Awal dari kapitalisme (Capitalism 1.0) adalah laissez-faire capitalism yang mulai ada sejak awal abad 19 sampai the Great Depression 1930-an.
Ekonomi yang diserahkan ke pasar sepenuhnya membawa pada puncak
kehancurannya dengan krisis terbesar sepanjang sejarah yang kemudian
dikenal dengan the Great Depression.
Pasca
krisis tersebut muncul ketidak percayaan terhadap pasar, maka
pemerintah dunia mulai mengatur pasar khususnya pasar keuangan – sejak
saat itulah dunia memasuki era Capitalism 2.0.
Periode
ini berlangsung sampai tahun 1980-an ketika pasar mulai tidak
mempercayai bahwa pemerintah-pemerintah dunia bisa mengaturnya. Sejak
saat itu pasar didominasi bukan oleh sektor riil tetapi oleh industri
keuangan dan modal – inilah Capitalism 3.0.
Pasar yang nyaris tidak terkendalikan oleh pemerintahan dunia ini juga
akhirnya membawa krisis financial global yang kini sudah berusia 4
tahun. Beberapa negara di Eropa bahkan belum sembuh dari krisis tersebut
hingga kini.
Ketika
sampai tiga model kapitalisme gagal, sebenarnya kesempatan itu datang
kepada kita umat ini untuk memberi solusi. Ketika mereka merobohkan
rumah-rumah mereka sendiri, tangan-tangan kaum mukminin ini yang
mestinya muncul sebagaimana ayat berikut :
“…
mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan
tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk
menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS 59:2)
Namun
karena tangan-tangan kaum mukminin ini belum muncul, kalau toh sudah
muncul masih terlalu lemah – maka kemudian untuk sementara yang akan
muncul menggantikannya masih kapitalisme juga yaitu yang disebut Capitalism 4.0. Kapitalisme model baru
ini melibatkan pemerintah dan institusi global tertentu yang dengan
ketat mengendalikan pasar khususnya sektor keuangan dan modal.
Namun
karena pemerintah-pemerintah dunia dan juga lembaga-lembaga keuangan
global tersebut punya banyak kepentingan masing-masing, maka Capitalism 4.0 kemungkinan besarnya juga tidak akan berusia panjang melebihi usia kapitalisme sebelumnya.
Bila usia Capitalism 1.0 mencapai sekitar 130 tahun, Capitalism 2.0 sekitar 50 tahun, Capitalism 3.0 kurang dari 30 tahun – maka Capitalism 4.0
estimasi saya tidak akan melebihi 20 tahun. Artinya waktu kita tidak
banyak untuk bisa menggantikan system ekonomi dunia yang gagal. Waktunya
kita menggantikannya dengan system ekonomi yang berkeadilan – yang
dibimbing oleh wahyu dan sunnah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Apakah
ekonomi syariah yang kita kenal seperti sekarang yang akan
menggantikannya ? kemungkinan besarnya bukan yang seperti sekarang !
Yang
sekarang ada di pasar Ekonomi Syariah adalah identik dengan bank
syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dlsb. saya sebut sebagai
Ekonomi Syariah 1.0. Kita hargai upaya teman-teman yang sudah
merintisnya sejak dua dasawarsa terakhir, namun ini terbukti belum cukup
siap untuk menggantikan Capitalism 3.0 yang runtuh beberapa tahun terakhir.
Lantas seperti apa Ekonomi Syariah yang bisa menggantikan Capitalism 4.0
yang insyaallah juga akan runtuh kurang dari dua dekade yang akan
datang ?, insyaAllah yang menggantikannya adalah Ekonomi Syariah 2.0 –
yaitu jenis baru dari ekonomi syariah yang ditumbuh kembangkan dengan
akar yang memang berasal dari Islam itu sendiri.
Lantas dimana perbedaannya dengan yang sudah berkembang selama ini ?
Di
Ekonomi Syariah 1.0, ahli-ahli ekonomi yang muslim berusaha mengadopsi
produk-produk kapitalisme agar sesuai dengan syariat Islam. Bank,
Asuransi, Pasar Modal dlsb. yang berasal bukan dari system Islam –
diadopsi dan dibuatkan aqad yang sesuai dengan syariat Islam.
Sekali lagi harus kita appresiasi upaya ini karena ada kaidah fiqih yang kurang lebih berbunyi “ kalau belum bisa diikuti semua jangan ditinggalkan semua…”.
Artinya meskipun dengan kekurangannya, bank syariah dan asuransi
syariah tetap harus dipilih ketimbang bank dan asuransi yang tidak
peduli dengan syariah.
Namun
itu belum cukup, kita tidak akan bisa menggantikan kapitalisme bila
rujukan dasar kita masih kapitalisme itu juga. Kita tidak bisa merubah
system bila yang kita ubah baru sekedar aqad-nya sedangkan ruhnya masih
ruh yang itu-itu juga.
Maka
ruh dari Ekonomi Syariah 2.0 (jilid 2) adalah ekonomi yang memang
secara mendasar digali dan dikembangkan dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan success story penerapannya dalam sejarah Islam selama sekitar 1400 tahun terakhir.
Ekonomi
Syariah 2.0 tidak terjebak pada system kapitalisme yang didominiasi
pasar keuangan dan modal, tetapi kembali pada pemenuhan kebutuhan
manusia yang riil. Bagaimana kekuatan produksi dibangun dengan
pengelolaan sumber-sumber daya alam yang adil dan memakmurkan – bukan
yang dhalim dan merusak.
Bagaimana
pasar dibangun dengan memberi kesempatan yang sama bagi para pelakunya,
mencegah kecurangan dan mencegah hukum rimba berlaku di pasar – yang
kuat yang menang.
Bagaimana
uang sebagai timbangan yang adil diberlakukan untuk mempercepat
transaksi barang dan jasa, bukan uang yang menjadi instrumen untuk
manipulasi daya beli masyarakat dan eksploitasi satu bangsa oleh bangsa
yang lain.
Bagaimana
pemerintah-pemerintah berlaku sebagai hakim yang adil untuk memastikan
system yang berkeadilan yang mendominasi ekonomi pasar – bukan
pemerintah yang memiliki agenda politik tersendiri atau mengikuti
kehendak corporatocracy – gabungan kepentingan pemerintah/lembaga internasional dengan institusi-institusi bisnis global.
Seperti apa konkritnya Ekonomi Syariah 2.0 ini ?
Inilah
yang masih harus kita gali dan kembangkan terus menerus dari tiga
sumber utama itu, yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits dan sirah kejayaan umat
Islam ini di masa lalu ketika mereka berpegang pada dua sumber yang
pertama.
Kita tidak perlu memulainya semua dari awal, tidak perlu reinvent the wheel – kita cukup meniru dan meneruskan pencapian generasi umat ini yang terdahulu.
Waktu
kita tidak banyak, tetapi insyaAllah cukup karena junjungan kita
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam-pun hanya punya waktu 23 tahun
tetapi nikmat yang dibawanya sampai ke kita yang hidup lebih dari 1400
tahun sesudah beliau. Umat ini akan bisa meniru keberhasilan beliau –
bila yang kita contoh memang beliau, bukan system antah berantah yang
tidak jelas asal usulnya dan sudah terbukti gagal sampai tiga kali.
InsyaAllah kita bisa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini