Dahulu waktu saya kecil, petani-petani di desapun seolah dapat memprediksi kapan hujan mulai turun dan kapan berhentinya. Dengan demikian mereka bisa merencanakan pola tanam-nya secara akurat. Kini empat puluh tahun kemudian, perubahan musim ini sulit sekali di prediksi bahkan dengan teknologi tinggi sekalipun. Sekarang kita berada di bulan Juli, musim hujan mestinya sudah berakhir empat bulan lalu – tetapi sekarang hujan deras dan banjir masih melanda di beberapa wilayah.
Seperti juga pada musim hujan dan kemarau, naik turunnya harga emas seharusnya predictable karena harga emas adalah cermin bagi harga komoditi-komoditi kebutuhan utama manusia. Ketika komoditi banyak dibutuhkan (demand tinggi) misalnya pada musim dingin di belahan bumi utara (di musim dingin orang butuh lebih banyak makanan, pakaian dan energi) – harga emas akan cenderung naik, lihat statistiknya pada tulisan saya sebelumnya “Musim Membeli Emas...”. Musim harga emas rendah mestinya juga sudah mulai berlangsung sejak empat bulan lalu Karena di belahan bumi utara – yang secara umum penduduknya lebih makmur – musim dinginnya telah berakhir di bulan Maret.
Apa yang sebenarnya terjadi secara cepat dalam beberapa tahun belakangan – yang tidak (belum) terjadi selama puluhan tahun sebelumnya ?. Untuk perubahan musim hujan, biarlah para ahli meteorology dan geofisika yang menjelaskannya.
Untuk tinggi rendahnya harga emas yang nampaknya tidak lagi mengikuti musim, para ekonom dan pelaku pasar punya teorinya sendiri-sendiri. Diantara sekian banyak teori, berikut saya sarikan benang merahnya :
· Dimasa ekonomi stabil dan relatif tidak bergejolak seperti yang dialami dunia dalam beberapa dasawarsa yang lewat – orang comfortable untuk menaruh uangnya dalam mata uang fiat dan memutarnya dalam berbagai usaha yang menguntungkan. Emas hanya dibeli dalam jumlah secukupnya untuk diversifikasi asset, bahan perhiasan dlsb.
· Ketika ekonomi dunia bergejolak hebat seperti yang terjadi dalam dua tahun terakhir, ada jenis kebutuhan emas yang baru yang tiba-tiba meningkat yaitu kebutuhan untuk safe haven – tempat melabuhkan asset secara aman.
· Ketika kebutuhan emas untuk safe haven ini yang dominan di pasar, maka harga emas menjadi mudah sekali bergejolak. Mudah sekali di terpa isu, sehingga yang mempengaruhi harga emas bukan lagi faktor yang bersifat fundamental – tetapi lebih banyak pada persepsi sesaat dari para pelaku pasar.
Karena faktor-faktor penyebab tersebut akan tetap terjadi atau bahkan dalam severity (tingkat pengaruh) yang lebih kuat dan frequency yang lebih sering, maka harga emas akan terus bergejolak hebat dalam jangka pendek. Namun arah jangka panjangnya (setahun lebih) nampak jelas sekali dorongan keatasnya.
Lihat pergerakan setahun terakhir pada grafik diatas misalnya. Pada bulan Desember 2009 lalu, harga emas dunia sempat naik mencapai US$ 1,226/Oz tetapi juga sempat turun ke angka US$ 1,083/Oz atau sempat turun dalam rentang 12 % di bulan tersebut. Namun secara keseluruhan bila kita tarik waktu setahun terakhir – harga emas dunia naik sekitar 30 %-an yaitu dari kisaran harga US$ 920/Oz awal Juli 2009 ke angka US$ 1,205/Oz saat ini.
Untuk bulan ini dan bulan depan, saya sendiri berharap masih ada musim harga emas rendah – meskipun hanya dua bulan – bukannya enam bulan seperti di masa lalu. Tepatnya berapa, tidak ada yang bisa tahu secara pasti – hanya berdasarkan pergerakan harga setahun terakhir – nilai terendah kedepan kemungkinan besarnya tidak sampai menyentuh garis hijau pada grafik diatas. Wa Allahu A’lam.
saya heran kenapa di musim kemarau koq turun hujan ya?? kalo saya perhatikan, di negeri ini kalo musim kemarau panasnya minta ampun dan susah air...tapi pas musim hujan, eh malah kebanjiran
BalasHapuskunjungi juga blog saya di Bolehngeblog ok
salam kenal,
http://bolehngeblog.blogspot.com