bagi Anda yang ingin membeli emas sebagai investor. Yaitu membeli di saat sekarang juga, saat dananya memang tersedia. Tidak perlu menunggu harga turun, karena harga belum tentu akan turun. Malah bisa jadi terpakai dananya, lupa atau malas mengeksekusi rencana. Karena sebaik apapun analisa harga, tidak akan berguna kalau tidak ACTION!


Tapi akan berbeda halnya jika Anda memiliki karakter sebagai trader atau kolektor dalam membeli emas. Mungkin saran-saran di atas menjadi kurang cocok lagi. Untuk itu, seorang trader dan kolektor memiliki strateginya sendiri dalam menentukan saat terbaik untuk membeli dan menjual emas.



Jika karakter investasi Anda sebagai seorang trader, maka Anda akan terus memantau harga untuk mendapatkan harga terbaik. Yaitu membeli di saat harga rendah, dan menjualnya di saat harga tinggi. Tentunya analisa yang digunakan menjadi analisa jangka pendek, dalam arti hanya dalam hitungan hari, kalau sudah bisa membukukan keuntungan, Anda akan langsung merealisasikan keuntungan tersebut. Namun sehebat apapun analisa seorang trader, tidak mungkin bisa selalu membeli di saat harga paling rendah dalam sebuah trend dan menjualnya di puncak harga tertinggi. Bahkan terkadang analisanya bisa meleset sehingga membeli dengan harga yang lebih tinggi daripada harga jualnya. Oleh karena itu strategi trader ini akan lebih cocok diterapkan oleh mereka yang memiliki profil risiko tinggi.


Beda lagi dengan kolektor. Seorang kolektor biasanya lebih mementikangkan faktor subjektif daripada faktor harga dan hitung-hitungan. Faktor subjektif itu bisa berupa hanya kesukaan saja pada jenis emas tertentu seperti koin emas edisi khusus, perhiasan model tertentu, dan sebagainya. Selain faktor subjektif seperti itu, bisa juga karena sekedar ikut trend. Saat trend investasi Logam Mulia sedang marak, tidak ada salahnya ikut berinvestasi. Namun saat sudah tidak terlalu banyak lagi yang invest dalam bentuk Logam Mulia, maka investasinya pun bisa dijual. Ikut trend ini bukan berarti tidak konsisten, tapi realistis karena jika sedang trend maka pasarnya lebih likuid dibandingkan saat tidak trend.


Jadi, dengan kondisi harga emas sekarang, apakah ini saat yang tepat untuk membeli? Atau malah saat yang tepat untuk menjual? Tergantung pada profil Anda dan tujuan keuangan Anda tentunya.

05 Juli 2011

Bermimpi Mengatur Negeri, Agar Negeri Tidak (Jadi) Bangkrut...

Membaca berita di harian Republika dua hari ini (04-05/07/11) dengan judul “Belanja Pegawai Dorong Kebangkrutan dan “Belanja PNS Tak Terkontrol” membuat saya miris melihat angka-angka yang disajikannya. Betapa tidak, belanja pegawai di APBN kita telah naik dua kalinya selama empat tahun terakhir, sementara pertumbuhan APBN-nya sendiri sangat jauh dibawah pertumbuhan biaya pegawai yang mencapai rata-rata di kisaran 19% per tahun ini. Pertanyaannya adalah dengan belanja yang begitu besar tersebut apakah kesejahteraan pegawai negeri selama empat tahun terakhir melonjak dua kalinya ?. Bagaimana dengan kesejahteraan rakyatnya ?.

Belanja pegawai yang naik 2 kalinya tersebut ternyata sangat dekat dengan teori peluruhan daya beli mata uang kertas yang saya tulis lebih dari setahun lalu. Artinya kenaikan belanja pegawai yang lebih dari 3 kali pertumbuhan ekonomi rata-rata ini sebenarnya kurang lebih hanya setara dengan apresiasi harga emas pada periode yang sama. Bila harga emas ini kita gunakan sebagai cerminan daya beli atau tingkat kemakmuran baku – maka selama empat tahun terakhir rata-rata pegawai negeri memiliki tingkat kemakmuran yang relatif tetap.

Membengkaknya Biaya Pegawai

Membengkaknya Biaya Pegawai

Ini berlaku baik belanja pegawai yang dirupakan dalam bentuk gaji, tunjangan dlsb yang diterimakan dalam Rupiah; atau yang sifatnya fasilitas seperti jaminan kesehatan dan sejenisnya. Dengan naiknya anggaran belanja 2 kali-nya tidak berarti lantas layanan yang diterima masing-masing pegawai menjadi meningkat dua kalinya.

Lantas dimana masalahnya ?, pihak yang membayar yaitu pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang terus melambung – sementara yang menerima pembayaran yaitu para pegawai bisa jadi tidak merasakan kesejahteraannya ikut melambung. Artinya bila status loose -loose semacam ini terus berjalan, maka kemungkinan yang terjadi adalah seperti yang ditulis dalam judul berita-nya Republika tersebut diatas – negaranya bisa bangkrut, sementara para pegawai juga tidak merasakan kemakmuran-nya.

Tanda-tanda kebangkrutan ini sudah begitu nyata, di beberapa daerah belanja pegawai mencapai lebih dari 70% dari belanja daerahnya, bahkan ada yang sudah mencapai 83 %. Lantas apa yang tersisa untuk pembangunan, memelihara infrastruktur, layanan masyarakat dlsb ?. Inilah dampak yang mengerikan itu, jalan-jalan tidak dibangun apalagi dipelihara, lampu penerangan mati tidak diganti, pusat-pusat layanan masyarakat seperti rumah sakit, pasar dlsb. tidak lagi dibangun dlsb.dlsb.

Disamping biaya pegawai yang sudah ketahuan angkanya begitu besar tersebut, ada beban biaya pegawai yang amat sangat besar yang kini juga belum terungkap yaitu dana pensiun yang akan dibayarkan ke pegawai-pegawai tersebut dan jaminan kesehatan hari tua-nya. Biaya-biaya yang akan datang ini akan ikut membengkak sebagai dampak langsung dari membengkaknya biaya yang timbul kini.

Harus ada keberanian yang luar biasa bagi para pihak untuk melakukan perubahan yang sifatnya revolusioner agar situasi loose-loose ini menjadi win-win. Dan perubahan ini harus dari atas, tidak bisa dari bawah. Para CEO perusahaan besar – banyak yang capable untuk melakukan perubahan besar ini – mulai dari memangkas jumlah departemen sampai mengurangi jumlah pegawai. Karena skalanya negara – tentu lebih rumit dan lebih luas dampaknya – namun tidak berarti tidak bisa dilakukan.

Yang diperlukan adalah seorang Hafiidzun ‘Aliim seperti Nabi Yusuf yang mau mengajukan diri untuk menyelamatkan negerinya dari paceklik yang imminent, Orang yang pandai menjaga (mengelola) dan berpengetahuan inilah yang akan bisa membuat langkah-langkah yang tidak biasa yang ditunjang oleh kedalaman ilmunya. Saya belum tahu siapakah tokoh Hafiidzun ‘Aliim tersebut di negeri ini dan di jaman ini, tetapi mestinya ada – lha wong penduduk Indonesia mencapai 240-jutaan - masak nggak ada yang memenuhi syarat.

Sambil menunggu adanya Hafiidzun ‘Aliim yang barangkali mau mencalonkan diri jadi Presiden Indonesia 2014, saya hanya bisa ‘bermimpi’ seperti apa gerangan langkah-langkah luar biasa yang akan menyelamatkan negeri ini dari kebangkrutan. Berikut adalah langkah-langkah dalam ‘mimpi’ saya tersebut ;

Pertama yang dia lakukan adalah memangkas drastis struktur kabinet yang saat ini terdiri dari 4 Menko, 20 Menteri yang memimpin departemen , 10 Menteri negara yang tidak memimpin departemen dan 3 pejabat setingkat menteri. 37 Menteri atau setingkat menteri ini dipangkas tinggal 7 saja atau kurang dari 1/5-nya.

Mengapa hanya 7 ?, begini logika ‘mimpi’nya – bila persoalan itu terlalu rumit sehingga sulit kita pahami apalagi pecahkan – maka paling mudah menyelesaikannya adalah dengan melihat contoh soal dan penyelesaiannya yang sudah dilakukan oleh ahlinya. Siapakah ‘ahli’ yang paling layak kita contoh tersebut ?, ya siapa lagi kalau bukan Uswatun Hasanah kita yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam sejarah Islam – rata-rata tujuh bidang tersebutlah yang ada di negara-negara khilafah mencontoh af’al (perbuatan) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Apa saja bidangnya tentu perlu dikaji secara lebih mendalam – maklum di ‘mimpi’ tentu semuanya perlu diperjelas, tetapi bisa dipelajari dari sejarah negara-negara khilafah.

Mungkinkah ini dilakukan di jaman ini ?, saya melihat kemungkinannya dari dua contoh. Pertama adalah contoh di puncak kejayaan negara khilafah yang wilayahnya meliputi tiga benua, sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagiannya Asia, tanpa bantuan teknologi informasi dan telekomunikasi yang canggih – mereka bisa mengelola negara dengan efektif.

Kedua adalah contoh di jaman teknologi ini, ada setidaknya dua ‘negara’ besar yaitu ‘Negara Google’ dan ‘Negara Facebook’ yang setiap saat melayani ‘penduduk’-nya yang lebih banyak jumlahnya dari rata-rata penduduk negara betulan. Masing-masing ‘penduduk’ tersebut tunduk dan patuh mengikuti segala aturan yang diberlakukan si pengelola ‘negara’. ‘Negara Google’ bahkan mampu memelototi apa yang terjadi di setiap jengkal wilayahnya yang menyelimuti seluruh permukaan bumi dan mampu pula mendeteksi apa yang dikehendaki (dicari) rakyatnya !.

Walhasil di jaman teknologi ini, mengelola negara betulan dengan bantuan teknologi canggih mestinya sangat mungkin untuk bisa dilakukan dengan jumlah departemen yang 1/5 dari yang kini ada, dan konsekwensinya jumlah pegawai yang diperlukan juga kira-kira hanya seperlima dari jumlah pegawai yang ada. Bila masing-maisng pegawai pilihan yang bertahan digaji dua kali lipatnya saja, maka negara hanya akan butuh sekitar 40 % dari belanja pegawai sekarang.

Lantas bagaimana dengan masalah 80 % pegawai yang tidak lagi di tampung sebagai pegawai negeri ?. Dalam ‘mimpi’ saya tersebut si Hafiidzun ‘Aliim ini menawarkan sudut pandang lain, yaitu tidak memandang pegawai negeri yang sangat banyak ini sebagai masalah – tetapi justru mereka inilah solusi itu !. Lho kok bisa ?.

Terlepas dari realita seleksi masuknya yang tidak sepenuhnya mengandalkan kompetisi dalam kompetensi, tetapi bila di rata-rata – para pegawai negeri tersebut adalah kelompok masyarakat yang kelasnya di atas rata-rata penduduk pada umumnya. Mereka adalah orang orang yang berpendidikan lebih di masyarakatnya.

Jadi sangat wajar bila mereka ‘diberi tugas lebih’ oleh pemimpin yang Hafiidzun ‘Aliim tersebut untuk menjadi ‘tentaranya’ dalam memakmurkan negeri dan penduduknya. Puluhan juta orang yang tadinya kerja di kantor-kantor ini, mereka akan terjun di pasar-pasar sebagai pedagang yang tangguh, di lahan-lahan perkebunan memakmurkan bumi, di laut mengelola hasil laut dan menyelamatkannya dari jarahan negeri lain, mengelola tambang-tambang dan mengambil alih peran asing, memproduksi barang-barang unggulan yang mampu bersaing di pasar global dst.dst.

Sayang ini hanya mimpi, tetapi adakah cara yang lebih baik untuk menyelamatkan negeri ini dari kebangkrutan ?, dimana engkau si Hafiidzun ‘Aliim ?, kami menunggumu sebelum 2014 !. InsyaAllah.

02 Juli 2011

Estimasi Harga Emas Akhir Tahun ( Revisi Tengah Tahunan)…

Sepanjang pekan ini harga emas terus merosot turun sampai menyentuh angka US$ 1,480-an per troy ounce (Ozt). Tetapi untuk harga akhir tahun 2011 saya malah merevisi naik dari estimasi saya terakhir yang saya buat April lalu sebesar US$ 1,525/Ozt ke kisaran angka US$ 1,550/Ozt. Paling tidak ini adalah dari pendekatan statistik yang ditunjang oleh data 11 tahun lebih setelah juga memasukkan data harga emas dunia Mei dan Juni 2011. Revisi estimasi harga ini tidak berlaku untuk harga emas atau Dinar dalam Rupiah karena faktor penguatan Rupiah.

Tools yang saya gunakan tetap analisa trend polynomial yang secara teoritis sangat dekat dengan sebaran harga selama 11 tahun terakhir, dengan tingkat keakuratan yang direpresentasikan oleh angka R2 diatas 98 %. Grafik dan formula trend polynomial terakhir ini dapat dilihat dibawah, dari grafik dan formula inilah harga kisaran akhir tahun US$ 1,550/Ozt saya peroleh. Dengan estimasi kenaikan ini, dalam US$ harga emas akan naik di kisaran 11% antara akhir 2010 ke akhir 2011.

Estimasi Harga Emas Akhir 2011

Estimasi Harga Emas Akhir 2011

Lain US$ -lain pula dengan Rupiah. Rupiah menguat significant sepanjang semester pertama tahun ini, kalau toh melemah dalam semester kedua kemungkinan besarnya tidak akan menyentuh angka akhir tahun lalu yang berada di kisaran Rp 9,000/US$. Terlalu banyak faktor yang sulit diprediksi untuk pergerakan Rupiah terhadap US$ ini, maka pendekatan random-lah yang saya bisa gunakan dan hasilnya dapat dilihat pada grafik dibawah.

Estimasi Harga Emas Akhir 2011

Estimasi Harga Emas Akhir 2011

Dari pendekatan Rupiah yang random terhadap Dollar ini, dengan tingkat akurasi yang jauh lebih rendah dari estimasi harga emas internasional dalam US$ tersebut diatas tentunya – saya memutuskan untuk tidak merevisi estimasi harga emas saya pada akhir tahun 2011 - jadi tetap pada estimasi sebelumnya pada kisaran angka Rp 450,000/gram. Bila angka ini yang tercapai nantinya, maka harga emas akhir tahun 2011 hanya naik di kisaran 9 % dibandingkan harga akhir tahun lalu yang berada pada angka Rp 411,000/gram.

Dengan tingkat kenaikan harga emas dalam Rupiah seperti pada estimasi tersebut diatas, maka tidak akan menarik bagi Anda yang mendanai pembelian emas-nya dengan uang pinjaman atau gadai – tetapi akan tetap menarik untuk mengamankan daya beli uang yang telah Anda miliki sendiri !. Wa Allahu A’lam.

01 Juli 2011

Dinar vs Logam Mulia


Banyak pertanyaan yang masuk “lebih baik emas dalam bentuk Dinar atau LM ?”, walaupun sudah banyak dibahas, namun nampaknya pertanyaan ini tidak akan pernah selesai ditanyakan. Untuk itu ada baiknya kita bahas secara tuntas di sini agar bisa mendapatkan jawaban yang lebih komprehensif.

Logam Mulia yang dimaksud di sini adalah emas batangan produksi PT Antam dengan kadar 24 Karat 99,99%. Tersedia dalam berbagai ukuran, yaitu: 1 gr, 2 gr, 2,5 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 10 gr, 25 gr, 50 gr, 100 gr, 250 gr, dan 1000 gr. Harga patokan yang digunakan sebagai tolok ukur adalah harga emas per gram untuk pecahan 1000 gr, harga pecahan yang lebih kecil akan lebih mahaL per gramnya.

Untuk mengetahui berapa harga emas LM setiap harinya, kita bisa lihat di http://www.logammulia.com/home-id.php Sedangkan untuk harga per batang dan per gram untuk pecahan lainnya, bisa kita lihat di sini http://www.logammulia.com/gold-bar-id.php

Di toko emas, kadang disebutkan dengan harga per gram, ditambah dengan “biaya cetak” atau “biaya sertifikat” yang berbeda untuk setiap pecahan. Makin kecil pecahannya, makin besar biaya cetaknya.

Walaupun harga jual dari Antam berbeda untuk setiap pecahan, namun harga beli kembalinya sama per gram. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa lebih efisien membeli LM dalam pecahan besar daripada dalam pecahan kecil. Karena makin kecil pecahan LM yang dibeli, akan makin besar pula selisih antara harga jual dan harga belinya kembali. Kalau kita lihat, selisihnya adalah 3,9 % – 12,9 % untuk pecahan terbesar sampai pecahan terkecil.

Sedangkan Dinar yang dimaksud adalah koin emas produksi PT Antam yang dicetak khusus sesuai dengan standar mata uang pada masa Kekhalifahan Islam yaitu 4,25 gr dengan kadar emas 22 Karat atau 91,7 % emas dengan campuran 8,3 % perak. Di Indonesia, Dinar ini didistribusikan oleh dua atau tiga distributor utama. Sebagai patokan, kita akan gunakan harga dari situs ini

Hanya ada 1 pecahan untuk Dinar, yaitu koin 1 Dinar sehingga tidak sulit untuk melihat harganya. Membeli 1 Dinar atau 10 Dinar sama saja harga per keping Dinar. Kecuali jika ada ongkos kirim, tentunya berbeda.

Dan jika diperhatikan selisih antara harga jual dan harga beli, selisihnya adalah hanya 4 %.

Betulkah Dinar dikenakan PPN 10% sehingga membuatnya lebih mahal ? Pada dasarnya Dinar sebagaimana perhiasan adalah adalah barang yang dikenakan PPN, beda dengan LM yang tidak kena PPN. Tapi perdagangan Dinar yang bersifat personal atau usaha kecil membuatnya tidak kena PPN lagi setelah beredar di masyarakat. PPN hanya sekali dikenakan pada saat Dinar keluar dari PT Antam. Sedangkan transaksi di masyarakat tidak lagi dikenakan PPN karena biasanya individu atau usaha kecil yang menjual Dinar berstatus Non-PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang tidak diwajibkan untuk memungut PPN. Bisa dibilang, PPN ini hanya berpengaruh untuk distributor utama yaitu Gerai Dinar, dan tidak berpengaruh kepada transaksi di masyarakat.

Kembali ke permasalahan pokok, mana yang kita pilih untuk investasi, LM atau Dinar?
Jika strategi investasi kita adalah cukup sering beli dan jual kembali, setiap ada uang lebih dibelikan emas, lalu jika perlu sesuatu atau harga sudah naik kita jual lagi emasnya sesuai kebutuhan, saya lebih sarankan untuk investasi dalam bentuk Dinar. Karena untuk menjual kembali, Dinar lebih mudah mengingat pecahannya yang kecil. Misalnya, kita memiliki Dinar sebanyak 10 keping dan perlu uang Rp 3,5 juta. Kita bisa dengan mudah menjualnya cukup 2 keping saja, dan menyimpan 8 keping sisanya. Namun jika kita memiliki LM 1 keping 50 gr, dan perlu uang Rp 3,5 juta, kita tidak bisa menjual hanya 10 gr dan menyimpan sisanya yang 40 gr. Karena LM tidak bisa dipotong begitu saja dan dijual sebagian.


Untuk pembelian dalam pecahan kecil, di bawah 25 gram, saya lebih sarankan untuk membeli dalam bentuk Dinar. Karena jika membeli LM dalam pecahan lebih dari 25 gram, misalnya 10 gr, 5 gr atau 2,5 gr maka selisih harga jual dan harga beli kembali cukup besar mencapai 5 %-7 %.

Tapi Dinar saat ini tidak populer di toko emas, hampir tidak ada toko emas yang menjual Dinar. Karena saat ini Dinar lebih banyak didistribusikan melalui system keagenan yang bersifat personal. Di satu sisi, hal ini memudahkan kita karena bisa mendapatkan pelayanan yang bersifat personal (nego, delivery, konsultasi) namun di sisi lain kita tidak bisa melakukan transaksi seperti di toko emas yang bisa dengan mudah dijumpai di pasar-pasar.


Tapi kalau kita memiliki strategi untuk menyimpan emas dalam pecahan besar dan tidak berencana untuk menjualnya sedikit-sedikit, setidaknya 25 gram, maka membeli batangan Logam Mulia akan lebih efisien. Sebagaimana dilihat di tabel harga, dibandingkan dengan harga jualnya kembali, LM akan lebih efisien jika dibeli dalam pecahan yang lebih besar. Namun yang paling populer adalah pecahan 25 gr sampai dengan 100 gr karena jika lebih dari 100 gr akan lebih sulit untuk menjualnya kembali ke konsumen langsung mengingat harganya yang mencapai sekitar 100 juta untuk pecahan 250 gr dan 400 juta untuk 1000 gram.

Dari sisi pergerakan harga, baik koin Dinar maupun batangan LM memiliki pergerakan harga yang seragam, karena patokannya harganya sama. Jika LM naik, jelas Dinar juga naik, dan sebaliknya. Maka untuk tujuan investasi jangka panjang, sebetulnya keduanya sama baiknya. Yang membedakan hanya dari segi penyimpanan pecahan, dan kenyamanan dalam bertransaksi.

Oleh : Ahmad Gozali

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.