Ancaman
itu datang dari jendral senior China yang September lalu dengan
emosional menyerukan negerinya untuk segera bersiap perang melawan
Jepang. Kepemimpinan Shinzo Abe di Jepang lebih berpeluang melayani
ancaman perang ini dengan ancaman yang sama, dibandingkan dengan
kepemimpinan sebelumnya.
Pertanyaannya
adalah mengapa negeri-negeri besar seperti China dan Jepang sampai
begitu ngotot memperebutkan sejumlah pulau kecil yang berada di antara
keduanya ?. Luas total area yang diperebutkan tersebut hanya sekitar 6.4
km2 atau kurang dari 1/3 wilayah Depok, mengapa perebutannya bisa
mengancam kedamaian Asia atau bahkan dunia ?. Saking kecilnya
pulau-pulau tersebut tidak nampak di peta !
Jawabannya ada di bawah pulau-pulau tersebut yaitu cadangan minyak dan energi lainnya.
Dari
sini kita sekali lagi bisa tahu dengan begitu nyata, bahwa alasan
ekonomi khususnya perebutan energi telah memicu perang di Afganistan,
Iraq, Libya dan mudah-mudahan tidak terjadi di antara China dan Jepang.
Kalau toh terjadi kita sudah tahu alasan yang sebenarnya mereka
berperang untuk apa.
Mereka
berperang memperebutkan sumber daya alam seperti energi atau sumber
daya alam lainnya yang dipandang langka. Persepsi kelangkaan atau scarcity
inilah yang memicu perang itu. Jadi bukan hanya energi, perang-perang
kedepan akan dipicu oleh perebutan apa saja yang dipandang langka –
khususnya yang terkait dengan kebutuhan pokok manusia.
Dari
situ pulalah sebabnya para ahli memprediksi bahwa pemicu utama perang
kedepan adalah tiga komoditi utama kebutuhan manusia yang disebut FEW
atau Food, Energy and Water (Makanan, Energi dan Air).
Lantas apa hubungannya ini denga Ekonomi Syariah 2.0 ?
Di
ekonomi syariah yang kita kenal sekarang, kalangan praktisi maupun
akademisi sibuk dengan bagaimana mensyariahkan aqad-aqad perbankan,
asuransi dlsb., mereka belum
sampai memikirkan atau memberi solusi pada urusan-urusan ekonomi yang
lebih mendasar – yang bisa menjadi penyebab perang seperti dalam contoh
tersebut di atas.
Baru
di Ekonomi Syariah generasi berikutnya yaitu Ekonomi Syariah 2.0
masalah-masalah ekonomi yang lebih mendasar ini akan dikaji dan
dikembangkan menjadi solusi.
Dalam
urusan FEW misalnya, Ekonomi Syariah 2.0 (selanjutnya akan saya singkat
menjadi ES 2.0 – karena nantinya diharapkan ada pengembangan lebih lanjut
seperti ES 2.1 dst) akan menggali dan memberi solusi dari sumber-sumber
yang dipastikan validitasnya sepanjang jaman yaitu Al-Qur’an, Hadits
dan sirah kejayaan umat ini terdahulu.
Dalam
pandangan Islam, sumber-sumber pemenuhan kebutuhan pokok manusia itu
tidak langka – melainkan melimpah disediakan Allah dan dijamin
kecukupannya pula olehNya. Tidak ada scarcity, yang ada adalah sumber-sumber pemenuhan kebutuhan manusia itu tersedia secara abundantly – berlimpah.
Hanya
saja untuk memperolehnya diperlukan ikhtiar kita untuk menggali ilmunya
dan kemudian bekerja keras di lapangan untuk menyongsong sumber-sumber
rezeki yang tanpa batas itu. Bukan hanya sumber-nya yang disediakan
secara berlimpah, tetapi juga tata cara pengelolaannya-pun sudah
diberikan manualnya secara sangat detil dan komplit.
Untuk
tiga komoditi pemenuhan kebutuhan utama manusia tersebut di atas – FEW
misalnya, ilmunya ditebarkan Allah dalam sejumlah ayat dan sunnah
rasulNya.
Tentang
sumber pangan misalnya, Allah tebarkan di darat maupun di laut dari
jenis buah-buahan, biji-bijian, minuman sampai berbagai jenis daging
binatang. Tentang air, Allah berikan berkah yang melimpah antara lain
melalui hujan.
Tentang
energi, Allah berikan melimpah dari berbagai sumber yang ada di darat
maupun sumber-sumber energi yang ada di laut. Dari pepohonan, panas
bumi, matahari, angin sampai gelombang pasang surut air laut dlsb. yang
semuanya bisa menjadi sumber energi yang tiada akan habis sampai akhir
jaman.
Setelah menebarkan sumber-sumbernya, lalu Allah-pun memberi tuntunan bagaimana mengelolanya.
Sebagai contoh ada dialog yang penuh pelajaran antara Nabi Saleh Alaihi Salam dengan kaumnya :
“Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." (QS 11:63)
Unta
betina tersebut sebenarnya hanya perlu makan dan minum saja, tetapi di
negeri yang sumber daya alamnya dikuasai oleh segelintir orang bangsa
Tsamud ini bukannya unta diberi kesempatan malah disembelih.
Bangsa
Tsamud-pun dimusnahkan Allah antara lain karena kedzaliman ekonominya,
ekonomi yang didominasi oleh segelintir golongan yang kuat di negerinya.
Ekonomi bangsa Tsamud atau disebut Ekonomi Tsamudian – karakternya
adalah sumber-sumber kehidupan yang dikuasai oleh segelintir orang saja
untuk kepentingan mereka dan kelompoknya sendiri.
Cilakanya,
saat ini kita hidup dalam ekonomi yang tidak jauh berbeda dengan
Ekonomi Tsamudian ini karakternya ! Siapa yang menguasai lahan-lahan
luas sumber pangan kita ?, yang meng-kapling sumber-sumber air kita ?,
yang memonopoli sumber-sumber energi kita ? hanya segelintir
orang/kelompok saja.
Selebihnya
mayoritas manusia seprti unta betina Nabi Saleh Alaihi Salam, berjuang
untuk sekedar bisa tetap hidup dengan sumber-sumber kehidupan yang sudah
dikapling oleh para konglomerat tersebut. Lebih dari itu, perebutan
terhadap sumber-sumber kehidupan itulah yang telah memicu perang di
dunia selama ini.
Maka
disinilah peran ES 2.0 itu, yaitu bagaimana kita bisa kembali kepada
tuntunan dari sumber-sumber yang dijamin kebenarannya (Al-Qur’an dan
Al-Hadits) untuk menggali dan meng-eksplorasi sumber-sumber kehidupan
yang tiada batas baik untuk pangan, energi maupun air (FEW) dan kemudian
pula mengelolanya sesuai tuntunan yang ada – untuk maslahat umat
manusia secara keseluruhan. Dengan solusi inilah umat ini bisa
benar-benar menjadi guru dan rakhmat bagi bagi alam ini.
“Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745)
Dunia
tidak perlu berperang memperebutkan lahan, air , api (energi) dlsb,
karena semua akan tercukupi bila digali dan dikelola mengikuti
petunjukNya. Itulah antara lain pokok pemikiran Ekonomi Syariah 2.0 atau
ES 2.0 itu ! InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini