Tanpa kita sadari sudah sebelas tahun berlalu sejak kita mengalami krisis moneter yang sangat luas di Indonesia. Saat itu kekayaan rata-rata kita berkurang tinggal seperempat-nya karena daya beli uang Rupiah yang tiba-tiba anjlog – bahkan sempat tinggal kurang dari seperenamnya (Exchange rate pernah mencapai diatas Rp 15,000/1US$ - dari nilai sebelum krisis Rp 2400/US$).
Saat ini kita mungkin merasa ‘baikan’ karena Rupiah kelihatan perkasa di angka sekitar Rp 10,000/1 US$. Tetapi apakah kita benar-benar perkasa ?. Mungkin iya kalau ukuran kita adalah US$; masalahnya US$ sendiri daya belinya sekarang turun tinggal hanya 43 % dibandingkan dengan daya beli US$ tahun 1998.
Kalau timbangannya kita ganti dengan timbangan yang adil berupa Emas atau Dinar, daya beli kita sekarang sebenarnya hanya 21,9 % dari daya beli riil kita tahun 1998. Begitu burukkah ? Betul, itulah realita yang kita hadapi karena tahun 1998 harga Dinar adalah Rp 294,000 dan sekarang adalah Rp 1,338,000.
Adilkah membandingkan daya beli Rupiah dengan harga Emas atau Dinar ? Justru inilah timbangan yang adil itu – yang diungkapkan oleh Imam Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin-nya.
Apabila zaman Rasulullah SAW, harga satu kambing adalah 1 Dinar dan sekarang dengan Dinar yang sama kita dapat membeli kambing yang cukup besar – bukankah ini bukti yang sangat nyata bahwa Dinar-lah timbangan yang adil itu. Dinar-lah yang bisa kita pakai untuk mengukur apakah umat ini tambah makmur atau sebaliknya menuju ke kebangkrutan.
Karena kestabilan daya beli ini pulalah sehingga Dinar dalam Islam digunakan sebagai salah satu ukuran nishab zakat – untuk membedakan siapa yang wajib zakat dan siapa yang berhak menerimanya.
Ini bukan hanya otokritik terhadap kita yang hidup di Indonesia. Gejala kebangkrutan bukan monopoli penduduk negeri seperti kita; di negara yang mengaku adi perkasa-pun demikian. Berdasarkan data Federal Reserve Bank of Philadelphia , tahun 2006 lalu hanya 40% pemegang kartu kredit dari penduduk Amerika Serikat yang mampu membayar hutangnya dengan lunas setiap ada tagihan – sisanya yang 60% hanya mampu membayar cicilannya. Di Amerika pula tidak kurang dari 15 orang/1000 penduduk mengajukan kebangkrutan setiap tahunnya.
Tanpa sadar mereka menuju kebangkrutan meskipun ditangannya masih dipegang jumlah uang Dollar yang sama atau bahkan lebih besar angkanya. Sederhana saja, uang yang mereka pegang tidak lagi mencukupi untuk membeli kebutuhan pokoknya.
Karena sering dikritik kalau mengukur daya beli dengan harga kambing. Maka disini saya sajikan posisi perkembangan Harga Emas, Harga Minyak dan Harga Dinar seperti grafik diatas.
Apa makna grafik tersebut ?
Kebutuhan pokok manusia modern yang paling unversial adalah kebutuhan akan energi, dan untuk zaman ini terwakili oleh Minyak. Agar kebutuhan pokok kita (yang diwakili oleh minyak) tersebut dari hari ke hari tidak menjadi semakin mahal, maka uang kita harus dari jenis yang bisa terus menerus mengimbangi harga minyak. Grafik tersebut menunjukkan Emas atau Dinar yang mampu mengimbangi kenaikan harga minyak. Bahwa ketika harga minyak semakin naik sekalipun, tidak akan terasa berat kalau uang kita adalah Dinar.
Setelah kita tahu bahwa ternyata kita tidak sedang menuju ke kemakmuran – bahkan gaya hidup barat yang kita coba tiru juga tidak membawa ke kemakmuran, maka inilah saatnya kita berubah dan mulai merencanakan masa depan kita atau anak-anak kita agar masa depan milik kita. Bagaimana caranya .. beralih ke Dinar tentunya, yang telah terbukti memiliki daya beli yang stabil lebih dari 1400 tahun. Wallahu A’lam.
Pergerakan Harga Dinar 24 Jam
Dinar dan Dirham
18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Disclaimer
Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini