Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

31 Mei 2011

Setelah Kelantan dan Utah, Bagaimana Dengan Kita...?

Entah siapa yang lebih pinter dan lebih berpikiran maju di era tidak berdayanya mata uang kertas dalam menghadapi krisis financial global yang masih segar di ingatan kita, tetapi ada tiga peristiwa penting yang bisa jadi pelajaran kita yang terjadi dalam setahun terakhir ini dalam hal mata uang dunia. Di Indonesia pekan lalu tanggal 24 Mei 2011, di Komisi XI DPR RI seluruh fraksi menyetujui RUU Mata Uang untuk selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna untuk mendapatkan pengesahan. Di Amerika Serikat, salah satu negara bagiannya yaitu Utah dua bulan sebelumnya tepatnya tanggal 25 Maret 2011 – Gubernur negara bagian itu secara resmi menanda tangani apa yang disebut Utah Legal Tender Act, yang intinya mengakui koin emas dan perak sebagai salah satu uang resmi yang bisa di gunakan di negara bagian itu.

Utah sebenarnya bukan negara bagian yang pertama yang secara resmi mengakui koin emas dan perak sebagai uangnya, di negeri tetangga kita negara bagian Kelantan - Malaysia sudah mendahuluinya hampir satu tahun lalu untuk secara resmi menggunakan koin emas Dinar dan koin perak Dirham sebagai uang di negara bagiannya.

Yang bisa menjadi pelajaran menarik adalah alasan di belakang kerja keras melawan arus yang dilakukan oleh para legislator yang berhasil meng-goal-kan koin emas dan perak tersebut sebagai uang resminya. Mengapa mereka sampai mau bersusah payah ‘melawan’ negara federal yang hanya mengakui uang kertas-nya sebagai uang resmi dengan meng-goal-kan koin emas dan perak juga sebagai uang resmi ?.

Di Kelantan selain mereka tahu keperkasaan daya beli Dinar dan Dirham, upaya menggunakannya kini tidak terlepas dari upaya untuk menegakkan syariat – maka Dinar dan Dirham di negeri itu disebut sebagai Matawang Syariah. Mereka juga melakukan berbagai upaya untuk memasyarakatkan Matawang Syariah ini, selain untuk membayar sebagain gaji pegawai – mereka juga menjadikannya sebagai identitas tersendiri. Bahkan di bandara udara sebagai pintu masuk Kelantan orang akan disambut dengan tulisan “Negara Dinar dan dirham”.

Utah tentu saja tidak concern dengan syariat, tetapi juga membutuhkan uang dari emas dan perak ini karena mereka yakin bahwa Dollar-pun seharusnya di backed –up dengan emas atau perak. Krisis financial tiga tahun terakhir yang hingga kini belum sembuh benar, telah membuat masyarakat yang cerdas negeri bagian itu mengkawatirkan kebijakan-kebijakan Obama yang akan bisa membuat uang Dollar mereka collapse. Kekawatiran ini tentu saja amat sangat beralasan karena sebelum gejala krisis muncul awal 2007, untuk membeli 1 Oz emas hanya dibutuhkan uang kertas US$ 600-an dan kini hanya dalam waktu kurang lebih 4 tahun kemudian, untuk membeli 1 Oz emas yang sama dibutuhkan lebih kurang dua setengah kalinya yaitu US$ 1,500-an.

Di belahan dunia lain di negeri ini, para legislator kita yang saya yakin betul bahwa lebih banyaknya Muslim sehingga mereka tentunya paham bahwa nishab zakat ditimbang dengan Dinar atau Dirham dan bukan Rupiah, nishab pencuri dan uang diyat dlsb juga ditimbang dengan Dinar atau Dirham, tidakkah mereka ingin mengikuti legislator Kelantan yang menjadi facilitator bagi rakyat/umatnya untuk dapat melaksanakan syariat dengan lebih akurat ?.

Saya agak yakin pula bahwa mereka mestinya juga paham dengan apa yang terjadi dengan daya beli uang kertas dalam dua dasawarsa terakhir – lebih-lebih para legislator ini pastinya sudah memasuki usia dewasa ketika uang kertas kita nyaris lumpuh dan daya belinya anjlog tinggal seperempatnya pada krisis 1997/1998. Melalui kehancuran mata uang kertas ini pula, sejumlah besar asset terbaik negeri ini berpindah tangan – mulai dari BUMN Telekomunikasi, perbankan sampai sejumlah industri kini berada ditangan asing – karena murahnya mereka membeli setelah Rupiah hancur pasca krisis 1997/1998 tersebut. Tidak-kah mereka tergerak untuk membangun ketahanan ekonomi berdasarkan uang yang kuat, yang daya belinya tidak bisa dipermainkan oleh para spekulan, yang daya belinya terbukti stabil lebih dari 1,400 tahun ?.

Tetapi sekali lagi kita tidak bisa hanya berandai-andai dan berharap pada manusia, kita bisa berbuat dengan apa yang kita bisa, mulai dari yang kita tahu – insyaAllah Allah akan membimbing kita dengan apa yang kita belum tahu. Hanya kepada Allah-lah kita berharap dan memohon pertolonganNya...Amin.

25 Mei 2011

Antara Minyak, Emas dan Perang...

Seolah ada semacam rule of thumb yang diambil oleh negara-negara kuat di dunia terkait dengan perang atau kekacauan di belahan dunia lain. Bila perang atau kekacauan tersebut berpengaruh terhadap supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan bergegas nimbrung dalam perang atau kekacauan tersebut untuk melindungi kepentingannya atau untuk mengail di air keruh. Sebaliknya bila perang atau kekacauan itu tidak berdampak pada supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan acuhkan.

Sinyalemen tersebut diatas dapat kita lihat dengan jelas pada apa yang dilakukan Amerika misalnya terhadap krisis-krisis di dunia dalam dua dasawarsa terakhir ini. Krisis di Syria yang sudah membuat sekitar seribu orang terbunuh, mereka acuh tak acuh. Demikian juga dengan krisis di Yaman – mereka tidak hiraukan. Mengapa mereka cuek terhadap Syria dan Yaman ?. Karena Syria hanya berkontribusi sekitar 0.48% dari produksi minyak dunia, sedangkan Yaman malah lebih sedikit lagi yaitu hanya sekitar 0.34% dari produksi minyak dunia.

Hal ini jelas sangat berbeda misalnya dengan perlakuan mereka terhadap Kuwait, Iraq dan terakhir Libya. Kuwait memiliki kontribusi produksi sebesar 2.96% dari produksi minyak dunia, Iraq berkontribusi sebesar 2.85% dan Libya berkontribusi sebesar 2.12 %. Indonesia tidak sebesar negara-negara ini, tetapi masih diatas satu persen atau tepatnya 1.21% - jadi sangat bisa jadi mereka juga masih punya interest atas segala bentuk kejadian di negeri ini.

Karena minyak menjadi perhatian utama dalam setiap perang – dan orang kawatir akan kelangsungan supply-nya, maka harga minyak-pun langsung terdongkrak naik pada setiap ada kekacauan. Krisis-krisis di Arab sejak awal tahun ini misalnya berpengaruh significant pada harga minyak mentah dunia. Grafik dibawah menunjukkan hal ini.

Oil Trend 2011

Oil Trend 2011

Bagaimana dengan emas ?, apa hubungannya ?. Perang mempengaruhi harga emas setidaknya melalui tiga hal. Hal yang pertama adalah karena emas mencerminkan harga riil barang-barang kebutuhan manusia, maka bila kebutuhan riil manusia seperti minyak tersebut diatas naik – harga emas akan ikut naik.

Hal yang kedua adalah setiap perang membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Dari mana pemerintah yang terlibat perang tersebut mendapatkan uangnya ?. Pajak untuk membiayai perang tentu tidak popular, maka mereka menggunakan pajak tersembunyi alias inflasi untuk membiayai perang. Ketika terjadi inflasi, semua harga barang naik tidak terkecuali harga emas. Bukti dari inflasi adalah penurunan daya beli uang, yang untuk Dollar Amerika tercermin dalam penurunan US Dollar Index pada grafik dibawah.

US$ Index Trend 2011

US$ Index Trend 2011

Hal yang ketiga lebih bersifat sentimen pasar. Ketika ada kekacauan di salah satu belahan dunia-manapun, timbul perasaan tidak nyaman di kalangan investor dan pelaku usaha. Dalam suasana semacam ini mereka membutuhkan safe haven – tempat yang nyaman untuk melabuhkan dana-dananya. Safe haven yang paling terbukti efektif selama ini adalah emas,/Dinar maka demand terhadap emas ikut terdongkrak pada setiap ada kekacauan di negeri manapun di dunia. Perhatikan kenaikan harga emas sejak awal tahun ini yang dipengaruhi oleh krisis di negeri-negeri Arab.

Gold Trend 2011

Gold Trend 2011

Lantas bagaimana trend jangka panjangnya kedepan ?, tidak ada yang bisa memprediksinya secara pasti. Tetapi yang jelas bahan baku minyak akan semakin diperebutkan dan dunia belum nampak tanda-tanda untuk menjadi semakin aman, jadi nampaknya trend kenaikan harga emas /Dinar yang sudah berlangsung selama satu dasawarsa ini – belum nampak akan berbalik arah. Wa Allahu A’lam.

19 Mei 2011

Dinar dan Dirham : Risk and Return...

Dinar dan Dirham adalah ibarat sejoli yang hidup berdampingan dalam system mata uang Islam. Bila di situs ini tulisan saya selama ini masih lebih fokus ke Dinar – ini adalah karena Dinar lebih praktis pengelolaannya, lebih rendah risikonya dan juga lebih rendah komponen biaya cetak untuk pengadaannya. Namun seiring dengan permintaan Dirham yang mulai juga tumbuh, insyaAllah kamipun akan meresponse permintaan tersebut secara memadai dalam waktu dekat. Sama dengan Dinar kami yang sekarang dicetak oleh LM-Antam dan PERURI, Dirham kamipun selain dicetak oleh LM-Antam seperti yang terjadi selama ini – juga akan dicetak oleh PERURI untuk menambah pilihan yang ada di masyarakat dan juga menambah supply.

Dibandingkan dengan Dinar yang sudah dikenal luas lebih dahulu oleh masyarakat, setidaknya tiga masalah tersebut diatas yaitu kepraktisan, risiko dan biaya cetak perlu dipahami juga oleh masyarakat sebelum Dirham ini juga digunakan secara luas sebagaimana Dinar.

Pertama adalah dari sisi kepraktisan , specific grafity emas adalah 19,320 kg/m3 sedangkan perak memiliki specific grafity 10,490 kg/m2 ; maka safe deposit box ukuran kecil dengan dimensi 12.5 cm x 12.5 cm x 60 cm akan dapat menyimpan emas (asumsinya tanpa pembungkus apapun) sekitar 181 kg, sedangkan untuk menyimpan perak hanya cukup untuk sekitar 98 kg.

Dengan tingkat harga saat ini Rp 420,000/gram untuk emas dan Rp 9,500/gram untuk perak, maka safe deposit box kecil tersebut cukup untuk menyimpan emas senilai sekitar Rp 76 Milyar, sedangkan untuk perak hanya cukup untuk menyimpan sekitar Rp 930 juta. Artinya dari sisi pengelola seperti Gerai Dinar , untuk mengelola Dirham dengan nilai yang sama dengan Dinar akan memerlukan ruang penyimpanan yang besarnya kurang lebih 82 kalinya.

Kedua adalah dari sisi risiko fluktuasi nilai, bila selama sepuluh tahun terakhir harga emas tertinggi adalah 5.8 kali harga terendahnya, untuk perak harga tertingginya hampir mencapai 12 kali harga terendahnya. Dari sisi potensi gain memang besar sekali, tetapi ini juga terkait dengan potensi loss bila harga lagi turun.

Fluktuasi Emas 10 Tahun Terakhir

Fluktuasi Emas 10 Tahun Terakhir

Penurunan terbesar dalam sepuluh tahun terakhir untuk emas misalnya terjadi antara Maret 2008 ke Oktober 2008 yang mencapai 29 %. Pada periode yang kurang lebih sama penurunan harga perak mencapai sekitar 57%. Artinya peluang untuk memperoleh gain dari apresiasi yang tinggi di perak, juga harus disadari adanya peluang loss dari penurunan nilai yang juga tinggi.

Fluktuasi Perak 10 Tahun Terakhir

Fluktuasi Perak 10 Tahun Terakhir

Ketiga adalah dari sisi biaya cetak, bila biaya cetak Dinar hanya merepresentasikan sekitar 3.5% dari nilai Dinar, untuk Dirham biaya cetak ini bisa mencapai sekitar 48 % dari nilai Dirham. Artinya nilai Dirham hanya akan tetap terjaga selama dia dipertukarkan atau diberlakukan sebagai Dirham, bila harus dilebur untuk kegunaan lain misalnya – maka akan ada kehilangan nilai yang cukup besar dari hilangnya biaya cetak tersebut.

Memang sejatinya Dinar dan Dirham adalah alat tukar yang sesungguhnya, ketika keduanya diperlakukan sebagai alat tukar maka tiga permasalahan tersebut tidak terjadi. Tidak akan dibutuhkan tempat penyimpanan yang besar bila Dirham bisa terus berputar memfasilitasi perdagangan di masyarakat, tidak perlu dicemaskan fluktuasi nilainya dalam mata uang kertas karena daya belinya terhadap kebutuhan riil masyarakat jauh lebih stabil ketimbang mata uang kertas manapun, dan tidak juga terlalu perlu dirisaukan biaya cetaknya karena toh biaya cetak ini akan terbawa dalam nilai Dirham itu sendiri secara terus menerus selama dia tidak dilebur untuk kegunaan lain.

Maka dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, insyaAllah supply Dirham khususnya dalam bentuk koin 5 Dirham yang disebut Khamsah (Dirham) akan mulai kami tingkatkan dalam bulan-bulan yang akan datang. InsyaAllah !.

16 Mei 2011

Awalnya Pasar Itu Tanpa Batas, Kemudian Datang ‘Penguasa Pasar’ Meng-kaplingnya…

Dalam sebuah seminar di Jakarta belum lama ini, OPIC (Overseas Private Investment Corporation) seperti kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan pertumbuhan pasar yang luar biasa yang namanya ‘Asia Tenggara’, sehingga mereka hanya mengungkapkan ‘ It’s time for South East Asia region…’. Tahukah kita siapa yang dimaksud ?, sekitar 60% pasar Asia Tenggara adalah Indonesia – jadi penguasa pasar Indonesia adalah juga penguasa pasar terbesar di Asia Tenggara. Tetapi siapakah penguasa pasar Indonesia ini…?, kita kah…?.

Di Industri makanan yang terus menggarap negeri dengan penduduk nyaris 240 juta ini, nama-nama besar McDonald, KFC, Pizza Hut dlsb., lebih besar penguasaan pasarnya ketimbang restaurant Padang mana-pun, gudeg Jogja mana-pun, pecel Madiun manapun dst.

Di industri yang tumbuh paling cepat telekomunikasi bergerak nama-nama besar seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung, Blackberry, iPhone dan kemudian disusul berbagai merek-merek China seolah mereka berbagi-bagi kapling pasar di negeri ini tanpa menyertakan pemain local yang berarti.

Di Industri transportasi nama-nama besar Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan kemudian juga menyusul produk-produk China kembali melaju berbagi kapling lagi-lagi tanpa menyertakan pemain lokal.

Awalnya pasar-pasar makanan cepat saji, telekomunikasi bergerak, transportasi dan berbagai kebutuhan manusia jaman modern tersebut adalah bebas dan terbuka – siapa saja berhak memasukinya – tanpa hambatan. Tetapi kemudian karena keperkasaan para pemain-pemain raksasa tersebut, pasar-pasar ini seolah dapat terkapling-kapling - hanya untuk mereka yang perkasa. Setelah pasar mereka kuasai, amat sangat sulit pemain baru untuk dapat menerobosnya.

Misalnya kita ingin membuat jaringan restaurant cepat saji berbasis makanan Padang, gudeg Jogja atau pecel Madiun – bisakah kita bersaing dengan McDonald , KFC dan Pizza Hut ?. Kita mau membuat handphone lokal, bisakah kita bersaing dengan Nokia, Blackberry dan iPhone ?. Kita mau membuat motor nasional, bisakah kita bersaing dengan Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki ?. Pastinya tidak akan mudah…!.

Lantas apa yang sebenarnya harus kita lakukan untuk bisa ikut menggarap 60% dari pasar Asia Tenggara tersebut ?. Jangka pendeknya ya bisa saja numpang pada kebesaran pasar-pasar yang sudah terbangun dengan kokoh tersebut. Misalnya dengan beratus juga handphone beredar di pasar ini dan berpuluh juta sepeda motor, industri penunjang seperti penjualan dan perbaikan/bengkel-bengkelnya pasti diperlukan. Hampir seluruh jaringan-jaringan penjualan dan perbaikan handphone maupun motor dikuasai oleh pemain lokal.

Jangka panjangnya tentu kita tidak ingin anak cucu kita hanya menjadi penonton di pasar ini, hanya menjadi objek pemasaran produk-produk asing tanpa bisa melakukan yang sebaliknya - menguasai pasar sampai ke negeri asing. Seperti dalam perjuangan dibidang apapun, langkah ini akan panjang, melelahkan dan bisa jadi ber ‘darah-darah’ (membawa banyak korban kebangkrutan dlsb), tetapi tetap harus ada yang mulai.

Langkah-langkah awal ini bisa dimulai oleh para (calon) pelaku pasar seperti yang kami lakukan untuk membangun budaya berdagang melalui Al- Tijaarah Institute, oleh para pengambil keputusan negeri ini untuk membangun infrastruktur dan peraturan yang menunjang dan mempermudah lahirnya para penguasa pasar baru dari negeri ini. Bisa pula dilakukan oleh para peneliti dan pengembang untuk mengembangkan produk-produk masa depan – yang akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat – meskipun saat ini pasarnya-pun belum muncul. Tidak terbayang oleh kita bukan dua dasawarsa lalu bahwa akan ada pasar yang sangat besar yang namanya pasar telepon genggam, pasar pulsa dan pasar penunjang yang terkait dengan telekomunikasi bergerak tersebut misalnya ?.

Pilihannya sekarang ada pada kita, kita pasif dan akan tetap menjadi objek pemasaran produk-produk global sampai ke anak cucu. Atau kita proaktif berbuat sekuat tenaga di berbagai bidang untuk bisa membalik arah nantinya. Tidak hanya dibidang kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sekunder dan bahkan tersier-pun kini bisa menjadi pasar yang sangat besar – yang tentu kita ingin anak cucu kita menjadi pemain-pemain utamanya.

Ayo sekarang kita ancang-ancang untuk menjadi perkasa minimal di pasar kita sendiri, sebelum pasar-pasar ini kembali di kapling-kapling oleh para pemain global untuk produk-produk masa depan yang sangat bisa jadi sekarang-pun mereka sudah memikirkannya !. Insyaallah kita-pun bisa…!.

15 Mei 2011

Devisaku Tabunganku...

Harian Kompas tanggal 12/05/11 memberikan kabar baik bagi perekonomian Indonesia dengan mengutip pernyataan Gubernur BI bahwa “Neraca pembayaran kita tetap sehat dan surplusnya selalu besar dua tahun ini”. Bahkan cadangan devisa kita telah meningkat lebih dari 100 % dari US$ 56.92 Milyar (2007) menjadi US$ 115.8 Milyar (Mei, 2011). Cadangan devisa ini seperti hasil kerja keras kita , sebagian kita konsumsi – kelebihannya kita taruh di tabungan untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Kalau tabungan kita banyak, maka kita siap menghadapi berbagai keperluan mendadak. Demikian pula dengan cadangan devisa negara, bila cadangan devisa kita naik mestinya daya tahan ekonomi kita juga membaik.

Tidak ada yang salah dengan kenaikan cadangan devisa tersebut dan kita semua tentu gembira dengan kabar baik semacam ini yang jarang-jarang kita terima. Hanya saja kita juga harus sadar bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut adalah diukur dengan nilai mata uang US$ yang kinerjanya runyam dalam dua tahun terakhir.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari kekuatan cadangan devisa yang kita miliki, akan lebih objektif bila kita mengukurnya dengan daya beli riil dari ‘tabungan’ devisa kita tersebut. Lantas dengan apa kita mengukurnya ?, bisa dengan harga beras, harga gandum, harga minyak dlsb. Saya sendiri cenderung menggunakan harga emas untuk mengukur kekuatan devisa atau tabungan kita tersebut karena tiga alasan.

Alasan pertama adalah diantara komoditi yang ada di dunia, mekanisme terbentuknya harga emas dunia adalah yang paling mendekati mekanisme pasar yang sempurna. Sampai saat ini tidak terbukti adanya pihak yang bisa mempermainkan harga emas ini. Negara yang paling besar cadangan emasnya seperti AS, mereka ‘hanya’ memiliki cadangan emas sebesar 8,133 ton dari sekitar 165,000 ton emas yang ada di permukaan bumi atau kurang dari 5%. Dengan kekuatan yang kurang dari 5 % ini Amerika-pun tidak akan mampu mempermainkan harga emas dunia – sedangkan mempermainkan daya beli Dollar ?, ya itu tentu saja itu keahlian mereka !.

Alasan kedua adalah ketersediaan informasi harga emas yang transparent dan up-to-date dengan sumber yang sangat banyak. Bila kita gunakan informasi Indeks Harga Konsumen atau Consumers Price Index misalnya, pertama datanya tidak selalu available secara up-to-date; dan kalau toh ada – banyak pihak juga meragukan akurasinya. Makanya sampai ada situs yang namanya Shadow Government Statistics di AS, karena begitu tidak percayanya publik disana terhadap data yang dikeluarkan oleh pemerintahnya.

Ketiga ada sumber berita di Islam yang sangat-sangat tinggi akurasinya dan terjaga dalam ribuan tahun, sumber berita seakurat ini tidak dimiliki oleh peradaban manapun di dunia hingga kini - sumber berita ini apa lagi kalau bukan Al-Qur’an dan Al Hadits. Bila di Al-Quran mengabarkan bahwa beberapa keping uang perak cukup untuk membeli makanan untuk beberapa orang, maka ini terbukti hingga kini. Bila di hadits mengabarkan bahwa satu Dinar emas cukup untuk membeli kambing – ini-pun tidak terbantahkan hingga kini !.

Jadi seperti kita menabung saja, kira-kira kita lebih percaya menabung dalam mata uang US$ - yang nilainya bisa dipermainkan oleh si pencetak Dollar , atau dengan suatu timbangan yang terbukti nilainya baku sepanjang zaman ?. Maka seperti itulah kita bisa melihat cadangan devisa tersebut secara lebih objektif. Grafik dibawah adalah gambaran cadangan devisa kita selama lima tahun terakhir dalam nilai US$ dan bila disetarakan dengan nilai emas.

Sumber : Diolah dari kompas, BI dan Kitco.com

Hal yang sama dapat Anda lakukan untuk melihat nilai sebenarnya dari tabungan Anda baik yang ada di bank, asuransi, reksadana, dana pensiun dan lain sebagiannya. Sebagai pembanding harga emasnya antara lain dapat Anda gunakan data emas yang saya sajikan dalam tulisan tentang Dinar Sebagai Yardstick....Wa Allahu A’lam.

12 Mei 2011

Tell To Win : Meraih Keunggulan Melalui Cerita...

Buku baru yang kini lagi laris di dunia business communications adalah buku yang berjudul Tell To Win karangan Peter Guber (Crown Business, 2011). Menurut Peter kebanyakan pelaku business lupa bahwa mereka berurusan dengan manusia, dan manusia pada umumnya suka dengan cerita yang bagus – itulah makanya film-film yang memiliki cerita bagus laris di tonton orang, demikian juga buku-buku cerita yang bagus. Sejak kecil-pun kita suka cerita yang bagus, guru-guru yang popular adalah guru-guru yang mampu bercerita yang indah-indah. Pengalaman saya sendiri juga demikian, ada pembaca situs ini yang kemudian bicara dengan saya panjang lebar karena merasa seolah saya sedang menasihatinya.

Pasti bukan karena kebetulan kalau Allah juga menurunkan Al-Qur’an dengan begitu banyak cerita. Bahkan didalamnya ada salah satu surat panjang 111 ayat – yaitu surat Yusuf, yang diawali dengan kabar (ayat ke 3) bahwa Allah akan menyampaikan cerita yang paling indah – kemudia ditutup dengan ayat “ Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal...”. (QS 12 : 111).

Metode pengajaran melalui cerita ini tidak bersifat fix atau sudah tertentu bahwa hanya cerita-cerita yang ada di dalam Al-Qur’an saja yang bisa dijadikan pengajaran, tetapi bersifat dinamis – maksudnya cerita-cerita yang baik diluar yang diceritakan Al-Qur’an pun bisa menjadi pengajaran bagi kita . Dalam beberapa ayat bahkan kita diminta mempelajari sendiri cerita atau sejarah orang-orang sebelum kita, misalnya dengan ayat “Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan dimuka bumi, sehingga dapat memperhatikan kesudahan orang-orang yang sebelum mereka...” (QS 47 :10).

Kita juga dapat mentauladani uswatun hasanah kita Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wa Sallam, para sahabat-sahabat beliau , para suhada, para ulama shaleh dst. melalui cerita-cerita hidup mereka yang sampai ke kita hingga kini.

Walhasil sebenarnya kalau Peter Guber baru mengungkapkan bahwa kemampuan kita untuk membuat cerita dan kemudian mampu pula menceritakannya dengan indah akan dapat mengantarkan kita pada kesuksesan; jauh –jauh hari sebelumnya Al-Qur’an sudah mengajarkan ke kita tentang pentingnya kita belajar dari kisah-kisah orang sebelum kita, pentingnya kita mendapat pengajaran dari cerita !.

Dalam membangun ekonomi misalnya, umat ini insyaallah akan unggul bila kita memahami dan kemudian mampu mengambil pelajaran dari sejarah pendahulu-pendahulu kita. Tidak ada kebetulan di dunia ini, maka yang dahulu unggul – bila kita mampu meniru dan mengikutinya insyaallah kita juga bisa unggul.

Tidaklah suatu kebetulan ketika Rasululluh dilahirkan dari kalangan suku Quraisy yang memiliki budaya berdagang yang kuat. Bahkan Allah sendiri yang menceritakannya “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas” (QS 105 : 1-2). Masyarakat pedagang yang sudah terbiasa berpergian lintas negara baik di musim dingin maupun di musim panas inilah yang kemudian ringan kaki bepergian ke seluruh dunia menyebarkan Agama ini, dan juga menginspirasi bangsa-bangsa lain untuk melakukan hal yang sama.

Atas jasa ringan kakinya para pedagang yang shaleh dan ikhlas untuk melakukan perjalanan yang sangat jauh ini pulalah kita di Nusantara ikut mendapatkan pencerahan Agama yang lurus ini sejak berabad-abad silam.

Nah kalau Al-Quran-pun menggunakan metode cerita untuk pengajaran bagi kita, lantas cerita apa yang ingin kita jadikan pelajaran ?. masing-masing kita bisa jadi memiliki minat yang berbeda. Yang terkait dengan kedokteran misalnya bisa mendalami cerita tentang proses kejadian manusia, yang tertarik di science bisa mempelajari cerita tentang proses kejadian alam semesta – yang tertarik dibidang ekonomi seperti saya, bisa mendalami banyak hal tentang suku Quraisy, tentang riwayat hidup Nabi yang sejak muda sudah melanglang buana di Jazirah Arab untuk berdagang dan berbagai cerita indah lainnya.

Namun cerita – hanyalah tetap menjadi cerita yang tidak bermakna, dinikmati sesaat terus dilupakan – bila cerita-cerita tersebut tidak sampai bisa mempengaruhi kita untuk berbuat yang nyata, meniru yang baik dan menjauhi yang buruk. Maka inilah challenge yang sesungguhnya, mampukah kita memahami cerita-cerita indah tersebut kemudian menerapkannya dan membuat cerita indah untuk diri kita pula ?. Insyaallah bisa !.

06 Mei 2011

Dinar Peruri : Babak Baru Dalam Penyebaran Dinar...

Sejak pertama kali memperkenalkan Dinar emas ke masyarakat lebih dari tiga tahun lalu, kami sudah mengidentifikasi setidaknya ada dua institusi atau lembaga yang bisa mencetak Dinar dengan kwalitas terbaik dibidangnya di Indonesia yaitu Logam Mulia (LM) – PT. Aneka Tambang, Tbk dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). LM memenuhi standar kwalitas terbaik karena produk mereka diakui secara internasional melalui sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA), sedangkan Peruri mampu memenuhi standar kwalitas terbaik karena merekalah perusahaan yang memang spesialisasi utamanya adalah dalam bidang percetakan uang – yang selalu menuntut akurasi yang sangat tinggi.

Alhamdulillah perusahaan-perusahaan milik pemerintah tersebut kini keduanya siap merespon kebutuhan Dinar yang ada di masyarakat. Bila selama ini Dinar yang kami sebar luaskan ke masyarakat adalah Dinar yang diproduksi oleh Logam Mulia, tentu ini akan kami lanjutkan karena LM telah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan Dinar masyarakat secara maksimal. Pada saat yang bersamaan peningkatan kebutuhan Dinar di masyarakat yang tinggi – yang beberapa bulan lalu bahkan sempat harus menunggu 1 – 2 bulan, insyaallah akan segera dapat terpenuhi seluruhnya karena adanya tambahan supply Dinar dari Peruri ini. Kini kami merasa lebih comfortable karena ada dua perusahaan milik pemerintah yang siap mem-backup kebutuhan Dinar yang disebar luaskan melalui situs ini dan agen-agen-nya.

Dinar Peruri yang design dan sample produk-nya sudah kami terima dapat dilihat pada gambar dibawah. Dibandingkan dengan Dinar LM, Dinar Peruri kelihatan lebih kecil karena faktor diameter. Dinar LM berdiameter 23 mm, sedangkan Dinar Peruri berdiameter 20 mm. Untuk mengimbangi diameter yang lebih kecil ini, Dinar Peruri lebih tebal dari Dinar LM. Namun keduanya memiliki berat yang sama 4.25 gram dan kadar karat yang sama pula yaitu 22 karat atau 91.7%. Dari sisi ciri khas design yang mudah dikenali, bila Dinar LM menggunakan gambar timbul berupa Ka’bah di Masjidil Haram – Dinar Peruri menggunakan gambar timbul masjid Istiqlal – Jakarta.

Dinar Peruri

Dinar Peruri

Insyaallah Dinar Peruri ini akan available dalam satu sampai dua bulan kedepan karena saat ini sudah dalam finalisasi process pencetakannya. Bila saatnya nanti Dinar Peruri sudah benar-benar diproduksi, kami akan memberlakukannya secara sama dengan Dinar LM. Selain harga jual dan harga beli-nya yang sama; masyarakat bisa menukarkan Dinar LM yang dipegangnya dengan Dinar Peruri dan juga sebaliknya dari Dinar Peruri ke Dinar LM. Bila stok keduanya ada, klien-klien GeraiDinar dan jaringan agennya boleh memilih salah satu dari keduanya atau kombinasi dari keduanya – tergantung preferensi masing-masing.

Sertifikat  Dinar Peruri

Sertifikat Dinar Peruri

Kehadiran Dinar Peruri ini adalah hasil kerjasama Peruri dengan Gerai Dinar. Peruri menyediakan infrastruktur percetakan uangnya yang sangat canggih dengan teamnya yang sangat berpengalaman, sedangkan Gerai Dinar menyediakan bahan baku dan pasarnya. Kerjasama ini juga menandai babak baru dalam penyebaran Dinar ke masyarakat. Pertama masyarakat bisa memiliki pilihan dari Dinar-Dinar yang diproduksi oleh dua perusahaan negara yang masing-masing sangat berkompetent dibidangnya tersebut diatas, dan yang kedua ketersediaan supply Dinar insyaAllah akan menjadi semakin terjamin.

Semoga Allah senantiasa memudahkan jalanNya bagi kita semua untuk beramal yang diridloiNya.

05 Mei 2011

Bobot Uang Kertas : Seperti Menimbang Jeruk Dengan Jeruk...

Sepanjang tahun 2011 ini Rupiah lagi luar biasa terhadap Dollar, sehingga di seluruh media yang memberitakan tentang ekonomi dan Rupiah tidak ada yang tidak sepakat bahwa Rupiah lagi kuat. Sayapun setuju bahwa Rupiah memang lagi kuat, tetapi setujunya saya ini dengan catatan bahwa pembandingnya adalah masih uang kertas lain – khususnya Dollar yang selama ini paling banyak dipakai sebagai pembanding. Lantas apa manfaat keperkasaan Rupiah ini bagi kita ?, Apakah barang-barang menjadi murah ?. Ternyata tidak, barang-barang khususnya kebutuhan pokok seperti bahan makanan tetap menjadi semakin mahal – bahkan setahun terakhir naik lebih dari 11 %.

Sama dengan kiat memilih kata yang pernah saya tulis sebelumnya, memilih kata ‘Rupiah menguat’ atau ‘Rupiah melemah’ juga berpengaruh pada sikap yang akan kita ambil. Bayangkan bila Anda memegang otoritas moneter di negeri ini misalnya, bila persepsi Anda ‘Rupiah menguat’ dan penguatan Rupiah ini bisa membuat ekspor kita kalah bersaing – maka kebijakan apa yang Anda akan ambil ? pastinya adalah kebijakan yang melemahkan Rupiah atau setidaknya mengerem laju penguatannya – agar ekspor kita kembali bisa bersaing. Sebaliknya juga terjadi bila persepsi Anda ‘Rupiah melemah’, kebijakan Anda akan cenderung menguatkan Rupiah.

Lantas bagaimana kita seharusnya memandang apakah Rupiah ini lagi kuat atau lagi lemah ?, seperti menimbang buah saja. Bila Anda membeli buah jeruk, maka anak timbangannya harusnya adalah anak timbangan baku yang beratnya sudah tertentu seperti logam kuningan dengan berat 1 kg, 0.5 kg dan seterusnya. Anda tentu tidak mau bila jeruk Anda ditimbang dengan jeruk lainnya, karena jeruk lain tersebut beratnya juga tidak tentu dan bisa menyusut pula. Barang yang beratnya tidak tentu, tidak bisa dipakai untuk menimbang berat barang lainnya – karena hanya akan bisa memberikan hasil yang relatif dan bukan hasil yang baku.

Untuk kasus uang kertas Rupiah dan Dollar, hasil ‘timbangan ‘ tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Bila Rupiah ditimbang dengan US$, maka telah terjadi penguatan sampai 21% sepanjang 2 tahun terakhir (garis merah). Tetapi bagaimana dengan ‘timbangan’ Dollar sendiri ?, ‘bobot’ Dollar yang sesungguhnya adalah daya belinya terhadap benda riil – saya gunakan emas karena daya beli emas/Dinar yang terbukti baku sepanjang lebih dari 1400 tahun. Ternyata dalam dua tahun yang sama US$ ‘bobotnya’ menyusut sampai 39 % (garis hijau).

Bobot Uang Kertas

Bobot Uang Kertas

Jadi ‘jeruk’ yang satu yaitu Rupiah kelihatan naik sampai 21 % tetapi relatif terhadap ‘jeruk’ yang lain yang bobotnya turun sampai 39 %. Untuk mengetahui berat ‘jeruk’ yang pertama Rupiah secara baku, maka dia tidak bisa ditimbang dengan ‘jeruk’ lainnya yaitu Dollar – Rupiah harus ditimbang dengan benda riil pula – ya contohnya kembali ke emas tadi. Dengan timbangan baku emas, kita tahu bahwa ‘berat’ baku Rupiah ternyata melemah sampai 26 % sepanjang dua tahun terakhir (garis kuning).

Inilah yang menjelaskan mengapa harga-harga barang tetap naik meskipun seluruh media mengabarkan Rupiah lagi menguat. Bayangkan sekarang bila Anda misalnya sebagai pemegang otoritas moneter mengambil keputusan untuk ‘melemahkan Rupiah’ berdasarkan hasil timbangan ‘jeruk’ dengan ‘jeruk’ diatas – maka yang menjadi korban adalah daya beli masyarakat. Anda insyaallah akan dapat mengambil kebijakan yang lebih adil bila kebijakan Anda mengelola supply uang kertas berdasarkan ‘timbangan’ sesungguhnya yang bernilai baku – yaitu daya beli uang kertas terhadap benda-benda riil yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat – ini antara lain terwakili oleh harga emas diatas. InsyaAllah.

03 Mei 2011

Dampak Inflasi : Mengapa Yang Miskin Harus Membayar Lebih Mahal...?.

Pada bulan Maret lalu di sebuah negara bagian di Amerika Serikat, Federal Reserve President dari negara bagian tersebut berusaha ‘menghibur’ rakyatnya dalam sebuah pidato , “bahwa masyarakat tidak perlu mencemaskan inflasi, toh masyarakat kini bisa membeli Ipad 2 dengan harga yang sama dengan Ipad 1 padahal Ipad 2 ini kemampuannya dua kali lipat dari Ipad 1. Masyarakat harus melihat harga-harga dari keseluruhan barang”. Serentak masyarakat yang hadir dan mendengar pidato tersebut berteriak “ tetapi kami kan tidak makan Ipad ?”. Begitulah inflasi ini selalu dikomunikasikan oleh otoritas suatu negara, bahwa seolah tidak ada hal yang buruk tentang inflasi ini.

Kemarin ketika melihat berita di televisi, bahwa berdasarkan pemantauan BPS di 66 kota di Indonesia terjadi negatif inflasi ( deflasi) – 0.31 % sepanjang bulan April 2011, saya bersyukur – Alhamdulillah bahwa harga-harga akhirnya bisa direm laju kenaikannya. Maka saya-pun tertarik pingin tahu detilnya, dimana harga barang-barang yang turun tersebut dan bagaimana big picture inflasi ini setahun terakhir, berikut adalah summary dari data inflasi paling mutakhir yang di release oleh BPS.

BPS

Sumber : BPS

Betul, telah terjadi penurunan harga bahan makanan 1.90 persen untuk bulan April 2011 dan secara kumulatif turun 2.02 persen untuk tahun kalender 2011 (4 bulan) . Namun secara keseluruhan inflasi bahan makanan setahun terakhir (12 bulan) masih berada pada angka 11.08 % - jauh lebih tinggi dari inflasi umum yang ‘hanya’ 6.16%.

Di sinilah menyakitkannya inflasi itu, sama dengan kasus di Amerika tersebut di atas – karena system keuangannya juga sama – bahwa inflasi lebih banyak memukul masyarakat bawah ketimbang masyarakat yang diatas.

Bila Anda mampu membeli handphone, mampu bepergian naik pesawat terbang, mampu membeli produk-produk financial seperti asuransi dlsb – maka Anda tidak akan terlalu merasakan beratnya kenaikan harga kebutuhan sekunder atau bahkan tersier ini – karena tingkat inflasinya setahun terakhir hanya 2.93 %. Tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya hanya cukup untuk makan atau memenuhi kebutuhan primer-nya, inflasi yang menghantam mereka mencapai 11.08 %.

Katimpangan semacam ini bukan hanya terjadi tahun ini, rata-rata inflasi lima tahun terakhir untuk bahan pangan adalah 12 %, sedangkan inflasi umum hanya 6,8 %, jadi secara persistent beban hidup masyarakat bawah terus semakin berat sementara masyarakat yang mampu tidak mengalami peningkatan beban yang seberat mereka.

Bila ketidak adilan ekonomi dimana rakyat kecil menjadi korban inflasi yang lebih berat dari masyarakat yang mampu ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, dan nampaknya belum ada upaya konkrit untuk membalik arah, lantas apakah semua kita akan diam dan tidak berbuat sesuatu ?. Tentu maksud saya bukannya demo atau membuat revolusi yang malah bisa meningkatkan inflasi, tetapi maksud saya berbuat sesuatu yang riil dan konkrit di masyarakat yang bisa meredam inflasi atau setidaknya menggeser penekanan inflasi, dari yang berat mengenai kebutuhan primer bahan pangan – pindah ke berat mengenai kebutuhan sekunder atau tersier – kalau toh inflasi masih harus tetap ada !.

Mudahkan ini untuk dilakukan ?, tentu tidak mudah tetapi tidak mustahil – kurang lebih berada di baina mumkin wal mustahil – begitulah. Seberapapun berat upaya ini kudu mulai dilakukan karena kalau tidak maka rakyat akan semakin menderita, dan tidak terbayang penderitaan ini dalam time frame 10 – 20 tahun kedepan !.

Konkritnya seperti apa ?, karena yang mejadi masalah adalah kenaikan harga bahan makanan yang jauh melampaui kebutuhan lainnya, sedangkan kita semua tahu bahwa harga ini terkait supply dan demand – tidak mungkin mengerem demand karena ini kebutuhan pokok – maka tinggal satu yang harus digarap besar-besaran yaitu sisi supply-nya.

Bagian terbesar dari sumber daya yang ada di negeri ini baik lahan, investasi/dana, pemikiran dan tenaga (SDM) harus di fokuskan untuk mengatasi kebutuhan bahan makanan. Ini harus dilakukan paling tidak tujuh tahun – sampai supply mencukupi dan inflasi bahan makanan dapat diredam.

Selain mendandani sisi supply, juga harus ada upaya mendandani pasar agar tidak terjadi monopoly, penimbunan, kartel, permainan tengkulak dlsb. yang semua aturan jelasnya sudah ada di pengaturan pasar menurut syariah Islam.

Maka disinilah sekali lagi bukti kebenaran Islam itu, ketika masyarakat di Amerika dalam contoh tersebut di atas maupun di Indonesia ini tidak ketemu solusi untuk mengatasi problema mendasar dalam pemenuhan kebutuhan primernya – yaitu inflasi bahan kebutuhan pokok yang terus mencekik leher, solusinya-pun dalam paket yang komprehensif menyeluruh adanya di syariah Islam. Tiga points saja dari sekian banyak aturan syariah diterapkan, insyaAllah inflasi itu akan menghilang dengan sendirinya.

Tiga points ini masing-masing adalah Uang yang tidak bisa dicetak secara sembarangan, penggunaan lahan yang produktif, pasar yang adil dan bisa diakses oleh seluruh umat

Karena inflasi adalah nyata dan korban inflasi juga nyata, maka upaya untuk menghilangkan inflasi dan penyebab-penyebabnya juga harus nyata. Tidak cukup hanya ditulis atau diwacanakan, tidak cukup dengan dibuat seminar, workshop dan dibuat perundangannya, tetapi harus dengan karya nyata – setiap diri kita insyaallah bisa berkontribusi untuk amal nyata mencegah kelaparan ini. Amin.

Bazaar Madinah: Patient dan Passion Dalam Membangun (Kembali) Budaya Berdagang...

Alhamdulillah setelah bekerja dan berpikir keras selama delapan bulan terakhir, Bazaar Madinah berhasil dioperasikan mulai hari ini di lokasi yang pertama – Depok. Hadir dalam pembukaan pertama ini adalah tamu-tamu kami dari Bandung dan dari Makassar – mudah-mudahan Bazaar Madinah bisa segera hadir di dua kota terebut juga. Sebagaimana konsep baru lainnya, tentu sangat banyak pertanyaan yang harus kami jawab – sebagian sudah bisa kami jawab dan pecahkan sebagiannya lagi mungkin juga belum sepenuhnya terjawab. Namun ada dua hal yang kami jadikan bekal untuk memulai pekerjaan dan tantangan besar ini – sehingga kami optimis insyaAllah mampu mewujudkannya, dalam bahasa Inggris dua hal ini pengucapannya hampir sama yaitu patient dan passion.

Suasana Pembukaan Bazaar Madinah

Suasana Pembukaan Bazaar Madinah

Patient artinya sabar dan telaten, kita perlu kesabaran yang tinggi karena yang kita bangun bukan hanya pasar fisik setelah jadi terus didatangi orang untuk berjual beli seperti yang terjadi pada pembukaan hari ini. Kita ingin lebih dari itu, kita ingin membangun manusia-manusia yang berdagang di dalamnya sebagai manusia yang berbudaya dagang yang tinggi – taat syariah lagi professional. Sedangkan passion artinya gairah dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan apa yang ingin kita capai tersebut.

Mengapa kita perlu membangun (kembali) budaya berdagang yang tinggi ini ?. Berdagang ( jual beli) adalah cara menghindar atau melawan Riba yang sesungguhnya– dan cara meraih kemerdekaan kita Tetapi budaya berdagang yang luhur yang terbangun selama sembilan abad sejak awal agama Islam masuk negeri ini di abad 1 Hijriyah atau abad 7 Masehi sampai abad 9 Hijriyah atau abad 16 Masehi, telah dirusak oleh penjajah Portugis mulai abad 16 Masehi dan diperparah oleh penjajahan belanda dari abad 17 sampai abad 20 Masehi.

Salah satu dari bukti tingginya peradaban perdagangan Islam di Nusantara adalah sampai abad 18 yaitu satu Abad lebih setelah penjajah Belanda mengusai Nusantara – ketika mereka hendak mencetak uang – mareka masih harus mencetaknya dalam bentuk Dirham dan berhiaskan tulisan Arab yang berbunyi Derham Min Kompeni Welandawi yang artinya Dirham dari Kompeni Belanda. Contoh Dirham Belanda bertahun 1747 ini sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional kita.

Jadi hasil kerja keras 9 abad para penyebar Agama Islam di Nusantara, yang kemudian di rusak seabad oleh Portugis dan 3.5 abad oleh penjajah Belanda inilah yang ingin kita kembalikan, kembali mengikuti budaya perdagangan yang tinggi berdasarkan syariat Islam yang universal.

Di dalam Bazaar Madinah kita ada pedagang dari kalangan non-Muslim juga, tetapi tidak ada keberatan mereka akan berlakunya hukum syariat untuk mengatur perdagangan ini. Mengapa ?, karena aturan syariat yang tidak membolehkan orang berbohong, tidak boleh mengurangi timbangan, tidak boleh menipu, tidak boleh menyembunyikan cacat barang dlsb. toh pasti baik untuk mereka juga.

Bahkan di dalam kelas perdana Al Tijaarah Institut sehari menjelang beroperasinya Bazaar Madinah, saya juga melihat adanya orang-orang non-muslim yang serious mengikuti pelajaran cara-cara perdagangan yang syar’i ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, keunggulan Islam dalam perdagangan – yang tidak hanya dirasakan oleh umat Islam ini, tetapi juga orang-orang di luar Islam. Intan berlian yang berhasil digosok tidak hanya menampakkan keindahan bagi yang menggosoknya, tapi juga bagi orang orang lain yang tadinya hanya melihat batu ketika intan tersebut belum digosok. InsyaAllah.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.