Ahad lalu kami berkesempatan mengunjungi salah satu peternakan kambing paling modern yang ada di Johor – Malaysia. Meskipun sangat melelahkan karena lokasi kandang kambing yang sekitar 6 jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur, insyallah perjalanan ini tidak sia-sia.
Paling tidak, kami team Indolaban berharap bisa ikut membantu program pemerintah yang melalui janji Presiden kita akhir bulan lalu (31/03/2010) di Tulungagung diungkapkan bahwa, "Kami akan membicarakan dan merumuskannya dalam sebuah kebijakan nasional sehingga pengembangan kambing ettawa ini bisa terus berkembang pesat ".
Bagaimana janji tersebut bisa dimplemantasikan ?, setidaknya ada tiga point yang kita bisa ambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh negeri jiran kita.
Pertama kita harus memiliki visi bahwa yang sedang kita bangun adalah sebuah industri spesifik yang terkait dengan perkambingan ini. Bukan sekedar beternak kambing terus kemudian setelah berhasil kambing-kambing kita dan produk yang dihasilkan tetap bernilai rendah untuk standar dunia. Tanpa terbangunnya industri ini, maka kerja keras para peternak kita untuk menghasilkan kambing dan susu – tidak akan memberikan reward yang pantas untuk mereka.
Kedua untuk membangun industri di point pertama tersebut diperlukan standar kwalitas pengelolaan peternakan kita, agar mampu menghasilkan produk dengan standar yang diakui dunia seperti HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) misalnya. Tanpa pencapaian standar seperti ini, produk-produk kambing kita seperti susu dan bahan turunannya akan sulit untuk menembus pasar dunia.
Ketiga untuk pencapaian point 1 dan 2 ; kita harus bisa ‘Kerja Berpasukan’ – bahasa Malaysia yang artinya teamwork. Seluruh stakeholder perkambingan harus bisa bekerja sama, saling mengisi dan menyempurnakan – bukan saling bersaing dan menjatuhkan – sehingga terbangun industri yang kokoh yang siap bersaing dengan industri sejenis di negara lain.
Ironi memang ketika kita melihat berbagai produk berbasis susu kambing seperti moisturizing, body lotion, sabun dlsb. yang kita jumpai di pasaran Indonesia saat ini adalah produk Malaysia – ya antara lain dari peternakan yang kami kunjungi tersebut diatas. Padahal di dalam kandang kambing mereka disana, mayoritas kambingnya ya dari Jawa - Indonesia. Tenaga kerjanya juga sebagiannya dari Indonesia.
Jadi kita kirim kambing-kambing kita dengan harga murah kesana; kemudian juga tenaga-tenaga kasar untuk pemeliharaan kambingnya; namun setelah menghasilkan produk yang mahal – maka produk yang mahal ini balik lagi ke Indonesia. Dibeli oleh orang-orang kaya Indonesia yang mampu membeli sabun mahal susu kambing, juga pelembab tubuh berkwalitas tinggi dari susu kambing.
Mengapa mereka bisa menikmati nilai tambah yang tinggi sedangkan kita belum ?, jawabannya adalah karena mereka sudah bisa membangun industri perkambingannya sedangkan kita baru mencanangkannya. Karena terbangunnya industri ini, peternak mereka tidak terlalu susah untuk memperoleh pakan yang murah, peralatan-peralatan peternakan yang lengkap, obat-obat perkambingan yang tersedia cukup dlsb. Contoh kecil untuk hal ini adalah nipple – semacam dot susu dari logam untuk membuat system pemberian air minum yang cukup bagi kandang kambing, harganya hanya sekitar Rp 45 ribu per buah – tetapi hal-hal kecil demikian tidak mudah kita peroleh di sini – sementara di Malaysia barang seperti ini bahkan bisa kita beli di peternakan kambing yang besar.
Bagaimana hal-hal detil yang nampaknya sepele tetapi sangat dibutuhkan untuk tumbuhnya industri perkambingan yang berkwalitas bisa ditangani ? jawabannya adalah ‘ Kerja Berpasukan’ tadi. Maka bila janji Presiden SBY dalam kesempatan tersebut diatas – bahwa anggaran pengembangan kambing akan masuk pada APBN 2011; maka berikutlah menurut saya prioritas penggunaannya :
1) Biayai riset dan publikasikan hasilnya secara transparan; agar masyarakat luas tahu kelebihan-kelebihan susu kambing, daging kambing dan berbagai potensi lainnya yang terkait dengan kambing.
2) Fasilitasi jalan untuk mempermudah perijinan yang terkait dengan POM, MUI dan sertifikasi internasional HACCP tersebut diatas – agar produk-produk kambing kita mudah diterima pasar, baik domestik maupun internasional.
3) Fasilitasi rakyat untuk mampu belajar mengelola kambing dengan baik dan benar. Contoh gambar diatas adalah kambing yang bisa berbaris rapi untuk diperah susunya, bagaimana bisa membuat kambing berbaris rapi untuk diperah susunya ? – SDM yang mengelola kambing yang pertama harus dilatih untuk mampu mengelola kambing-kambing tersebut. Setelah itu baru dia bisa melatih kambingnya untuk bisa berbaris setiap saat mau diperah susunya.
4) Fasilitasi rakyat untuk memperoleh bibit-bibit unggul kambing secara murah atau bahkan gratis.
5) Bangun jaringan industri dan pemasaran, baik yang terkait dengan kebutuhan bahan/alat bagi para peternak – maupun yang terkait dengan hasil-hasil dari peternakan kambing ini.
Bila terbangun teamwork yang baik antara pemerintah, pengusaha, peternak dan masyarakat pada umumnya; maka sangat bisa jadi industri perkambingan ini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi kerakyatan kita yang sesungguhnya. Menggembala kambing adalah apa yang dilakukan oleh nabi, maka tidak ada salahnya kita menseriusi urusan perkambingan ini sebagai salah satu upaya untuk membangun kedaulatan ekonomi di negeri ini. Insyallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini