Alhamdulillah setelah bekerja dan berpikir keras selama delapan bulan terakhir, Bazaar Madinah berhasil dioperasikan mulai hari ini di lokasi yang pertama – Depok. Hadir dalam pembukaan pertama ini adalah tamu-tamu kami dari Bandung dan dari Makassar – mudah-mudahan Bazaar Madinah bisa segera hadir di dua kota terebut juga. Sebagaimana konsep baru lainnya, tentu sangat banyak pertanyaan yang harus kami jawab – sebagian sudah bisa kami jawab dan pecahkan sebagiannya lagi mungkin juga belum sepenuhnya terjawab. Namun ada dua hal yang kami jadikan bekal untuk memulai pekerjaan dan tantangan besar ini – sehingga kami optimis insyaAllah mampu mewujudkannya, dalam bahasa Inggris dua hal ini pengucapannya hampir sama yaitu patient dan passion.
Patient artinya sabar dan telaten, kita perlu kesabaran yang tinggi karena yang kita bangun bukan hanya pasar fisik setelah jadi terus didatangi orang untuk berjual beli seperti yang terjadi pada pembukaan hari ini. Kita ingin lebih dari itu, kita ingin membangun manusia-manusia yang berdagang di dalamnya sebagai manusia yang berbudaya dagang yang tinggi – taat syariah lagi professional. Sedangkan passion artinya gairah dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan apa yang ingin kita capai tersebut.
Mengapa kita perlu membangun (kembali) budaya berdagang yang tinggi ini ?. Berdagang ( jual beli) adalah cara menghindar atau melawan Riba yang sesungguhnya– dan cara meraih kemerdekaan kita Tetapi budaya berdagang yang luhur yang terbangun selama sembilan abad sejak awal agama Islam masuk negeri ini di abad 1 Hijriyah atau abad 7 Masehi sampai abad 9 Hijriyah atau abad 16 Masehi, telah dirusak oleh penjajah Portugis mulai abad 16 Masehi dan diperparah oleh penjajahan belanda dari abad 17 sampai abad 20 Masehi.
Salah satu dari bukti tingginya peradaban perdagangan Islam di Nusantara adalah sampai abad 18 yaitu satu Abad lebih setelah penjajah Belanda mengusai Nusantara – ketika mereka hendak mencetak uang – mareka masih harus mencetaknya dalam bentuk Dirham dan berhiaskan tulisan Arab yang berbunyi Derham Min Kompeni Welandawi yang artinya Dirham dari Kompeni Belanda. Contoh Dirham Belanda bertahun 1747 ini sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional kita.
Jadi hasil kerja keras 9 abad para penyebar Agama Islam di Nusantara, yang kemudian di rusak seabad oleh Portugis dan 3.5 abad oleh penjajah Belanda inilah yang ingin kita kembalikan, kembali mengikuti budaya perdagangan yang tinggi berdasarkan syariat Islam yang universal.
Di dalam Bazaar Madinah kita ada pedagang dari kalangan non-Muslim juga, tetapi tidak ada keberatan mereka akan berlakunya hukum syariat untuk mengatur perdagangan ini. Mengapa ?, karena aturan syariat yang tidak membolehkan orang berbohong, tidak boleh mengurangi timbangan, tidak boleh menipu, tidak boleh menyembunyikan cacat barang dlsb. toh pasti baik untuk mereka juga.
Bahkan di dalam kelas perdana Al Tijaarah Institut sehari menjelang beroperasinya Bazaar Madinah, saya juga melihat adanya orang-orang non-muslim yang serious mengikuti pelajaran cara-cara perdagangan yang syar’i ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, keunggulan Islam dalam perdagangan – yang tidak hanya dirasakan oleh umat Islam ini, tetapi juga orang-orang di luar Islam. Intan berlian yang berhasil digosok tidak hanya menampakkan keindahan bagi yang menggosoknya, tapi juga bagi orang orang lain yang tadinya hanya melihat batu ketika intan tersebut belum digosok. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini