Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

27 Oktober 2009

Long Term Investmen Focus : Dinar, Sapi atau Surga ... ?

Semalam harga emas dunia mengalami penurunan yang cukup significant, yaitu mencapai penurunan US$ 17/oz dari kisaran angka US$ 1,054/oz ke kisaran angka US$ 1,037/oz.

Bagi Anda yang baru membeli emas atau Dinar kemarin, mungkin akan ‘merasa rugi’ karena penurunan ini. Tetapi bagi Anda yang telah mulai membeli Dinar tahun lalu pada kisaran harga emas dunia US$ 800 –an /oz; tentu tidak akan merasakan penurunan harian ini sebagai kerugian; apalagi yang sudah mulai membeli Dinar dua tahun lalu di awal-awal kita memperkenalkan Dinar pada saat emas masih berada di kisaran US$ 700-an/oz.

Kita akan senantiasa merasa ‘rugi’ manakala investasi kita berorientasi jangka pendek. Bila orientasi kita jangka panjang, maka insyallah kita tidak akan pernah merasa rugi.

Untuk tataran investasi duniawi misalnya, perhatikan grafik di atas yang menunjukkan harga emas sejak awal tahun 70-an ketika pertama kalinya uang kertas mulai tidak dikaitkan lagi dengan harga emas dunia. Sejak saat itu harga emas dunia sudah berpuluh kali lipat mengalami kenaikan.

Demikian pula dengan investasi sektor riil yang disini saya ambilkan sapi sebagai contoh. Data dari Moore Research Center pada grafik dibawah menunjukkan trend kenaikan harga sapi hidup sejak awal tahun 1970-an hingga kini. Bisa dibayangkan bila Anda mulai membeli sapi tahun 70-an dan beranak setiap dua tahun…pasti sapi Anda sangat banyak saat ini, padahal setiap ekor sapi ukuran sedang harganya di kisaran 7 Dinar !.


Dengan contoh tersebut diatas, kita bisa melihat bahwa untuk standar dunia saja kita sudah dengan mudah ‘merugi’ bila fokus kita jangka pendek – dan sebaliknya kita tidak ‘merugi’ bila fokus investasi kita jangka panjang.

Analogi seperti investasi duniawi tersebut juga berlaku untuk investasi yang lebih panjang lagi – yaitu investasi untuk hidup yang abadi sesudah kita mati. Seluruh keuntungan atau kerugian yang kita alami di dunia ini, tidak akan sepadan bila dibandingkan dengan keuntungan/kerugian di akhirat kelak. Oleh karenanya, fokus investasi kita harus memiliki orientasi jangka waktu yang sangat panjang – meliputi dunia dan akhirat – bila kita tidak ingin merugi.

Lantas apakah dengan demikian kita harus membuat dikotomi mana untuk investasi dunia dan mana untuk investasi akhirat ?; tidak juga, karena dikotomi ini tidak perlu bila kita bisa menyelaraskan kehidupan dunia kita dengan tujuan jangka panjang kita yaitu hidup yang abadi di akhirat kelak. Bahkan salah satu do’a sapu jagad yang kita semua hafal adalah digabungkannya dua kebaikan ini yaitu kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat.

Jadi bagaimana mengatur komposisi investasi kita agar bisa memperoleh dua kebaikan tersebut diatas ?. Saya pernah menulis Prinsip 1/3 Dalam Pengelolaan Harta dalam tulisan lalu, kalau prinsip ini bisa kita terapkan – maka insyallah kebaikan hidup di dunia dan di akhirat akan bisa kita peroleh secara bersama.

Bagaimana prakteknya ?, selain hasil investasinya yang sebagian kita sedekahkan – investasi kita haruslah di jalan yang dibenarkan secara syariah. Kita dapat investasikan harta kita untuk proyek-proyek yang memberi kemaslahatan umat secara luas, antara lain bisa dalam beberapa contoh berikut :

· Semilyar lebih manusia di dunia saat ini kelaparan, maka investasi untuk menghasilkan/meningkatkan produksi pangan dunia – insyaallah bila dengan niat yang lurus akan dapat bernilai ‘ memberi makan’ umat manusia secara luas. Contoh konkrit : menanam ketela unggul untuk bahan MOCAF (modified cassava flour) – produk ini insyaallah kelak akan menggantikan gandum yang berusaha memonopoli makanan dunia - padahal di negeri ini gandum ini tidak tumbuh.

· Generasi kita dan anak-anak kita adalah generasi yang salah minum dan salah makan; orang dewasanya minum minuman kaleng dan minuman botol dengan gula yang buruk bagi kesehatan, makanannya adalah makanan instant kering yang tidak mengandung kadar gizi yang memadai, anak-anaknya sejak bayi minum susu bubuk yang kita tidak tahu persis apa isinya. Maka investasi untuk memperbaiki pola makan dan pola minum ini, insyallah juga akan bernilai ‘meninggalkan generasi yang kuat’ kedepan.

· Begitu banyak negeri ini harus mengimpor barang-barang kebutuhan sehari-hari, maka investasi yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan penduduk negeri ini insyallah akan dapat ‘memerdekakan’ bangsa ini dari penjajahan sesama manusia.

· Puluhan juta orang menganggur di Indonesia saat ini, sementara banyak sekali peluang usaha ataupun peluang kerja yang tidak tertangani. Maka investasi dalam pendidikan/pelatihan kerja atau pelatihan wiraswasta yang bisa me-link-kan dunia kerja/usaha dengan sumber daya manusia yang ada – insyallah akan dapat menyebarkan kemakmuran secara luas.

· Dan masih banyak lagi peluang investasi yang bisa di –align – kan dengan tujuan hidup kita sesudah mati.

Tentu dalam berbagai investasi tersebut ada risikonya, namun dengan niat lurus insyallah risiko ini bersifat jangka pendek – karena niat yang baik-pun sudah mendapatkan pahala satu kebaikan. Meskipun demikian kita juga perlu meminimisasi risiko ini, agar bila investasi sector riil kita gagal – kita masih tetap bisa menyekolahkan anak, bisa membayar biaya kesehatan hari tua tanpa menjadi beban orang lain dan lain sebagainya – maka tidak juga salah bila sebagian saja harta kita yang kita gunakan untuk membangun ketahanan ekonomi dalam bentuk Dinar dan Dirham.

Jadi mana diantara tiga investasi tersebut yang kita pilih ?, kalau saya sih pinginnya bisa memilih ketiganya. Rabbana aatinaa fiiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adhabannaar. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.