Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

19 Desember 2012

Pedagang Di Jalan Malioboro…

Bila Selat Malaka itu diibaratkan jalan Malioboro – Jogja, maka Singapura adalah sebuah toko dekat Hotel Garuda. Sepanjang jalan Malioboro adalah milik Indonesia di bagian kiri dan Malaysia di sebelah kanan. Melalui ‘Jalan Malioboro’ yang bernama Selat Malaka ini, 50% armada kapal dunia lewat. Sekitar 50,000 kapal ‘pedagang besar’ lewat selat ini setiap tahun.

Tetapi mengapa pemilik ‘satu toko di pojok Malioboro’ tersebut berhasil memakmurkan warganya dengan tingkat GDP per capita sekitar US$ 46,000 per tahun, pemilik sisi kanan ‘Malioboro’ memiliki GDP per capita US$ 9,600 per tahun – sedangkan pemilik sisi jalan yang paling panjang di bagian kiri ‘Malioboro’ baru memiliki GDP per capita di kisaran US$ 3,250 per tahun ?

Jawabannya kemungkinan besar ya karena kita belum pandai berdagang. Kita memiliki lokasi yang paling strategis di dunia perdagangan – dilalui 50 % kapal dunia – tetapi kita belum berhasil memanfaatkannya. Kita memiliki hampir seluruh bahan baku untuk komoditi perdagangan dunia, mulai dari hasil hutan, hasil tambang, energy, hasil laut, hasil bumi – tetapi kendali perdagangannya nampaknya belum ada di tangan kita.

Lebih dari itu, bila di Selat Malaka kita harus berbagi dengan dua tetangga – kita masih punya dua selat lain yang juga sangat strategis untuk perdagangan dunia. Bila sesuatu terjadi di Selat Malaka, orang akan berpaling ke dua selat ini – yaitu Selat Sunda dan Selat Lombok. Perhatikan ilustrasi dibawah untuk memahami betapa strategisnya tiga selat yang kita miliki itu.


Di dunia perdagangan dikenal 3 hal terpenting yaitu no 1 Lokasi, no 2 Lokasi  dan no 3 Lokasi. Hal-hal lain menyusul di no 4 dan seterusnya. Keunggulan lokasi itu kita miliki, tetapi kita belum unggul dalam perdagangan – apa yang salah ?

Kita belum mengolah lokasi itu menjadi tempat yang layak disinggahi. Berapa puluh pemerintah daerah yang memiliki lokasi paling strategis – wilayahnya bersinggungan dengan salah satu dari tiga selat tersebut – tetapi apakah mereka membuat ‘toko’ berupa pelabuhan yang layak disinggahi kapal-kapal dagang internasional ?, yang ‘pelayannya’ ramah dengan segala perijinan yang mudah dan ‘tokonya’ komplet – a lot to offer ?

Jadi kita memiliki tiga ‘Jalan Malioboro’ tetapi kita belum pandai berdagang, tidak heran aktivitas ‘orang berlalu lalang’ berupa transaksi ekonomi belum banyak yang singgah ke toko-toko kita. Sementara itu tetangga kita yang memiliki satu toko di pojok jalan saja, dia mengolahnya dengan segenap kekuatannya sehingga selalu dikunjungi kerumunan banyak orang – orang tidak perlu menyusuri sepanjang ‘Jalan Malioboro’ bila datang ke satu toko saja di pojok jalannya mereka sudah terpenuhi kebutuhannya.

Lantas dari mana kita akan mulai membenahi diri, membangun kembali kemampuan perdagangan ini ?.

Sampai pertengahan abad 18, satu abad lebih setelah belanda menjajah Nusantara – waktu itu Belanda ingin mulai mencetak uang mereka sendiri, tetapi apa yang mereka cetak ? mereka belum berani mencetak uang Gulden negerinya – yang mereka cetak adalah uangnya umat Islam dan namanya pun berbahasa Arab yaitu Derham Min Kompeni Welandawi – Dirham dari Kompeni Belanda.

Ini menunjukkan bahwa kekuatan perdagangan saat itu ada di tangan umat ini, uangnya Dirham dan bahasanya Arab. Bahkan lebih dari seribu tahun sebelum Belanda mencetak Dirham ini  kekuatan perdagangan internasional khalifahan Islam sudah menguasai tiga benua – lengkap dengan system pembayarannya yang canggih – bahkan untuk ukuran jaman ini sekalipun !.

Jadi untuk kembali menguasai perdagangan global, sesungguhnya ini bukan hal baru bagi kita – kita tinggal mencontoh, apa yang dahulu dilakukan umat ini di masa-masa kejayaannya. Kita tidak perlu reinvent the wheel – memulai segala sesuatunya dari awal, kita tinggal meneruskan saja dari titik akhir pencapaian mereka.

Untuk bisa melanjutkan, kita harus tahu dahulu sampai dimana pencapaian mereka dahulu. Untuk bisa tahu sampai dimana pencapaian mereka ini, kita perlu belajar dari sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.