Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

30 Maret 2011

Bila Financial Catastrophe Global Terjadi, Kemana Kita Bisa Berlari...?

Catastrophe adalah istilah untuk kejadian atau musibah luar biasa yang sangat besar dampaknya bagi harta benda dan jiwa manusia. Dalam dunia risk management istilah ini biasa digunakan untuk bencana alam sekelas tsunami Aceh akhir 2004, dan yang masih segar diingatan kita adalah gempa bumi dan tsunami di Jepang yang kemudian juga disusul dengan bencana radiasi radioaktif. Sejak krisis financial 2008, karena skalanya yang luar biasa – para financial risk manager juga mulai menggunakan istilah catastrophe ini untuk menggambarkan luasnya dampak bencana financial waktu itu.

Pekan lalu istilah Financial Catastrophe kembali diangkat di media oleh sekelompok mantan ahli ekonomi Gedung Putih dengan membuat surat terbuka yang intinya mengingatkan bahwa mendung Financial Catastrophe sedang membayangi negeri itu.

Yang lebih konkrit lagi, akhir pekan lalu juga – LSM yang misinya menyiapkan warga Amerika untuk menghadapi hyperinflasi – National Inflation Association (NIA) - me-release 12 tanda-tanda bahwa hyperinflasi bisa jadi akan segera terjadi di negeri itu. 12 tanda-tanda ini adalah :

1. Federal Reserve yang membeli sendiri sampai 70% surat hutang baru yang dikeluarkan negeri itu. Artinya surat hutang negeri itu mulai tidak laku dijual.

2. Pihak swasta mulai menghentikan pembelian surat utang negara.

3. China mulai ancang-ancang meninggalkan US Dollars sebagai reserve currency-nya.

4. Jepang yang merupakan negara no 2 terbesar pemegang surat utang negara AS mulai menjual portfolio-nya.

5. Tidak biasanya, tingkat suku bunga the Fed kini berada pada angka 0.00 – 0.25 % sejak Desember 2008.

6. Year –Over- Year (yoy) Consumer Price Index (CPI) meningkat sampai 92% selama tiga bulan terakhir.

7. Lalainya control media dan masyarakat akan tingginya kenaikan CPI di no 6.

8. Budget Deficit yang memecahkan rekor baru di angka US$ 222.5 Milyar.

9. Tingginya persentase deficit yang mencapai 43% dari total pengeluaran.

10. Obama yang dituduh berbohong dalam kebijakan luar negerinya. Dahulu warga negeri itu berharap Obama akan mengurangi keterlibatan dalam perang di negeri orang, kini ternyata malah memulai perang baru seperti di Libya – siapa lagi yang akan menanggung bebannya selain warga negeri itu sendiri ?.

11. Obama juga dituduh menyesatkan definisi Balanced Budget dengan mengeluarkan beban bunga dari hutang nasional-nya, padahal justru beban bunga ini yang meledak sangat besar.

12. Amerika harus memikul kenaikan beban bunga yang sangat besar yang besarnya diperkirakan bisa mencapai 30% - 40 % dari penerimaan pajak negeri itu. Tidak ada negeri yang bisa selamat dari hyperinflasi dengan beban bunga sebesar ini !.

Dengan 12 tanda-tanda tersebut, NIA mengingatkan warga Amerika akan bahaya hyperinflasi yang diprediksi bisa terjadi pada paruh kedua tahun ini, atau bila tidak maka peluang terbesarnya adalah diantara tahun 2013 – 2015, dan bila tidak juga terjadi– maka hampir pasti menurut NIA hyperinflasi akan terjadi di Amerika sebelum dasawarsa ini berakhir.

Apa relevansinya hyperinflasi di Amerika dengan kita yang jauh disini ?. Sama seperti gempa bumi di Jepang yang menimbulkan efek tsunami dan radiasi radioaktif – yang membuat seluruh dunia waspada, bila terjadi hyperinflasi di Amerika dengan uang Dollarnya – maka dia menjadi epicentrum dari gempa financial global yang tidak ada satu negarapun yang tidak akan terkena dampaknya.

Bila terjadi hyperinflasi terhadap US$, daya beli uang ini akan runtuh – sedangkan hampir seluruh negara-negara di dunia memegangnya dalam berbagai bentuk. Kita juga memegangnya dalam bentuk cadangan devisa yang kini nilainya mendekati US$ 100 Milyar – tepatnya US$ 99.619 Milyar per 28/02/2011. Saling keterkaitan dengan US$ yang begitu kuat juga akan menyeret daya beli mata uang negara lain ikut runtuh bersamaan dengan runtuhnya Dollar.

Lantas bagaimana kita menyikapi akan potensi Financial Catastrophe yang meskipun kemungkinan besar epicentrum gempanya nun jauh di Amerika sana tetapi dampaknya akan sampai ke kita juga ini ?. Jawabannya pernah saya tulis di sini melalui dua tulisan.

Yaitu pertama belajar dari cara nabi Yusuf Alaihi Salam menafsirkan ‘prediksi’ paceklik dari mimpi sang raja (QS 12:47). Bercocok tanam disini adalah representasi upaya untuk mencukupi kebutuhan sendiri dari apa-apa yang bisa dihasilkan di bumi ini.

Yang kedua adalah belajar dari apa yang dilakukan oleh seluruh nabi-nabi dan juga jenis pekerjaan yang diindikasikan dalam hadits akan tetap baik dilakukan hingga akhir jaman, yaitu menggembala kambing. Menggembala kambing di bukit-bukit adalah merepresentasikan pembebasan diri dari rusaknya system yang menyelimuti dunia saat itu. Keluar dari ecosystem global yang rusak dan membangun ecosystem skala kecil tetapi terjaga dengan baik adalah jawaban keduanya.

Salah satu bukti empiris dari kebenaran petunjuk Al-Qur’an dan hadits tersebut diatas dapat saya saksikan di desa kelahiran saya – 4 jam perjalanan darat dari Surabaya ke arah barat. Hingga jaman modern kini di desa ini orang tetap bisa hidup nyaris tanpa uang – awalnya terpaksa !, karena begitu sedikitnya uang yang berputar di desa ini.

Anda mungkin tidak kebayang, di sekolah madrasah yang didirikan bapak saya di desa itu – hingga kini kami hanya mampu membayar sekitar 40 gurunya dengan gaji di kisaran Rp 100,000 per orang per bulan. Tetapi jangan dibayangkan bahwa guru-guru tersebut adalah orang-orang yang menderita, mereka adalah orang-orang yang terhormat dan paling berpendidikan di desa itu. Dari penampilannya ketika mereka mengajar, Anda tidak akan mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang bergaji Rp 100,000 per bulan. Semua mereka tampil keren dan terhormat di mata 700-an murid-muridnya.

Lantas bagaimana mereka bisa hidup dengan Rp 100,000/bulan ?. disinilah rahasianya. Hampir segala macam kebutuhan hidup mereka bisa tercukupi dari apa yang tumbuh di pekarangan-pekarangan mereka di desa itu. Di desa seperti ini, dimana orang bisa hidup nyaris tanpa uang – bencana financial skala global sekalipun insyaallah tidak akan membawa dampak.

Saya yakin sebagian dari Anda juga memiliki desa asal seperti saya, maka kembali membangun desa dengan sawah, ladang dan ternak-ternaknya insyaallah akan merupakan langkah yang jitu dalam membangun ketahanan ekonomi. Bagi Anda yang tidak memiliki desa Asal, Anda masih dapat men-create desa Anda sendiri di tempat-tempat yang tidak terlalu jauh dari Jakarta misalnya.

Dengan memiliki desa-desa untuk 'kembali' ini, bila bencana financial global tidak terjadi, kita juga tidak rugi karena kita toh membangun desa kita sendiri. Bila bencana financial global seperti yang diingatkan oleh para ahli tersebut diatas benar-benar terjadi, kita-pun tahu kemana kita bisa berlari. InsyaAllah.

29 Maret 2011

Beta Test BursaIde.Com : Memfasilitasi Mimpi Menjadi Visi...

Di Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin (PWDM) kami terus berpikir dan bekerja keras untuk menghasilkan ide dan karya-karya baru yang bisa memakmurkan umat. Tidak hanya usaha yang bersifat Brick (fisik) seperti peternakan kambing, pertanian jamur, industri composites, Bazaar Madinah dlsb., di era teknologi ini kami juga memasuki dunia usaha yang bersifat Click (online). Integrasi antara Brick and Click ini bahkan kini sudah hampir selesai kami bangun berupa situs yang kami beri nama BursaIde.Com.

Setelah team IT kami dari lulusan terbaik perguruan tinggi teknologi terbaik di negeri ini bekerja selama tiga bulan, versi Beta dari situs ini telah bisa mulai Anda coba di www.bursaide.com . Bila seluruh fasilitas di situs ini selesai dibangun nantinya, kami harapkan situs ini akan menjadi semacam Integrated Idea Management System, dimana ide-ide terbaik anak negeri ini bisa dilahirkan dan dipertemukan dengan resources yang diperlukan untuk implementasinya.

Bursa Ide

www.bursaide.com

Yang sekarang Anda sudah bisa coba adalah baru Tahap I yaitu Anda bisa melemparkan ide-ide Anda di situs ini untuk kemudian mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang memiliki interest yang sama atau mirip dengan Anda. Atau bisa juga dimanfaatkan oleh organisasi/institusi Anda bila memerlukan ide-ide segar dari luar, Anda bisa mengundang orang lain untuk menjawab tantangan Anda.

Fasilitas kedua ini misalnya bisa digunakan oleh perusahaan yang stuck dengan internal resources-nya dan tidak bisa lagi menghasilkan terobosan-terobosan baru; maka bisa saja dia mengundang pihak luar untuk memberi ide-ide yang segar untuk terobosan barunya.

Bisa juga digunakan oleh para politikus/pejabat yang stuck dengan problem daerahnya, maka dia bisa mengundang pemikir-pemikir dari luar systemnya untuk bisa berkontribusi memakmurkan daerah tersebut.

Tahap II yang kini sedang kami kembangkan akan membawa ide-ide yang menarik ke tingkat berikutnya, yaitu diskusi dan pembahasan intensif dengan berbagai pihak yang tertarik atau terkait dengan ide yang bersangkutan – termasuk beberapa sumber pendanaan yang kini mulai bicara intensif dengan kami. Melalui diskusi inilah ide dan resources yang diperlukan untuk implementasinya dipertemukan atau dilengkapi. Keputusan go or not go - pun diharapkan bisa disimpulkan dari serangkaian diskusi intensif ini.

Tahap III yang juga sedang kami kerjakan akan merupakan tahap implementasi dari sebuah ide. Tahap ini nantinya akan menjadi semacam project management-nya dari ide-ide Anda yang diimplementasikan. Who doing what and when akan termonitor dan ter-updated melalui fasilitas yang kami bangun di stage ke III ini.

Tahap IV akan merupakan reporting dan feedback dari system ini secara keseluruhan. Nantinya insyaallah system akan menyajikan terus menerus berapa banyak ide yang telah berhasil diimplementasikan, berapa banyak tenaga kerja yang bisa diserap, asset yang dibangun dlsb.

Secara keseluruhan BursaIde.Com dikembangkan dengan teknologi web 2.0 yang sudah terintegrasi dengan jejaring sosial seperti facebook, twitter dlsb. Dengan teknologi ini berbagi ide Anda akan semudah Anda ber-facebook atau ber-twitter misalnya.

Yang sudah Anda bisa saksikan dan coba tentu masih sangat awal dari konsep BursaIde secara keseluruhan, tetapi inipun insyaAllah sudah akan mulai memberi manfaat. Ide-ide cemerlang Anda yang selama ini tersimpan rapi di benak Anda atau di catatan-catatan pribadi, kini bisa mulai dikomunikasikan dengan publik melalui situs BursaIde ini.

Bagaimana kalau ide ini dicuri orang ?. Pertama yang perlu Anda ungkapkan hanya executive summary atau ringkasannya saja, detil teknis tetap Anda pegang – mudah-mudahan ini bisa mengamankan ide Anda.

Kedua kita mau mengajak masyarakat pengguna situs ini untuk berpikir positif. Ide-ide itu murah bahkan tidak berharga bila tidak diimplementasikan, ide baru berharga dan bermanfaat bagi umat bila diimplemantasikan. Nah kalau Anda punya ide cemerlang untuk manfaat yang luas bagi umat, akan lebih baik ide itu diimplementasikan orang ketimbang ide itu terbawa mati oleh Anda tidak ter-implementasikan. Menunjukkan suatu kebaikan sama pahalanya dengan berbuat kebaikan itu sendiri, jadi siapa tahu dengan mengungkapkan ide-ide baik Anda ada pahala mengalir kelak kecatatan amal kebaikan Anda tanpa Anda sadari !.

Sebagaimana tag line-nya “Dari Mimpi Ke Visi...”, melalui situs BursaIde.Com ini kami ingin merealisasikan mimpi-mimpi terbaik dari anak bangsa ini, siapa tahu juga termasuk mimpi-mimpi Anda !, maka silahkan Anda juga mencobanya.

19 Maret 2011

Dinar & Dirham Drain : Disparitas Harga Dan Upaya Minimisasi –nya...

Sebulan terakhir saya coba mengamati harga-harga Dinar dan Dirham yang terjadi di luar negeri khususnya adalah Malaysia melalui World Islamic Mint Malaysia, UAE melalui World Islamic Mint (Abu Dhabi) dan e-Dinar. Hasilnya, yaitu harga-harga Dinar dan Dirham yang kami perkenalkan melalui situs ini secara persistent berada jauh dibawah harga-harga Dinar dan Dirham di negeri Jiran dan Timur Tengah. Rata –rata sebulan terakhir harga Dinar kita lebih rendah hampir 10% dari Dinar di negeri Jiran, bahkan harga Dirham kita berada di sekitar 36 % lebih rendah dari Dirham di negeri tetangga tersebut.

Pada saat artikel ini saya tulis misalnya, dengan spesifikasi kadar dan berat yang sama Dinar di Malaysia dihargai RM 660 atau sekitar Rp 1,910,000,- dan Dirham di hargai RM 23 atau sekitar Rp 66,000,-. Pada saat yang bersamaan di Abu Dhabi Dinar diharga US$ 213 atau sekitar Rp 1,868,000,- dan Dirham dihargai US$ 7.39 atau sekitar Rp 64,000,-. Yang masih lebih murah dari kita hanya e-Dinar yaitu Dinar US$ 194.03 ( sekitar Rp 1.7 juta) dan Dirham 3.35 (sekitar 30 ribu), hanya saja ketika Anda membeli Dinar dan Dirham mereka secara fisik – maka harga yang digunakan adalah harga Dinar dan Dirham yang sama dengan World Islamic Mint – Abu Dhabi tersebut diatas. Walhasil dibandingkan dengan ketiga sumber di luar negeri tersebut – harga Dinar dan Dirham di jaringan Gerai Dinar selama ini adalah terlalu murah. Hal ini bisa dilihat dari grafik perbandingannya sebulan terakhir dibawah.

Disparitas

Disparitas Harga Dinar Emas Indonesia vs Malaysia

Disparitas harga Dinar dan Dirham fisik di Indonesia yang terlalu jauh dibandingkan dengan produk sejenis diluar negeri yang berspesifikasi kadar dan berat sama, sangat berpotensi menyebabkan apa yang kami sebut Dinar & Dirham Drain (D3) atau Dinar & Dirham capital flight ke negeri-negeri yang menghargainya (dengan uang kertas) lebih tinggi. Bila ini terjadi, maka good money berupa Dinar dan Dirham fisik kita akan secara bertahap tersedot keluar dan digantikan dengan aliran bad money berupa Ringgit atau Dollar – uang kertas yang dicetak dari awang-awang.

Untuk mengantisipasi hal ini insyaAllah sejauh yang kami bisa, kami akan terus memantau aliran Dinar dan Dirham fisik tersebut diatas. Namun cara yang paling efektif untuk mencegah D3 sebenarnya adalah harus dihilangkan penyebabnya. Karena penyebabnya adalah disparitas harga yang significant – maka disparitas harga ini yang dari waktu-ke-waktu akan kami minimalisir secara bertahap as and when situasinya tepat untuk melakukannya.

Upaya meminimisasi disparitas harga ini akan berdampak terkatrol naiknya harga Dinar dan Dirham fisik di jaringan Gerai Dinar, sedikit menjadi lebih berat bagi yang hendak membelinya – namun secara umum akan otomatis meningkatkan nilai Dinar dan Dirham yang sudah dimiliki oleh masyarakat – relatif terhadap uang kertas. Bila Anda melihat harga jual - beli Dinar dan Dirham kami per pagi ini lebih tinggi dari kemarin-kemarin, ini adalah dampak dari penyesuaian harga bertahap tersebut.

Setiap langkah tentu ada risikonya, termasuk langkah-langkah untuk mengurangi disparitas harga ini. Bagi kami sendiri dan agen-agen kami tentu sepintas lalu akan membuat Dinar dan Dirham kami kurang menarik bagi calon pembeli – ini kami sadari sepenuhnya. Tetapi di sisi lain masyarakat pengguna Dinar dan Dirham kami juga toh yang akhirnya akan diuntungkan – karena kami menghargai buyback-nya juga otomatis lebih tinggi. Selisih harga jual dan beli yang kami selalu pertahankan tidak lebih dari 4 % - bahkan bisa turun tinggal 1% - 2 % saja melalui fasilitas penjualan ke sesama pengguna seperti yang sering kami umumkan di situs ini – insyaAllah akan menjaga harga Dinar dan Dirham yang telah ada di tangan Anda.

Masyarakat juga sering membandingkannya dengan emas lantakan, seolah harga Dinar ini jauh lebih mahal dari harga emas lantakan. Untuk obyektifnya ketika membuat perbandingan hendaknya diperbandingkan dalam kondisi yang sama – yaitu sama-sama termasuk ongkos cetaknya. Ketika saya menulis ini misalnya, harga emas di Logam Mulia (harga kemarin 18/03/2011) tertulis Rp 408,000/gram. Tetapi bila Anda membeli emas lantakan yang 4 atau 5 gram ( yg ukurannya dekat dengan Dinar), harga tersebut menjadi Rp 418,500,-/gram – karena memasukkan unsur ongkos cetak di dalamnya. Masih lebih menguntungkan emas lantakan karena 24 karat ?.

Ketika Anda jual balik ke tempat Anda membeli, atau dijual kemanapun biaya cetak emas lantakan akan dihilangkan/tidak diakui. Oleh mereka emas lantakan 5 gram Anda tersebut diatas misalnya bila Anda jual balik pada saat harga jual mereka Rp 408,000/gram – harga belinya berada pada Rp 392,000/gram. Jadi dengan asumsi tingkat harga tetap, ketika Anda membeli harganya 5 x Rp 418,500 = Rp 2,092,500; Anda menjualnya 5 x Rp 392,000 = Rp 1,960,000 atau ada loss sekitar 6.3% sebagai dampak selisih harga jual-harga beli dan tidak diakuinya biaya cetak ketika Anda menjual balik. Bandingkan ini dengan harga jual – beli Dinar yang mengakui ongkos cetak baik ketika menjual maupun membeli, ditambah system jual beli antar pengguna yang kami fasilitasi yang memungkinkan transaction loss hanya 1%-2% – maka insyaAllah secara keseluruhan Dinar ini akan tetap menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Semoga Allah meridloi upaya ini dan memudahkan kita pada amal shaleh yang diridloiNya pula...Amin.

17 Maret 2011

Ketika Orang Lain Berlari Lebih Cepat Dari Kita...

Bila di dunia sepak bola kita sudah sangat terbiasa dengan berbagai kompetisi baik yang sifatnya nasional seperti LPI dan LSI, regional seperti AFF dan AFC, maupun yang kelas dunia World Cup, kini juga waktunya bagi bangsa ini untuk aware akan adanya kompetisi jenis yang lain lagi – kompetisi yang langsung menyentuh hajat hidup orang banyak, yaitu kompetisi kesempatan berusaha dan penciptaan lapangan kerja. Untuk yang terakhir ini, sebenarnya tanpa di sadari – mau tidak mau - kita sudah terlibat didalamnya – tetapi mungkin karena ignorance – membuat kita bertahun-tahun berada di urutan kelas bawang.

Kompetisi yang saya maksud adalah kompetisi dalam kemudahan berusaha yang tentu saja juga berakibat pada mudah tidaknya lapangan kerja tercipta. Setiap tahun sejak tahun 2004 Bank Dunia mengeluarkan laporan tentang tingkat kemudahan berusaha di masing-masing negara yang di upload dalam situs khusus www.doingbusiness.org , dan laporan lengkapnya untuk masing-masing tahun dapat Anda unduh dari situs tersebut.

Untuk memahami arti pentingnya ‘kompetisi’ kemudahan usaha ini , saya beri ilustrasi berikut. Bila Anda seorang CEO dari perusahaan produsen produk-produk berteknologi tinggi di pasar global misalnya, di tingkat ASEAN saja Anda punya pilihan untuk menaruh pabrik Anda antara lain di antara Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Brunei atau Philipina.

Tanpa susah-susah melakukan survey yang costly, Anda cukup mengambil laporan terakhirnya World Bank dalam Doing Business 2011 dari situs tersebut diatas ( kalau ingin tahu betapa mudahnya ambil data ini dan Anda lupa nama situsnya, cukup ke Google dan search keywords Doing Business 2011 – maka Anda sudah akan dituntun ke situs tersebut, laporan komplit dalam bentuk PDF-pun kini sudah ada di tangan Anda). Dari laporan terakhir berdasarkan data tahun lalu misalnya, dengan mudah-lah Anda mengetahui siapa-siapa juaranya.

Dari 183 negara yang di survey, ternyata masih Singapore juaranya untuk tahun terakhir (sudah beberapa tahun Singapore menduduki posisi juara ini) - Singapore berada di urutan no 1 dalam kemudahan usaha, Thailand no 19, Malaysia nomor 21, Vietnam no 78, Brunei 112, Indonesia no 121, Philipina no 148. Ini kalau yang jadi kriteria adalah kemudahan usaha secara umum, bila yang menjadi kriteria adalah kemudahan merintis usaha baru, maka urutannya menjadi Singapore no 4, Thailand no 95, Vietnam no 100, Malaysia no 113, Brunei 133, Indonesia no 155, dan Philipina no 156.

Walhasil dengan data dari lembaga yang sangat dianggap competent oleh dunia tersebut, baik dari sisi kemudahan menjalankan usaha secara umum maupun kemudahan merintis usaha baru, Bila Anda bukan orang Indonesia - kecil kemungkinan Anda memilih tempat berusaha di negeri ini. Inilah yang merepresentasikan daya saing kita dalam menarik investor asing, dan ini pula yang berdampak langsung pada kemudahan penciptaan lapangan kerja. Sebagian investor tentu masih invest di negeri ini, tetapi ini dilakukan melalui bursa saham yang uangnya setiap saat bisa ditarik lagi keluar (hot money) – atau untuk jenis industri yang pasar atau bahan bakunya memang adanya di negeri ini.

Mengapa di mata Bank Dunia, negara besar seperti Indonesia ini bisa begitu jauh tertinggal ? Menurut analisa saya sendiri ini karena kita kurang banyak berlatih. Di dalam negeri pemerintah-pemerintah daerah banyak berlomba untuk meraih piala Adhipura yang kurang jelas manfaatnya bagi kemakmuran rakyat, mereka kurang berlatih mempermudah usaha dan mempermudah penciptaan lapangan kerja – di daerahnya masing-masing. Karena tidak ada yang memacu daerah-daerah ini untuk saling bersaing dalam kebaikan –kemudahan usaha/ penciptaan lapangan kerja – maka secara negara-pun kita tidak tampil prima ketika – sadar atau tidak sadar - harus berkompetisi dengan dunia luar.

Dalam bahasa makronya World Bank, sinyalemen saya tersebut antara lain terwakili oleh data sebagai berikut . Dalam hal kemudahan usaha lima tahun lalu (2006) kita berada di urutan no 115 dari 155 negara, kini kita berada di urutan 122 dari 187 negara. Lebih baik kah ?, harus diakui bahwa tidak semuanya buruk, ada juga perbaikan.

Dari sisi kemudahan usaha baru misalnya, lima tahun lalu untuk mendirikan usaha baru di Indonesia rata-rata harus melalui 12 prosedur dan memakan waktu rata-rata 151 hari, kini prosedur yang ditempuh tinggal 6 dan rata-ratanya ‘cuma’ perlu waktu 47 hari. Tetapi inilah yang saya sebut masih kurang berlatih tersebut, karena ternyata orang lain masih tampil jauh lebih prima lagi.

‘Juara dunia’ tahun 2006 adalah New Zealand, di New Zealand saat itu untuk merintis usaha baru hanya perlu dua prosedur dan waktu rata-rata yang diperlukan hanya 12 hari. Kini untuk membuka usaha baru di New Zealand cukup menempuh 1 prosedur saja dan selesai dalam waktu satu hari. Dengan kinerja yang luar biasa inipun New Zealand hanya menduduki rangking no 4 tahun 2011, kalah jauh dari Singapore – yang memiliki berbagai keunggulan lainnya. Untuk memulai usaha baru, di salah negeri terdekat dengan kita tersebut hanya perlu 3 prosedur yang rata-rata dapat diselesaikan keseluruhannya dalam waktu tiga hari.

Kita tidak bisa hanya berpuas diri sibuk membenahi ini itu – tanpa melihat big picture yang terjadi di dunia sekitar kita. Dana investasi dunia diperebutkan secara global yang berarti juga ketersediaan lapangan kerja. Maka sama dengan dunia sepak bola di awal tulisan saya ini, sebelum berkompetisi secara global –kita perlu membiasakan diri juga berkompetisi secara nasional dengan fair.

Yang bisa dilakukan misalnya, pemda-pemda di seluruh Indonesia dinilai kinerjanya dalam mempermudah usaha di daerahnya masing-masing – yang berarti juga kecepatan penciptaan lapangan kerja. Bila tingkat kemudahan usaha di setiap kabupaten/kotamadya di rangking dan diumumkan setiap tahun, maka kabupaten/kotamadya yang paling business friendly akan kebanjiran investor dan lapangan kerja. Ini agar menjadi pemicu kabupaten/kotomadya lain mengejar ketinggalannya. Kompetisi semacam ini yang akan dirasakan langsung oleh rakyat karena terkait langsung dengan lapangan kerja, kalau yang dilombakan Adhipura, apa yang diperoleh oleh rakyat ? mereka hanya kebagian kerjanya tetapi tidak menikmati apa-apa setelah kota/kabupatennya menerima piala Adhipura.

Kontrasnya layanan satu kabupaten/kodya dengan kabupaten/kodya lain di provinsi yang sama misalnya saya alami langsung ketika membina para peserta Pesantren Wirausaha untuk belajar berusaha – yang lokasinya berada di tiga kabupaten/kodya. Tidak adanya ‘kompetisi’ membuat kota atau kabupaten yang tertinggal tidak berusaha mengejar ketinggalannya – bahkan mungkin mereka menikmati ketertinggalannya. Di satu kabupaten misalnya upaya kita untuk menciptakan lapangan kerja mendapatkan penghargaan dari Bupati dan bahkan juga Gubernurnya, tetapi di kota lain usaha penciptaan kerja yang sama dihadang oleh peraturan administrative yang sangat tidak prinsipil.

Bila secara nasional kita tidak berlatih kompetisi yang sehat, lantas bagaimana kita bisa memenangkan kompetisi internasional-nya ?. Hayo siapa yang mau mulai mengelola kompetisi ini ?. Insyaallah bermanfaat untuk menumbuhkan iklim usaha yang sehat dan percepatan penciptaan lapangan kerja. Bila ini kita lakukan, insyaAllah ada chance bagi kita untuk bisa menjadi ‘juara dunia’ baru dibidang ini sekian tahun yang akan datang. Amin.

14 Maret 2011

Dinar Untuk Membuat Angka-Angka Investasi Jangka Panjang Make Sense...

Membaca tulisan saya tanggal 25 Februari 2011 lalu dengan judul “Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol...”, seorang teman di Depkeu – menyatakan kesetujuannya bahwa redenominasi memang sudah waktunya dipikirkan serius di negeri ini. Beliau kemudian menyampaikan contoh masalah bahwa hutang R.I yang kini berada pada kisaran angka Rp 1,600 trilyun memerlukan 16 digit angka bila hendak ditulis dengan akurat. Saking banyaknya jumlah digit ini, di Microsoft excel-pun bila Anda ketikkan angka Rp 1,600,000,000,000,000 (seribu enam ratus trilyun) – maka angka ini otomatis akan diganti dengan angka 1.6E+15 (mungkin Microsoft beranggapan angka sebesar ini tidak make sense untuk ditulis secara lengkap !). Dampaknya menurut teman tersebut adalah data hutang antara DepKeu dengan pemeriksaan BPKP menjadi sering tidak cocok, ya karena itu tadi angka-angka yang terlalu besar yang oleh komputer kemudian diubah otomatis menjadi angka dalam symbol...E+...

Dalam skala mikro, deterioriasi nilai Rupiah ini berdampak pada sense kita terhadap investasi pribadi jangka panjang; menjadi tidak mudah bagi kita untuk bisa menyimpulkan suatu investasi jangka panjang itu menguntungkan atau tidak. Karena yang paling banyak bentuk investasi jangka panjang yang dilakukan oleh masyarakat awam adalah investasi asuransi, maka untuk ilustrasi contoh kasus ini saya ambilkan dari investasi asuransi sebagai berikut :

Misalkan Anda mendapatkan penawaran asuransi dengan premi tunggal Rp 5 juta (saya ambil premi tunggal sebagai contoh – agar mudah diikuti). Kemudian disimulasikan oleh agen asuransi Anda bahwa setelah berjalan 10 tahun nanti hasil investasi Anda bisa mencapai Rp 18 juta, setelah 20 tahun bisa mencapai Rp 48 juta dan setelah 25 tahun bisa mencapai Rp 68 juta. Anggap saja proyeksi tersebut konservatif sehingga hasil seperti yang di scenario-kan agen ini benar-benar tercapai, menarik kah investasi seperti ini ?.

Sepintas lalu tentu menarik karena uang Rp 5 juta Anda akan bisa menjadi Rp 18 juta, Rp 48 juta atau bahkan Rp 68 juta. Masalahnya adalah, amat sangat sulit bagi kita untuk bisa membayangkan seperti apa kiranya nilai daya beli uang Rp 68 juta tersebut 25 tahun yang akan datang !.

Alhamdulillah umat ini sebenarnya punya standar uang yang baku atau hakim yang adil untuk muamalah jangka panjang sekalipun yaitu Dinar (koin emas seberat 1 mitsqal atau setara 4.25 gram). Berdasarkan hadits shahih dan statistik harga emas kontemporer-pun terbukti bahwa Dinar ini berdaya beli stabil sepanjang jaman. Satu Dinar cukup untuk membeli kambing kelas baik – memenuhi standar kambing qurban – lebih dari 1400 tahun lalu di jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kinipun 1 Dinar tetap cukup untuk membeli kambing yang baik untuk qurban. Meskipun nilainya terus naik, 1 Dinar tetap tidak cukup untuk membeli seekor sapi atau unta – sebaliknya 1 Dinar juga tidak pernah turun daya belinya sehingga hanya cukup untuk membeli ayam misalnya.

Karena daya beli atau nilainya yang stabil tersebut, Dinar dapat menjadi hakim atau timbangan yang adil untuk menimbang apakah suatu investasi jangka panjang itu layak atau tidak. Maka melalui pendekatan yang sederhana saya gunakan harga Dinar untuk contoh penilaian layak atau tidak-nya sebuah penawaran investasi seperti dalam kasus penawaran asuransi tersebut diatas. Untuk ini saya gunakan aplikasi Excel 2003 untuk analisa sederhana dan worksheetnya bisa di download dari sini.

Analisa

Analisa Investasi

Analisa ini hanya menggunakan dua tabel, Tabel 1 saya sebut sebagai tabel sensitivitas harga Dinar – karena kita tidak tahu pasti nilai penurunan daya beli Rupiah terhadap Dinar ( atau apresiasi nilai Dinar terhadap Rupiah) sekian tahun yang akan datang. Yang kita tahu adalah bahwa di masa lalu apresiasi ini pernah mencapai lebih dari 30% (2008), namun bisa juga hanya di kisaran 10 % bila nilai tukar Rupiah terus menguat seperti tahun ini misalnya. Maka untuk amannya saya buat range apresiasi harga Dinar berada di antara 10% s/d 30%. Di kolom rentang waktu investasi saya buat tiga alternatif saja yaitu 10 tahun, 20 tahun dan 25 tahun (angka-angka ini bisa Anda ubah sendiri).

Setelah kita menentukan range parameter rata-rata apresiasi, rentang waktu investasi dan asumsi harga Dinar saat ini (Rp 1,750,000,- ), maka masing-masing cell di tabel 1 tersebut dapat Anda isi secara manual dengan formula harga Dinar tahun ke x = harga sekarang * (1+apresiasi)^tahun x . Atau kalau Anda familiar dengan pengolahan data excel pengisian cells ini bisa Anda lakukan secara otomatis dengan menggunakan data tabel – cara kedua ini yang saya lakukan karena lebih efisien terutama bila kita mempunya alternatif data yang banyak.

Setelah tabel 1 terisi, Dengan mudah Anda menjadi tahu estimasi harga Dinar pada tahun ke x dari sekarang bila apresiasi rata-ratanya y. Bila rata-rata apresiasi tahunannya 20 %, harga Dinar 10 tahun y.a.d. misalnya menjadi Rp 10,835,539. Dari tabel 1 ini pula kemudian Anda bisa buat tabel 2 yang mengkonversikan hasil investasi yang ditawarkan oleh agen asuransi Anda tersebut diatas ke nilai setara Dinar untuk berbagai kemungkinan waktu dan tingkat apresiasi harga Dinar rata-rata per tahun.

Premi tunggal yang Rp 5,000,000 tahun ini setara dengan 2.86 Dinar, bila apresiasi harga Dinar rata-rata tahunan hanya 10%, maka produk asuransi tersebut menjadikan Dinar Anda 3.97 Dinar pada tahun ke 10, menjadi 4.08 Dinar pada tahun ke 20 dan menjadi 3.59 Dinar pada tahun ke 25. Artinya dari timbangan Dinar produk asuransi tersebut masih bisa diterima bila apresiasi harga Dinar hanya 10% per tahun tersebut.

Bila harga Dinar mengalami appresiasi rata-rata 15% per tahun saja, maka premi setara 2.86 Dinar tahun ini, tinggal 2.54 Dinar 10 tahun y.a.d; tinggal 1,68 Dinar 20 tahun y.a.d dan tinggal 1.18 Dinar 25 tahun y.a.d. Bila apresiasi Dinar mencapai rata-rata 20% seperti yang terjadi selama ini, maka nilai premi tunggal setara 2.86 Dinar yang Anda bayarkan tahun ini, tinggal setara 0.41 Dinar 25 tahun y.a.d . Perhatikan sekarang bahwa meskipun dalam angka Rupiah investasi Anda bisa saja melonjak dari Rp 5 juta ke angka Rp 68 juta atau naik 1,260 % dalam 25 tahun, daya beli riilnya terhadap kambing (Dinar) bisa tinggal 14%-nya saja dalam rentang waktu tersebut.

Selanjutnya silahkan ber-exercise sendiri dengan mengubah asumsi-asumsi yang ada di cells kuning sehingga Anda bisa melihat hasil investasi jangka panjang Anda secara lebih akurat dan adil berdasarkan daya beli riilnya – bukan sekedar angka nominalnya. InsyaAllah.

10 Maret 2011

Melawan Inflasi Yang Memiskinkan : Bila Yang Kita Punya Hanya Diri Kita...

Dalam beberapa tulisan saya, telah saya ungkapkan betapa dasyatnya inflasi memiskinkan kita – khususnya inflasi bahan pangan - yang persisten diatas kenaikan rata-rata pendapatan kita setiap tahunnya. Karena trend naiknya harga pangan ini belum nampak berbalik atau berubah arah, hanya ada satu cara untuk melawanya – yaitu kita sendiri yang harus berusaha maksimal mengalahkan trend tersebut. Tetapi bagaimana kita bisa mengalahkan inflasi ini ?.

Melawan inflasi adalah seperti perang menghadapi musuh yang akan merenggut kekayaan dari hasil jerih payah kita, musuh yang akan menjajah dan mengeruk kekayaan kita. Seperti juga perang, maka ada dua strategi yang bisa digunakan yaitu strategi bertahan (defensif) dan strategi menyerang (ofensif). Pencapaian maksimal dari strategi defensif adalah berhasilnya kita mempertahankan harta dari serangan inflasi. Strategi defensif sendiri tidak akan membuat kita unggul – ya hanya sebatas membuat kita mampu bertahan tadi.

Sebaliknya strategi menyerang atau ofensif berpeluang kita unggul dan mampu mengalahkan inflasi, hanya saja untuk ini memang diperlukan keunggulan kekuatan sehingga peluang kita untuk mampu mengalahkan musuh yang bernama inflasi tersebut memang harus lebih besar dari peluang kalahnya. Lantas strategi mana yang kita pilih ?, saya lebih suka menggunakan kata ‘dan’ yang berarti keduanya , ketimbang menggunakan kata ‘atau’ yang membuat kita bimbang untuk memilih diantara keduanya.

Dinar emas yang sudah sejak sekitar 3 tahun lalu kita perkenalkan ke masyarakat misalnya, terbukti efektif untuk mengisi strategi defensif tersebut diatas. Rata-rata apresiasi emas terbukti mampu mengalahkan rata-rata inflasi bahan pangan sekalipun – yang merupakan komponen inflasi tertinggi di negeri ini.

Namun dengan strategi defensif melalui simpanan Dinar saja tidak membuat orang bertambah makmur – ya hanya membuat kita mampu bertahan tadi. Dengan strategi defensif ini yang kaya tetap kaya , sedangkan yang kekurangan tetap akan kekurangan. Maka meskipun strategi ini juga kita gunakan secukupnya, saya tidak menganjurkan kita terlalu banyak menaruh resources kita di strategi ini.

Bila ada kecukupan resources (modal, tenaga dlsb), saya sangat condong untuk menajak kita semua terjun rame-rame di sektor riil seperti perdagangan, pertanian, industri dlsb. atau bidang-bidang yang kita kuasai betul – yang kita bisa jagokan untuk senjata perang melawan inflasi. Berat memang dan penuh risiko, tetapi insyaAllah jerih payah ini akan rewarding.

Bila kita memiliki resources yang cukup untuk membangun dua strategi tersebut yaitu defensif maupun ofensif melawan inflasi, maka itu yang ideal. Masalahnya adalah situasi ideal ini justru yang paling jarang kita miliki. Situasi ideal hanya enak diomongkan atau ditulis tetapi jarang kita jumpai di lapangan yang nyata.

Lantas apa yang bisa kita lakukan bila kita tidak cukup resources untuk membiayai perang kita ini ? tidak ada modal emas atau Dinar untuk bertahan melawan inflasi, apalagi untuk modal berusaha ?. Jangan terlalu kawatir, diri kita sesungguhnya adalah modal yang paling berharga yang bisa kita gunakan sebagai senjata pamungkas untuk berperang dibidang apapun – termasuk berperang melawan inflasi ini.

Bagaimana cara menggunakannya ?, berikut adalah langkah step by step yang antara lain bisa kita lakukan.

Pertama mengasah skills bawaan kita dari lahir yaitu ‘jualan’. Ketika kita haus di gendongan ibu kita, kita melakukan sales speak dengan menangis – maka dapatlah kita air susu ibu. Keahlian ini terus terasah ketika kita meminta sepatu baru, tas sekolah baru, mengambil hati calon mertua kita dst. Kini skills yang sudah kita asah sejak lahir tersebut tinggal di fine-tune untuk ‘menjual’ gagasan-gagasan besar kita, produk-produk yang kita hasilkan, misi yang kita ingin tuju dlsb.dlsb.

Kedua membangun identitas diri yang orisinil milik kita. Seperti wajah dan sidik jari kita, Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan diri kita unique – dari milyaran orang yang ada di bumi – tidak ada satupun yang sama persis dengan diri kita – maka seluruh potensi yang ada di diri kita juga unique – tidak ada seorang pun yang menyamainya. Hanya kita sendiri-lah yang bisa menemukan dan membangun seluruh potensinya yang ada pada diri kita tersebut.

Ketiga ber-investasi pada diri kita sendiri. Ilmu kita tidak akan pernah cukup, Skills kita juga tidak akan pernah sempurna – maka dari waktu kewaktu yang perlu terus kita lakukan adalah berinvestasi kembali pada diri kita untuk terus belajar dan menambah ilmu, untuk terus berlatih mengasah skills.

Keempat bukan berganti kotak tetapi memperbesar kotak. Setelah identitas diri atau brand identity kita terbangun dengan baik, maka jangan kita tergoda untuk think outside the box - selain amat sulit karena kita akan memulainya dari nol – juga akan merusak brand identity yang sudah dengan susah payah kita bangun. Sebaliknya yang kita perlu terus lakukan adalah grow the box , sehingga dari waktu ke waktu ruang lingkup cakupan pekerjaan kita semakin luas – bukan berganti satu pekerjaan ke pekerjaan lain tetapi sama-sama sempitnya.

Kelima fokus pada kerja karena inilah yang bisa kita lakukan, sedangkan hasil itu diluar kemampuan kita untuk menentukannya. Kesadaran untuk memilah mana yang tugas kita (bekerja) dan mana yang hak Allah untuk menentukan (hasil)-nya ini akan membuat kita lebih ikhlas menerima hasil apapun dari kerja maksimal kita, juga kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mengalahkan musuh kita – yaitu inflasi yang memiskinkan kita tersebut diatas.

Maka, prajurit tangguh yang siap berperang ini sekarang ada di diri kita, inflasi-pun insyaAllah akan bisa kita kalahkan !. Amin

08 Maret 2011

10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...

Dalam tulisan lalu tentang Model Kemakmuran Para Pedagang, telah saya uraikan bagaimana secara materi para pedagang memperoleh kemakmurannya melalui dua hal yaitu perputaran modal (frequency) dan margin perdagangan yang wajar. Namun diluar hal yang bersifat materi ini, ada yang jauh lebih penting yaitu keberkahan dari harta itu sendiri. Lantas bagaimana caranya agar kita bisa meraih keberkahan dalam perdagangan ini ?. Berikut saya ambilkan diantaranya 10 hal dari Kitab Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq.

Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam : “Wahai Rasulullah, apa pekerjaan yang terbaik ? (maksudnya yang paling halal dan paling berkah)”, Rasulullah menjawab, “Pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan transkasi jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad dan Bazzar). Mabrur artinya halal dan berkah, baik, bersih, suci, bebas dari dosa. Secara konkrit yang bisa kita ikuti dan praktekan untuk jual beli yang mabrur atau halal dan berkah ini adalah jual beli yang dilakukan dengan cara-cara atau mengandung hal-hal yang antara lain sebagai berikut :

1. Sigap, mensegerakan berpagi-pagi mencari rizki. Dasarnya adalah do’a Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam “ Ya Allah, berkahilah bagi umatku yang bersegera mencari rizki di pagi buta”.

2. Jual beli yang dilakukan dengan saling ridlo dan tidak ada paksaan, penjual tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa membeli – pembeli juga tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa menjual. Dasarnya adalah Ayat “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...” (QS 4 : 29).

3. Menyempurnakan takaran/timbangan dan tidak menguranginya. Dasarnya ada di beberapa ayat antara lain QS 6 : 152 ; QS 17 : 35 dan QS 83 : 1 - 6.

4. Jual beli yang saling memudahkan. Dasarnya adalah hadits Bukhari dan Tirmidzi yang meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Allah merakhmati seseorang yang memberikan kemudahan apabila dia menjual, membeli dan menagih haknya”.

5. Tidak bersumpah untuk sekedar melariskan perdagangan. Dasarnya adalalah hadits “Sumpah itu bisa melariskan dagangan, akan tetapi dapat menghapus keberkahannya”. (HR Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah).

6. Tidak mempermainkan harga. Dasarnya adalah hadits Ashabus Sunan dengan sanad perawi yang sahih telah meriwayatkan dari Ansa R.A, ia berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga untuk kami”. Rasulullah menjawab, “ Allah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan Pemberi rizki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedzaliman dalam urusan darah dan harta””.

7. Tidak menimbun barang yang dibutuhkan masyarakat. Dasarnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Ibnu Syaibah dan Al –Bazzaz, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Barang siapa yang menimbun barang pangan selama 40 hari, ia sungguh telah lepas dari Allah dan Allah telah berlepas darinya”.

8. Tidak menyembunyikan kelemahan atau cacat barang yang dijualnya. Cacat barang, kelemahan atau kekurangan harus ditunjukkan/dijelaskan ke pembeli. Dasarnya hadits “Seseorang muslim itu saudara, maka tidak dihalalkan menjual kepada saudara sesama Muslim barang yang cacat, kecuali ia telah menjelaskan cacat tersebut”. (HR Ahmad, Ibnu Majjah, Daruquthni, Hakim dan Thabrani).

9. Tidak menipu atau konspirasi mempermainkan pembeli, kartel harga dan sejenisnya. Dasarnya antara lain Hadits “Barang siapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.

10. Tidak mengandung Maisir (Perjudian), Gharar (Spekulatif) dan Riba. Dasarnya ada di sejumlah ayat Al-Qur’an antara lain QS 2:279 ; QS 4 : 161 ; QS 30 : 39 dan sejumlah hadits yang terkait dengan masalah-masalah ini.

Sama dengan ikhtiar yang sifatnya materi seperti dalam tulisan sebelumnya tersebut diatas, ikhtiar untuk memperoleh keberkahan ini juga bukan hal yang tidak mungkin untuk kita laksanakan dalam perdagangan sehari-hari. Yang diperlukan adalah ke-istiqomah-an kita dalam mengamalkannya. InsyaAllah rizki kita semua melimpah dan juga berkah.... Amin.


04 Maret 2011

Model Kemakmuran Para Pedagang...

Saya senang sekali melihat kesuksesan beberapa tukang sayur di lingkungan perumahan saya. Karena volume perdagangan mereka yang terus meningkat, kini mereka tidak lagi mendorong gerobag sayur – mereka pada menggunakan mobil bak terbuka yang praktis - selain menjadi alat transportasi juga menjadi tempat menjajakan barang dagangannya. Bahkan diantara mereka ada yang mulai punya sejumlah tempat mangkal sekaligus. Tadinya saya ingin membuat financial model untuk mempelajari kesuksesan mereka ini, namun karena banyaknya variable barang dagangan mereka – modelnya menjadi terlalu rumit.

Sebagai gantinya untuk memahami bagaimana para pedagang ini menjadi makmur, saya gunakan pedagang imaginer dengan satu barang dagangan saja yaitu pedagang beras. Untuk mudahnya anggap saja pedagang beras ini adalah Pak Abdullah yang memulai berdagang lima tahun lalu (awal 2006). Berikut adalah informasi dan asumsi perdagangan beras yang dilakukan oleh Pak Abdullah – yang saya ambilkan dari data yang sangat mendekati realita pasar :

· Pak Abdullah mulai berdagang beras dengan modal setara 20 ton beras atau Rp 100 juta awal 2006.

· Dia beroperasi melayani target pasar yang terdiri dari beberapa perumahan dalam satu kelurahan (pedagang tingkat kelurahan).

· Harga beras berfluktuasi mengikuti tingkat inflasi BPS ( ini angka konservatif, realitanya sering lebih tinggi).

· Pada awal Pak Abdullah berdagang tahun 2006 – beras dagangannya di kisaran harga jual Rp 5,000/kg dan selanjutnya mengikuti angka inflasi BPS tersebut (asumsi).

· Dari lima tahun pengalaman jualan beras, penjualan pak Abdullah tertinggi dalam satu bulan pernah mencapai 40 ton (ketika banyak order dari perusahaan catering !) dan terendahnya adalah 10 ton.

· Tergantung musimnya, margin kotor (gross margin) pak Abdullah bervariasi dalam kisaran angka 3 % hingga 8% dari nilai penjualan.

Dari enam informasi dasar tersebut, cukup bagi saya untuk mengembangkan financial model pedagang beras ini – sehingga kita dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka bisa menggapai kemakmurannya. Untuk yang terakhir ini saya tambahkan informasi mengenai perkembangan harga Dinar, karena kita akan gunakan tingkat kemakmuran yang hakiki sebagai standar – yaitu nishab zakat 20 Dinar.

Output dari model ini bisa dilihat dari tiga tabel dibawah. Dua faktor utama yang sangat berperan dalam memberikan kemakmuran pada perdagangan pak Abdullah adalah margin perdagangan dan turn-over-nya. Maka sensitivity analysis untuk model ini menjadikan margin dan turn-over sebagai baris dan kolomnya out-put model. Baris margin dimulai dari 3 % s/d 8% yaitu tingkat margin kotor yang bisa diperoleh Pak Abdullah; sedangkan kolom turn-over dimulai 6 kali ( bila pak Abdullah hanya berhasil menjual 10 ton dalam sebulan – artinya modal dia hanya berputar 6 kali setahun) s/d 24 kali ( yaitu bila pak Abdullah bisa menjual 40 ton sebulan – modal dia berputar 24 kali setahun).

MIRR Pedagang

MIRR Pedagang Beras

Tabel pertama menyajikan tingkat hasil rata-rata dari model investasi pak Abdullah yang 20 ton beras tahun akhir 2005/awal 2006 yang setara dengan modal dalam Rupiah sebesar Rp 100 juta modal. Dari hasil yang terwakili oleh angka MIRR (Modified Internal Rate of Return) tersebut, kita bisa melihat bagaimana Pak Abdullah bisa memperoleh hasil diatas 7 kali (42% keatas) dari hasil rata-rata para penabung ( tabungan, asuransi, dana pensiun dan sejenisnya). Padahal untuk ini pak Abdullah hanya perlu melakukan penjualan 10 ton sebulan dengan gross margin 6% atau 20 ton sebulan gross margin 3% per bulan !. Bila Pak Abdullah berhasil melakukan penjualan atau memperoleh gross margin yang lebih baik dari angka-angka tersebut, hasil pak Abdullah akan naik lagi secara berlipat.

Payback

Payback Pedagang Beras Dengan Modal 20 Ton...

Tabel kedua menyajikan kapan kira-kira modal Pak Abdullah balik. Bila dia berhasil menjual 20 ton sebulan dengan tingkat hasil rata-rata 4 %, maka modal balik dalam waktu kurang dari 2 tahun. Pengembalian modal akan bisa lebih cepat bila dia menjual lebih banyak atau mendapatkan margin yang lebih tinggi.

Income

Minimum Income Scenario (Dalam Dinar)

Tabel ketiga ini yang menujukkan kemakmuran yang sesungguhnya dari pak Abdullah. Bila dia bisa berjualan 20 ton sebulan dengan gross margin 4% saja, dia sudah menjadi orang kaya dengan standard Islam yaitu penghasilan diatas 20 Dinar setahun.

Bila pak Abdullah bisa berjualan 32 ton sebulan dengan tingkat hasil bersih yang sama 4 %, maka pak Abdullah sudah akan bisa masuk kelompok 20% orang terkaya di Indonesia yang berpenghasilan diatas 61 Dinar per tahun atau lebih dari 3 kali nishab zakat.

Dari model inilah bisa dipahami mengapa pedagang-pedagang di sekitar Anda rata-rata hidup berkecukupan – meskipun penampilannya fisiknya bisa jadi tidak sekeren orang-orang kantoran.

Mudah-kah untuk menjadi pedagang seperti Pak Abdullah ?, tentu tidak ada yang mudah !. Tetapi menjadi pedagang seperti pak Abdullah yang berusaha meningkatkan penjualannya dari 20 ton ke 32 ton perbulan misalnya ( yang membuat penghasilan bersihnya naik 3 kali lipat), tidak juga lebih sulit (dan biasanya juga tidak lebih lama) dari karyawan yang berusaha meningkatkan penghasilannya 3 kali lipat !. Jujur saja sepanjang 21 tahun karir saya sebagai karyawan dan direksi, hanya sekali saya mengalami kenaikan penghasilan yang lebih dari 3 kali lipat yaitu ketika tahun 1998 di puncak krisis negeri ini – team kerja kami mencatatkan kinerja yang luar biasa karena berhasil mengatasi segala persoalan yang ada waktu itu dan menjadikannya peluang.

Dengan memberikan gambaran model kemakmuran para pedagang ini saya ingin mendorong agar sebanyak mungkin umat ini menguasai perdagangan, bukan berarti sektor pekerjaan lain seperti produksi, administrasi dlsb. tidak penting – tetapi tidak dikuasainya sektor perdagangan inilah yang membuat mayoritas rakyat negeri ini menjadi objek pasar bukan sebagai pelaku pasar. Kelemahan di pasar ini pula yang membuat penghasilan petani (yang mewakili mayoritas penduduk negeri ini ) tidak kunjung naik meskipun harga produk-produk mereka di tingkat konsumen terus melambung.

Sama dengan financial model untuk korporasi yang saya perkenalkan , financial model untuk para pedagang atau UKM ini juga saya bisa share kepada para peminat yang serius. Hanya bentuk sharing-nya saya tidak mau memberikan spread sheet-nya saja, karena bila ini yang saya lalukan – waktu saya yang habis untuk menjawabi email-email yang menanyakan ini-itu tentang spread sheet ini ( mulai dari masalah teknik yang terkait aplikasi excel 2007, formulasi model, asumsi sampai pada aspek-aspek financial-nya). Sharing saya akan dalam bentuk kelas gratis dan akan perlu waktu minimal satu hari penuh untuk bisa mengabsorb ilmunya secara memadai (saya sendiri karena mulai lelet perlu dua hari untuk belajar masalah ini dari ahlinya di negeri jiran !).


03 Maret 2011

Investasi : Upaya Untuk Membedakan Yang Ilusi Dengan Yang Solusi...

Perintah menegakkan timbangan diulang-ulang di beberapa ayat di Al-Quran untuk menekankan pentingnya berbuat adil dalam muamalah maupun dalam seluruh aspek kehidupan kita. Lantas bisakah kita menimbang secara adil bila timbangannya itu sendiri bias dalam nilai ?. Bila timbangannya sendiri dari waktu ke waktu menyusut daya belinya ?. Pastinya tidak akan mudah, ambil contoh kasus berikut supaya masalah ini bisa lebih mudah dipahami.

A dan B sepakat untuk kerjasama usaha warung makan, A sebagai pemodal (shahibul mal) dan B sebagai pelaksananya ( mudharib). Mereka mulai usaha Januari 2008 dengan modal Rp 500 juta. Setelah tiga tahun berlalu, setiap akhir tahun B memberikan laporan keuntungan bersih 20 % (Rp 100 juta) atas usaha bersama ini, yang kemudian dibagi berdua @ Rp 50 juta. Adilkah muamalah ini ?. Dengan timbangan Rupiah nampaknya sudah adil, namun mari kita coba lihat dengan kacamata yang lain – kita gunakan benda riil kambing misalnya - untuk menimbang modal dan bagi hasilnya.

Rp 500 juta awal tahun 2008 setara dengan 429 ekor kambing kelas baik untuk qurban. Sekarang kita lihat bagi hasilnya berturut turut Desember 2008 Rp 50 juta setara 39 ekor kambing, Desember 2009 Rp 50 juta setara 34 ekor kambing dan Desember 2010 Rp 50 juta setara 29 ekor kambing. Selain bagi hasil ini, modal si A harusnya utuh Rp 500 juta yang pada Desember 2010 setara 286 ekor kambing. Usaha ini bisa berkelanjutan demikian, tetapi modal si A bila dikonversikan dengan satuan kambing makin lama akan makin mengecil.

Bila ditotal modal dan bagi hasil yang diterima oleh si A dalam tiga tahun saja, secara keseluruhan nilainya pada akhir 2010 setara dengan 388 ekor kambing. Lho kok lebih rendah dari modal awal tiga tahun lalu yang setara 429 ekor kambing ?. Inilah ilusi yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan timbangan uang kertas yang tidak adil itu. Anda sudah merasa berinvestasi dengan bagi hasil bersih rata-rata 10% pertahun – yang menurut kacamata Rupiah mestinya menjadi investasi yang lumayan baik, namun dengan kacamata benda riil asset Anda sesungguhnya bukannya bertambah tetapi berkurang.

Proses yang sama terjadi pada seluruh penabung yang menabung dalam Rupiah dan mendapat bagi hasil dalam Rupiah, yang menyisihkan sebagian gajinya untuk dana pensiun dan menerima haknya sekian puluh tahun kemudian ketika pensiun. Angka-angka di tabungan, nilai tunai asuransi ataupun dana pensiun terus menggelembung - namun daya belinya terhadap benda-benda riil terus menyusut.

Lantas apakah solusinya terus rame-rame pindah ke kambing atau Dinar ?, tidak juga demikian. Seluruh sektor riil yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, insyaAllah baik untuk menjadi solusi investasi Anda. Hanya saja timbangannya ketika Anda investasi di sektor riil tersebut, hendaknya juga benda riil dan bukan lagi uang kertas yang menyusut nilainya.

Bagaimana aplikasinya ?. Bila Anda bermitra untuk berdagang beras misalnya, maka jumlah beras ini yang idealnya menjadi timbangannya bila memungkinkan. Namun kalau hal ini juga belum menjadi solusi karena tidak semua sektor riil mudah di kwantifisir dengan barang dagangannya sendiri, Anda dapat gunakan emas atau Dinar sebagai timbangan atau unit of account-nya. ?. Mengapa emas atau Dinar ?. Pertama karena emas atau Dinar adalah benda riil yang selalu bisa di terima oleh peradaban manusia dimanapun dan kapan-pun, yang kedua standar informasi harga emas atau Dinar yang easily available – juga dimanapun dan kapanpun, dan yang ketiga ada bukti yang shahih lebih dari 1400 tahun bahwa daya beli emas atau Dinar ini baku sepanjang masa.

Ilusi investasi tersebut diatas sesungguhnya tidak hanya dialami oleh individu tetapi juga dialami oleh korporasi. Perusahaan-perusahaan yang pertumbuhan penghasilan dan asset bersihnya tidak bisa mengimbangi kenaikan harga-harga komoditi riil ( angka inflasi umum yang rata-ratanya dikisaran 6.8% per tahun selama 5 tahun terakhir ) , pasti akan mengalami penyusutan asset bila disetarakan dengan komoditi riil. Bila Anda bekerja di dalam perusahaan semacam ini, Andapun akan terkena getahnya yaitu kenaikan gaji yang tidak bisa mengimbangi angka inflasi – khususnya inflasi bahan pangan.

Untuk membantu perusahaan Anda menjadi high growth company sehingga mampu memakmurkan orang-orang yang bekerja didalamnya, kami telah mengembangkan model sederhana untuk corporate planning berbasis emas atau Dinar. Saat ini solusi tersebut terdiri dari :

· Financial Modeling

· Forecasting

· Financial Analysis

· Sensitivity Analysis

· Scenario Analysis

· J-Curve Analysis

· NPV, MIRR, Payback Period

· Dll.

Karena semua modeling, forecasting dan berbagai analysis yang kami kembangkan tersebut menggunakan emas atau Dinar sebagai dasarnya, insyaAllah Anda akan bisa membedakan mana keputusan investasi perusahaan Anda yang benar-benar menjadi solusi, dan mana investasi yang hanya memberikan ilusi.

Contoh screen shot analysis yang kami buat dengan fasilitas Excel 2007 ini dapat dilihat pada dua grafik dibawah. Agak terlalu njlimet bila saya ulas disini, namun bagi Anda yang day today-nya terlibat dalam keputusan investasi di perusahaan Anda.

mirr

Screen Shot : Gold Based Sensitivity Analysis

Yang Anda perlukan untuk ini hanyalah aplikasi Excel 2007 yang di-install lengkap add-ins – nya (versi sebelum atau sesudahnya mungkin juga bisa, hanya belum saya coba saja) , pengetahuan dasar penggunaan excel dan sedikit pengetahuan tentang istilah-istilah atau konsep-konsep keuangan seperi NPV, Payback, IRR, MIRR, WACC dan sejenisnya yang mudah dipelajari sambil jalan.

scenario

Screen Shot : Scenario and J-Curve Analysis

Siapa tahu dengan sedikit pengetahuan dibidang ini bisa membawa perusahaan Anda tumbuh mengalahkan inflasi bahan pangan sekalipun, sehingga orang-orang yang bekerja didalamnya juga mengalami peningkatan kemakmuran yang sesungguhnya – bukan hanya ilusi. Amin.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.