Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

21 April 2011

Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’...

Dalam suatu perjalanan ke negeri Jiran belum lama ini, tidak sengaja saya mendengarkan ceramah yang indah dari seorang ustadzah yang menganjurkan jama’ahnya untuk meninggalkan semua kata ‘bangga’ dan menggantinya dengan kata ‘syukur’. Sepintas kedengarannya agak lucu dan saat itu saya berpikir apalah artinya kata. Namun alhamdulillah setelah saya renungkan cukup lama, saya menjadi faham betapa besar pengaruh dari pemilihan kata ini dalam membentuk sikap kita terhadap segala sesuatu. Nasihat ustadzah – yang bahkan saya tidak sempat mengenal namanya ini – rupanya bermakna sangat dalam, semoga Allah merakhmatinya.

Di dalam Al-Qur’an kata bangga hampir selalu berarti atau berdampak buruk. Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri ( antara lain 4 :36 ; 28 :76 ; 57 : 23) , kebanggaan menimbulkan perpecahan ( antara lain 23:53 ; 30: 32 : 31 :40) dan kebanggaan juga menyebabkan datangnya azab dan hancurnya harta ( QS 57 : 20).

Sebaliknya kata syukur selalu berkonotasi positif, mendatangkan rakhmat (54 : 34-35) , mendatangkan ridhaNya (39 : 7), dijauhkan dari bencana ( 54 : 34-35), terbebas dari siksa (4 :147), bertambahnya nikmat ( 14 : 7) dan diperintahkan langsung maupun tidak langsung dalam sejumlah ayat !

Mari sekarang kita lihat aplikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari. Ketika negeri ini lagi bangga-bangganya dengan team sepak bola nasional kita yang berhasil menembus partai final piala AFF penghujung tahun lalu – kita ‘diingat’kan Allah dengan kekalahan telak yang meluluh lantakkan perasaan para penggemar bola di tanah air. Kegagalan di final ini nampaknya belum juga cukup, perpecahan demi perpecahan di dunia persepak bolaan tanah air-pun terjadi hingga kini. Perhatikan ini dengan kesesuaian ayat-ayat tersebut diatas.

Lantas bagaimana seharusnya kita mengungkapkan perasaan kegembiraan bangsa ini ketika para pemain olah raganya mencapai prestasi yang gemilang ?. Mengungkapkannya dengan rasa syukur dan juga dengan kata syukur. Kata-kata ‘team kebanggaan nasional’ misalnya – agar tidak berimplikasi pada kesombongan yang dihancurkan Allah – kita ganti dengan ‘team kesyukuran nasional’.

Dalam kehidupan berkeluarga juga demikian, selama ini kita anggap lumrah bila seorang ibu atau bapak membangga-kan prestasi anaknya. Maka muncullah istilah ‘anak kebanggaan orang tua’ , padahal tidak ada prestasi apapun bila Allah tidak menghendakinya – maka kata-kata inipun kita ganti dengan ‘anak kesyukuran orang tua’.

Dalam kehidupan berusaha-pun perubahan terhadap penggunaan kata ini bisa kita lakukan. Sebelum saya mendengar ceramah ustadzah tersebut diatas, ketika menyebut proyek yang sedang di realisir oleh para santri wirausaha – saya sering menyebutnya sebagai ‘proyek-proyek kebanggaan’ kita. Kini saya takut menggunakan kata ‘proyek-proyek kebanggaan’ karena bisa berimplikasi pada kesombongan sikap – yang bisa mendatangkan azab dan kehancuran ( 57 :20) – na’udhubillahi min dzalika.

Lantas apa kata gantinya ?, kini kita gunakan penyebutan ‘proyek-proyek kesyukuran kita’. Maka ketika ada kritik konstruktif – kok banyak proyek kita yang gagal atau tidak berhasil di realisir, sayapun tetap bisa menggunakan kata syukur tersebut – bahwa kita sangat bersyukur ada sejumlah proyek yang bisa diimplementasikan sampai sejauh ini. Perhatikan disini kata syukur bisa selalu pas dalam kondisi apapun, sedangkan kata bangga memang tidak pas untuk menggambarkan pencapaian tersebut.

Diawal-awal Anda menggantikan kata ‘bangga’ dengan ‘syukur’, Andapun mungkin akan terasa lucu karena ini terasa seperti bahasanya Upin dan Ipin. Namun tidak mengapalah lucu, kalau kita bisa menolak azab dan kehancuran dengan ridha dan bertambahnya nikmat dariNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.