Apa
yang kita miliki kok bisa yakin bahwa pangan dari negeri ini insyaAllah
akan cukup dan bahkan bisa berlebih untuk negeri lain ? jawabannya saya
ambil dari diskusi saya dengan pakar kelautan Indonesia, yang sudah
belasan tahun bekerja di Jabatan Perdana Menteri Negara Brunei
Darussalam yaitu Bapak Agus S Djamil.
Dua
pekan lalu saya mendapatkan kehormatan dikunjungi beliau dan
berkesempatan belajar langsung dari ahlinya ini. Hasil diskusi tersebut
saya share di situs ini agar lebih banyak orang yang bisa melihat peluang besar itu.
Di Al-Qur’an Allah menggambarkan ada suatu tempat yang disebut tempat bertemunya dua lautan. Dari tempat inilah keluarnya lu’lu’u wal marjan (mutiara dan marjan) – QS 55 : 19 -22.
Tempat bertemunya dua lautan itu memang sudah banyak kalangan mufassiriin yang berusaha menafsirkannya, dan di antara mereka pun banyak yang merujuk tempat yang berbeda.
Ibnu
Katsir misalnya menafsirkan tempat tersebut adalah di antara Laut
Persia yang condong ke timur dan Laut Rum yang condong ke barat. Menurut
Jalaluddin as-Suyuthi tempat itu adanya di sekitar wilayah Suriah dan
Pelestina. Sayyid Quthb lain lagi pendapatnya, menurut beliau tempat itu
adalah Laut Murrah (pahit) dan Danau Timsah (buaya) atau tempat bertemu
dua Teluk Aqabah dan Terusan Suez di Laut Merah.
Mana yang benar, wa Allahu A’lam – hanya Allah Yang Maha Tahu. Karena Allah hanya memberi tahu bahwa tempat itu adalah : “Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS 55:19-20)
Dengan
menyebut bahwa di tempat tersebut dua laut bertemu dan di antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing, maka bisa jadi
juga tempat tersebut adalah suatu tempat yang bisa kita lihat dengan
begitu jelas seperti pada gambar di samping yaitu Indonesia.
Tempat
bertemunya dua lautan tersebut yaitu Lautan Hindia dan Lautan Pacific,
sungguh suatu tempat yang sangat kaya raya. Kekayaan laut kita ini
dijelaskan lebih detil di ayat berikut : “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS 16 :14)
Indonesia
yang memiliki luas daratan 1.92 juta km2, memiliki luas lautan 3.26
juta km2 atau 1.7 kali luas daratannya. Bila sesuai ayat tersebut di
atas bahwa laut adalah sumber pangan, perhiasan, energy, konstruksi,
perdagangan – maka sungguh masih sangat besar potensi yang belum digarap
itu.
Laut kita yang di peta tersebut di atas diapit oleh dua lautan besar membuat laut kita sangat kaya dengan biodiversity – ke aneka ragaman hayati. Yang disebut lahm
dalam ayat tersebut umumnya diterjemahkan sebagai daging yang segar
(ikan), namun bisa juga berbagai hasil laut yang menjadi sumber pangan
yang tiada batas.
Krisis
pangan yang saya singgung di awal tulisan ini antara lain disebabkan
oleh orientasi sumber pangan utama penduduk bumi saat ini baru pada
sumber pangan dari daratan. Sedangkan luas permukaan bumi 75 %-nya
lautan dan hanya sekitar 25 % daratan. Yang 25 % inipun disesaki dengan
penduduk bumi yang terus bertambah – lantas dari mana sumber pangan
nantinya ? ya dari laut-lah salah satu sumber itu.
Di
negeri yang berada di antara dua lautan ini - dan kita memiliki lautan
yang sangat kaya yang luasnya 1.7 kali luas daratan kita – sudah
sepantasnya lah bila kita menjadi pelopor bagi bangsa-bangsa di dunia
dalam mengolah lautan itu.
Dengan
niat untuk menjadikan bangsa ini bangsa yang pandai mensyukuri nikmat
seperti yang juga diarahkan dalam ayat tersebut di atas, tamu yang saya
perkenalkan dalam tulisan ini Bapak Agus S Djamil insyaAllah akan
membuat pesantren yang bisa jadi yang pertama adanya di dunia yaitu
Pesantren Kelautan. Semoga bisa segera terealisir.
Dengan
negeri yang begitu kaya, negeri yang menjadi tempat bertemuanya dua
lautan – maka seharusnya kita berperan utama memberi solusi pada
masalah-masalah yang dihadapi dunia. Kita adalah bagian utama dari
solusi itu, bukan bagian dari masalahnya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini