Ketika sepuluh bulan lalu saya menulis Tinggalkan Dollar Selagi Sempat...!, banyak yang mengkritik tulisan tersebut sebagai provokatif, tidak realistik, sentimen pribadi, apriori terhadap barat dan lain sebagainya. Nah sekarang terbukti sepuluh bulan kemudian United Nation (PBB) – badan yang paling dihormati pemerintah-pemerintah dunia – seperti menguatkan seruan tersebut dalam laporannya paling gres yang dikeluarkan kemarin, siapa yang tidak realistik sekarang ?.
Seperti dikutip kantor berita Reuters yang kemudian menyebar ke seluruh dunia lewat berbagai media, laporan terbaru PBB yang di released Selasa kemarin menyerukan ditinggalkannya US Dollar sebagai mata uang cadangan utama dunia (main reserve currecy). Alasan utamanya adalah sudah terbukti bahwa US$ tidak dapat menjaga nilainya.
Disebutkan pula di laporan ini bahwa negara-negara berkembang paling dirugikan dengan penurunan nilai terus menerus dari US$ dalam beberapa tahun belakangan ini. “Termotivasi oleh keinginan memproteksi diri (self-insurance) dari gejolak pasar komoditi dan aliran modal, banyak negara berkembang menumpuk US$ sebagai cadangan selama dasawarsa 2000-an” kata laporan tersebut.
Laporan ini juga menyerukan disiapkannya sebuah system pencadangan baru (new reserve system) yang tidak tergantung pada satu atau bahkan beberapa mata uang; hanya saja laporan ini nampak tidak jelas lantas seperti apa pencadangan baru ini nantinya. Mereka hanya menyebutkan “seperti” Special Drawing Rights (SDR-nya IMF).
Sebenarnya umat Islam sungguh beruntung memiliki dua pegangan yang dengan pegangan tersebut umat ini tidak akan pernah tersesat selamanya. Ditengah kebingungan dunia kini, bahkan PBB-pun bingung seperti apa reserve currency yang bisa membawa sabilitas system financial global; kita memiliki uswatun hasanah yang telah menuntun kita seperti apa uang kita seharusnya.
Bila saja kita ikuti apa yang ada di hadits berikut contohnya, maka kita tidak akan tersesat dalam urusan mata uang ini. Dalam Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.
Dalam Islam, alat tukar ini adalah benda riil yang memiliki nilai yang sesungguhnya – nilai intrinsik. Bentuknya bisa macam-macam tetapi semua memiliki nilai riil. Bisa dari golongan emas dan perak, bisa pula dari golongan kebutuhan pokok. Jadi bila reserve system kita mengandalkan benda riil yang disebutkan di hadits tersebut diatas atau yang sejenisnya – maka insyaallah kita tidak akan pernah bisa dirugikan oleh jatuhnya mata uang US$ seperti yang diungkapkan oleh laporan PBB tersebut diatas.
Bahkan untuk mengantisipasi paceklik global dalam berbagai bentuknya, bisa karena krisis financial, fenomena alam, maupun karena perang – kita bisa membangun ketahanan ekonomi (yukhsinun) sendiri dengan mencontoh apa yang dilakukan Nabi Yusuf A.S. berikut : .... "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) secara sungguh-sungguh; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan”. (QS 12:47).
Mari sekarang kita ‘bertanam’ sungguh-sungguh sampai minimal 7 tahun kedepan, maka ketika dunia dilanda ‘paceklik global’ kita tidak hanya bisa menyelamatkan diri – tetapi juga bisa menyantuni rakyat negara lain seperti kisah Nabi Yusuf yang di Al-Qur’an digambarkan sebagai kisah yang paling indah Akhsana Al Qoshoshi.
Semoga Allah mumudahkan jalan-Nya bagi kita untuk beramal yang di ridhloi-Nya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini