Saya senang sekali melihat kesuksesan beberapa tukang sayur di lingkungan perumahan saya. Karena volume perdagangan mereka yang terus meningkat, kini mereka tidak lagi mendorong gerobag sayur – mereka pada menggunakan mobil bak terbuka yang praktis - selain menjadi alat transportasi juga menjadi tempat menjajakan barang dagangannya. Bahkan diantara mereka ada yang mulai punya sejumlah tempat mangkal sekaligus. Tadinya saya ingin membuat financial model untuk mempelajari kesuksesan mereka ini, namun karena banyaknya variable barang dagangan mereka – modelnya menjadi terlalu rumit.
Sebagai gantinya untuk memahami bagaimana para pedagang ini menjadi makmur, saya gunakan pedagang imaginer dengan satu barang dagangan saja yaitu pedagang beras. Untuk mudahnya anggap saja pedagang beras ini adalah Pak Abdullah yang memulai berdagang lima tahun lalu (awal 2006). Berikut adalah informasi dan asumsi perdagangan beras yang dilakukan oleh Pak Abdullah – yang saya ambilkan dari data yang sangat mendekati realita pasar :
· Pak Abdullah mulai berdagang beras dengan modal setara 20 ton beras atau Rp 100 juta awal 2006.
· Dia beroperasi melayani target pasar yang terdiri dari beberapa perumahan dalam satu kelurahan (pedagang tingkat kelurahan).
· Harga beras berfluktuasi mengikuti tingkat inflasi BPS ( ini angka konservatif, realitanya sering lebih tinggi).
· Pada awal Pak Abdullah berdagang tahun 2006 – beras dagangannya di kisaran harga jual Rp 5,000/kg dan selanjutnya mengikuti angka inflasi BPS tersebut (asumsi).
· Dari lima tahun pengalaman jualan beras, penjualan pak Abdullah tertinggi dalam satu bulan pernah mencapai 40 ton (ketika banyak order dari perusahaan catering !) dan terendahnya adalah 10 ton.
· Tergantung musimnya, margin kotor (gross margin) pak Abdullah bervariasi dalam kisaran angka 3 % hingga 8% dari nilai penjualan.
Dari enam informasi dasar tersebut, cukup bagi saya untuk mengembangkan financial model pedagang beras ini – sehingga kita dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka bisa menggapai kemakmurannya. Untuk yang terakhir ini saya tambahkan informasi mengenai perkembangan harga Dinar, karena kita akan gunakan tingkat kemakmuran yang hakiki sebagai standar – yaitu nishab zakat 20 Dinar.
Output dari model ini bisa dilihat dari tiga tabel dibawah. Dua faktor utama yang sangat berperan dalam memberikan kemakmuran pada perdagangan pak Abdullah adalah margin perdagangan dan turn-over-nya. Maka sensitivity analysis untuk model ini menjadikan margin dan turn-over sebagai baris dan kolomnya out-put model. Baris margin dimulai dari 3 % s/d 8% yaitu tingkat margin kotor yang bisa diperoleh Pak Abdullah; sedangkan kolom turn-over dimulai 6 kali ( bila pak Abdullah hanya berhasil menjual 10 ton dalam sebulan – artinya modal dia hanya berputar 6 kali setahun) s/d 24 kali ( yaitu bila pak Abdullah bisa menjual 40 ton sebulan – modal dia berputar 24 kali setahun).
Tabel pertama menyajikan tingkat hasil rata-rata dari model investasi pak Abdullah yang 20 ton beras tahun akhir 2005/awal 2006 yang setara dengan modal dalam Rupiah sebesar Rp 100 juta modal. Dari hasil yang terwakili oleh angka MIRR (Modified Internal Rate of Return) tersebut, kita bisa melihat bagaimana Pak Abdullah bisa memperoleh hasil diatas 7 kali (42% keatas) dari hasil rata-rata para penabung ( tabungan, asuransi, dana pensiun dan sejenisnya). Padahal untuk ini pak Abdullah hanya perlu melakukan penjualan 10 ton sebulan dengan gross margin 6% atau 20 ton sebulan gross margin 3% per bulan !. Bila Pak Abdullah berhasil melakukan penjualan atau memperoleh gross margin yang lebih baik dari angka-angka tersebut, hasil pak Abdullah akan naik lagi secara berlipat.
Tabel kedua menyajikan kapan kira-kira modal Pak Abdullah balik. Bila dia berhasil menjual 20 ton sebulan dengan tingkat hasil rata-rata 4 %, maka modal balik dalam waktu kurang dari 2 tahun. Pengembalian modal akan bisa lebih cepat bila dia menjual lebih banyak atau mendapatkan margin yang lebih tinggi.
Tabel ketiga ini yang menujukkan kemakmuran yang sesungguhnya dari pak Abdullah. Bila dia bisa berjualan 20 ton sebulan dengan gross margin 4% saja, dia sudah menjadi orang kaya dengan standard Islam yaitu penghasilan diatas 20 Dinar setahun.
Bila pak Abdullah bisa berjualan 32 ton sebulan dengan tingkat hasil bersih yang sama 4 %, maka pak Abdullah sudah akan bisa masuk kelompok 20% orang terkaya di Indonesia yang berpenghasilan diatas 61 Dinar per tahun atau lebih dari 3 kali nishab zakat.
Dari model inilah bisa dipahami mengapa pedagang-pedagang di sekitar Anda rata-rata hidup berkecukupan – meskipun penampilannya fisiknya bisa jadi tidak sekeren orang-orang kantoran.
Mudah-kah untuk menjadi pedagang seperti Pak Abdullah ?, tentu tidak ada yang mudah !. Tetapi menjadi pedagang seperti pak Abdullah yang berusaha meningkatkan penjualannya dari 20 ton ke 32 ton perbulan misalnya ( yang membuat penghasilan bersihnya naik 3 kali lipat), tidak juga lebih sulit (dan biasanya juga tidak lebih lama) dari karyawan yang berusaha meningkatkan penghasilannya 3 kali lipat !. Jujur saja sepanjang 21 tahun karir saya sebagai karyawan dan direksi, hanya sekali saya mengalami kenaikan penghasilan yang lebih dari 3 kali lipat yaitu ketika tahun 1998 di puncak krisis negeri ini – team kerja kami mencatatkan kinerja yang luar biasa karena berhasil mengatasi segala persoalan yang ada waktu itu dan menjadikannya peluang.
Dengan memberikan gambaran model kemakmuran para pedagang ini saya ingin mendorong agar sebanyak mungkin umat ini menguasai perdagangan, bukan berarti sektor pekerjaan lain seperti produksi, administrasi dlsb. tidak penting – tetapi tidak dikuasainya sektor perdagangan inilah yang membuat mayoritas rakyat negeri ini menjadi objek pasar bukan sebagai pelaku pasar. Kelemahan di pasar ini pula yang membuat penghasilan petani (yang mewakili mayoritas penduduk negeri ini ) tidak kunjung naik meskipun harga produk-produk mereka di tingkat konsumen terus melambung.
Sama dengan financial model untuk korporasi yang saya perkenalkan , financial model untuk para pedagang atau UKM ini juga saya bisa share kepada para peminat yang serius. Hanya bentuk sharing-nya saya tidak mau memberikan spread sheet-nya saja, karena bila ini yang saya lalukan – waktu saya yang habis untuk menjawabi email-email yang menanyakan ini-itu tentang spread sheet ini ( mulai dari masalah teknik yang terkait aplikasi excel 2007, formulasi model, asumsi sampai pada aspek-aspek financial-nya). Sharing saya akan dalam bentuk kelas gratis dan akan perlu waktu minimal satu hari penuh untuk bisa mengabsorb ilmunya secara memadai (saya sendiri karena mulai lelet perlu dua hari untuk belajar masalah ini dari ahlinya di negeri jiran !).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini