Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

28 Mei 2009

Mengatur Komposisi Tabungan Anda ...

Average Dinar Increase Against Rupiah in The Last 40 YearsBanyak pertanyaan yang saya peroleh dari pembeli Dinar yang ingin mengoptimalkan tabungannya. Sebagian sudah menabung dalam Dinar dan sebagian dipertahankan dalam Rupiah. Pertanyaannya adalah bagaimana mengatur komposisi yang optimal antara keduanya agar memberikan hasil yang terbaik sekaligus juga aman.

Kita tahu bahwa berdasar data statistik 40 tahun bahwa appresiasi Dinar terhadap Rupiah rata-rata adalah 30 % per tahun. Kita juga tahu di pasar perbankan rata-rata deposito hanya memberikan hasil sekitar 6 % per tahun, dan tabungan lebih rendah lagi yaitu sekitar 4 % per tahun. Lantas apakah berarti seluruh tabungan dipindahkan ke Dinar saja yang memberikan hasil 4 sampai 5 kali hasil Deposito atau Tabungan dalam Rupiah ?

Jawabannya adalah tidak juga, karena berbeda dengan pencairan deposito atau tabungan yang boleh dibilang tanpa biaya; pencairan tabungan Dinar memerlukan biaya yaitu selisih antara harga jual dan harga beli Dinar.

Di Gerai Dinar selisih ini adalah 4 %, karena 2 % dicadangkan untuk membayar pajak netto; yang 2 % lagi dipakai untuk margin Gerai Dinar. Grafik diatas menggambarkan perbedaan-harga jual dan harga beli dengan mengambil rata-rata appresiasi Dinar terhadap Rupiah 30 % per tahun. Untuk menutupi perbedaan yang 4 % ini, perlu waktu rata-rata 1.6 bulan.

Artinya kalau Anda membutuhkan tabungan Anda dalam waktu dekat ( kurang dari 1.6 bulan) menukarnya dalam Dinar kemudian mencairkannya lagi akan lebih mahal ongkosnya dibandingkan dengan tetap mempertahankan dalam Rupiah. Sebaliknya untuk Dana yang dibutuhkan lebih dari 1.6 bulan kedepan, maka menukarnya dengan Dinar dan mencairkannya kembali pada saat dibutuhkan akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tabungan atau deposito Rupiah. Angka 1.6 bulan ini adalah angka rata-rata selama 40 tahun terakhir. Realita di lapangan bisa berbeda. Tingkat appresiasi Dinar terhadap Rupiah selama ini adalah sekitar 30 % per tahun. Ini angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan deposito di bank, penyebabnya sudah sangat banyak yaitu kehancuran uang kertas seperti US Dollar, Rupiah dlsb.

Kita juga sudah tahu bahwa dalam jangka pendek, harga Dinar bisa naik turun mengikuti pergerakan harga emas dunia, tetapi secara umum harga dinar mengalami apresiasi/kenaikan yang cukup tinggi dalam setiap tahunnya.

Jadi dari grafik tersebut gampangnya begini; kalau dana Anda akan dibutuhkan dalam waktu kurang dari 3 bulan (lebih aman lagi jika kurang dari 6 bulan) – insya Allah akan cukup aman dipertahankan dalam Rupiah, sedangkan yang akan dibutuhkan lebih lama dari 6 bulan – Insya Allah akan lebih aman dalam bentuk Dinar. Memang Dinar sangat cocok digunakan untuk investasi jangka menengah/panjang seperti biaya menunaikan ibadah haji, membeli/memperbaiki rumah, biaya sekolah/pernikahan anak, warisan dan kebutuhan lain yang bersifat jangka panjang.

Untuk mengatur komposisi tabungan Anda tinggal dihitung, berapa kebutuhan dalam 3 bulan atau 6 bulan kedepan – maka inilah yang dipertahankan dalam Rupiah sedangkan sisanya dalam Dinar.

Perlu diingat bahwa menyimpan harta dalam bentuk apapun apakah Rupiah perhiasan maupun Dinar, apabila berlebihan dan tidak dinafkahkan di Jalan Allah terkena ancaman menimbun. Konteks yang kita sarankan diatas adalah mengamankan harta secukupnya agar kita, anak-anak kita dan orang tua kita (bagi yang masih punya) tercukupi kebutuhannya yang wajar dan terjaga kehormatannya.

Diluar kebutuhan yang wajar tersebut, Gerai Dinar juga tidak henti-hentinya melakukan riset dan pengembangan agar harta kita semua dapat berputar secara produktif. Yang sudah mulai tersedia adalah program Qirad yang sudah berjalan. Insya Allah diwaktu-waktu yang akan datang akan lebih banyak lagi pilihan investasi berbasis Dinar sehingga harta umat dapat terjaga nilainya dan pada saat yang bersamaan juga bisa berputar. Amin.

26 Mei 2009

Mengenali Value Curves dalam Pengelolaan Uang & Investasi Anda ...


Grafik disamping mungkin terlihat ribet kalau Anda lihat secara keseluruhan, agar tidak ribet dan memudahkan untuk memahami maknanya Anda dapat melihatnya satu persatu sesuai warnanya. Bila Anda lagi memperhatikan warna kuning misalnya, abaikan warna lain sehingga Anda akan melihat dengan jelas hanya kurva warna kuning tersebut.

Kurva-curva ini disebut Value Curves yaitu visualisasi secara grafik nilai-nilai dari berbagai opsi investasi Anda dilihat dari beberapa parameter kunci. Untuk parameter uang dalam contoh ini saya gunakan tiga parameter fungsi uang yaitu sebagai Medium of Exchange, Unit of Account dan Store of Value. Kemudian untuk parameter investasi saya gunakan Liquidity, Yield/Value Appreciation, Security dan Availability. Dalam prakteknya Anda bisa membuat parameter sendiri yang Anda anggap penting dalam mengelola uang dan investasi Anda.

Dalam contoh ini kita gunakan tujuh opsi pengelolaan uang dan investasi kita yaitu Stocks, Deposit, Saving, Dinar, Gold Bar, M-Dinar dan Real Sectors. Mari sekarang kita lihat Value dari pasing-masing opsi ini bila ditinjau dari para tujuh parameter yang kita gunakan.

Medium of Exchange

Dari sisi medium of exchange, tentu saving atau tabungan memiliki nilai tertinggi karena dari tabungan Anda sekarang – Anda bisa membeli apa saja (dengan debit card dlsb). Terendah adalah investasi sektor riil karena kalau misalnya Anda punya kebun, punya sapi dlsb. ini tidak akan mudah ditukar ke benda lain – kecuali sesudah ditukar dengan uang kertas lebih dahulu.

Unit of Account

Unit of account atau timbangan yang adil ini parameter uang yang jarang disadari orang tetapi sangat penting dalam Islam karena hanya dengan timbangan yang adil inilah keadilan dalam muamalah dapat ditegakkan. Fungsi unit of Account ini hanya bisa diperankan dengan baik oleh Dinar – baik berupa keping koin Dinar, Emas lantakan ataupun bentuk modernnya seperti M-Dinar. Fungsi unit of account ini sangat bermanfaat untuk pencatatan muamalah jangka panjang yang adil seperti pinjam meminjam, mudharabah dlsb.

Store of Value

Fungsi penyimpan nilai atau store of value dapat diperankan sama baiknya antara Emas Lantakan, Dinar, M- Dinar. Diperingkat berikutnya adalah bisnis sektor riil yang berjalan dengan baik.

Liquidity

Mirip dengan fungsi medium of exchange, liquidity terbaik juga dimiliki oleh tabungan atau saving karena bisa diambil tunainya kapan saja. Sektor riil tentu tidak mudah diambil tunainya.

Yield/Value Appreciation

Sektor riil yang berjalan baik akan bisa mengalahkan opsi-opsi investasi lainnya, pilihan keduanya adalah Dinar Emas yang berputar aktif seperti M-Dinar. Peringkat berikutnya lagi Dinar dalam bentuk fisik dan juga emas lantakan. Hasil terendah bahkan lebih sering dibawah tingkat inflasi pada umumnya adalah saving account kita dalam mata uang kertas apapun.

Security

Saving account dan deposit sampai nilai tertentu adalah investasi yang paling aman karena dijamin pemerintah. Sektor Riil adalah investasi yang aman berikutnya terutama yang berjalan dengan baik.


Availability

Lagi-lagi saving account menggungguli opsi lainnya bila dilihat dari sisi availability, dimanapun Anda berada bisa membuka saving account ini.

Mengikuti availability saving account ini adalah M-Dinar yang sekarang juga bisa diakses dari mana saja – hanya untuk sementra ini masih memerlukan akses internet.

Yang paling rendah availability-nya tentu sektor riil yang berjalan dengan baik – susah mencari atau membangunnya.

Lantas mana pola pengelolaan uang dan investasi yang paling baik untuk Anda ?

Tergantung apa prioritas Anda dalam mengelola uang dan investasi ini. Bila yang Anda butuhkan adalah agar investasi tersebut bisa Anda manfaatkan kapan saja dan tidak terlalu mengharapkan hasil, maka saving account atau tabungan dalam uang kertas-lah yang paling cocok untuk Anda.

Sebaliknya bila hasil tertinggi yang Anda harapkan, maka investasi sektor riil-lah yang paling bisa menjanjikan.

Namun bila yang Anda inginkan adalah investasi yang terjaga nilainya dalam jangka panjang, maka Dinar – lah solusinya. Selamat berinvestasi.

Alasan Fundamental Untuk Memilih Dinar ...

Mungkin karena banyaknya tulisan saya di situs ini sehingga sebagian pembaca malah bingung mengapa kita memilih Dinar untuk menjalankan tiga fungsi uang sekaligus yaitu sebagai store of value (proteksi nilai), unit of account (timbangan muamalah yang adil) dan ujungnya nanti dengan sendirinya akan menjadi medium of exchange (alat tukar) yang berlaku secara universal.

Alasan pertama tentu karena Dinar emas adalah uang yang digunakan oleh Rasulullah SAW tidak hanya untuk jual beli, tetapi juga untuk penerapan syariah itu sendiri.

Penentuan si kaya dan si miskin yang memiliki hak dan kewajiban berbeda – batasnya adalah nisab zakat yang diukur dengan 20 Dinar atau 200 Dirham.

Hukum potong tangan bagi pencuri menjadi tidak berlaku bila seorang mencuri karena lapar dan yang dicuri-pun hanya cukup untuk makan saat itu, batasannya adalah nisab pencuri ¼ Dinar.

Seorang pembunuh bisa dibebaskan dari hukum qisas (dibunuh) bila keluarga korban memaafkan dan si pembunuh bersedia membayar diyat atau uang darah yang besarannya 1000 Dinar.

Lantas bagaimana kita bisa tahu seseorang menjadi wajib zakat atau malah sebaliknya berhak menerima zakat kalau ukurannya yang berupa Dinar atau Dirham saja kita tidak mengenalnya ? Tidak heran pula bisa jadi karena tidak mengenal syariah untuk menghakimi pencuri di beberapa daerah ada pencuri ayam atau pencuri jemuran yang dihakimi massa sampai meninggal, padahal bisa jadi dia hanya pencuri yang lapar – dimana justru orang kaya di daerah tersebutlah yang tidak menjalankan kewajibannya.

Inilah alasan pertama kita menghadirkan Dinar kembali ditengah kaum muslimin, agar ‘timbangan’ yang adil tersebut kembali dikenal oleh umat secara luas sehingga aturan syariah - bisa lebih mudah diterapkan.

Kemudian selain daripada itu, kita juga tahu fakta di dunia modern ini bahwa uang kertas tidak akan bertahan terlalu lama. Semua uang kertas yang ada di dunia modern ini, tidak ada satupun yang telah membuktikan dirinya bisa survive dalam seratus tahun saja. Bisa jadi nama uangnya masih ada, tetapi jelas daya belinya sangat jauh berbeda dalam rentang waktu tersebut.

Padahal disisi lain ada uang yang daya belinya terbukti tetap lebih dari 1400 tahun yaitu Dinar. Di jaman Rasulullah SAW 1 Dinar cukup untuk membeli kambing, saat inipun 1 Dinar bisa membeli kambing yang baik.

Bahwasanya masa depan uang kertas ini tidak bisa bertahan lama dapat diprediksi secara ilmiah dari grafik tersebut diatas. Selama ini uang kertas yang dianggap paling banyak dipakai adalah US$, maka uang US$ inilah yang kita jadikan contoh untuk menduga-duga masa depannya.

Ibarat keluarga yang pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, setiap saat harus menambah hutang yang terus menumpuk – maka seperti apa masa depan keluarga tersebut ? mereka akan bangkrut.

Demikian pula Amerika dengan uang US$-nya, total national income mereka tahun lalu yang hanya sedikit diatas US$ 10 trilyun, pada tahun yang sama hutang negeri itu mencapai US$ 57 trilyun. Trend kenaikan hutang yang amat jauh melampaui kenaikan national income inilah yang akan mempercepat kebangkrutan mereka.


Grafik disamping yang menujukkan penurunan kekuatan US$ yang diukur dengan US$ Index sebulan terakhir – bisa jadi adalah gejala-gejala awal dari kebangkrutan tersebut.

Apa dampak dari kebangkrutan ini ?, ketika uang mereka kehilangan daya beli-nya maka benda apapun yang dibeli dengan uang tersebut akan menjulang nilainya. Para ekonom menyebutnya hal ini sebagai hiper inflasi.

Dengan mengikuti Sunah Nabi dalam hal mata uang, maka insyaallah kita-pun akan terlindung dari menjadi kurban hiper inflasi. Insyaallah

22 Mei 2009

Investasi Dinar ... Aman dan Menguntungkan

Terkait dengan tulisan mengenai Dinar sebagai alat investasi dan Pelindung/Proteksi - selain sebagai ‘uang’ dalam pengertian yang luas tentunya, maka kali ini saya ingin berbagi pandangan mengenai bagaimana sih posisi Dinar dibandingkan dengan alat investasi yang lain ?

Dalam hal investasi saya hanya akan membandingkan Dinar dengan 4 produk yang menjadi pesaing terdekatnya yaitu Deposito, Saham, Reksadana dan Investasi langsung di Sektor Riil. Asumsinya semua yang sesuai syariah – karena yang nggak syariah sudah harus ditinggalkan betapapun menariknya produk tersebut.

Parameter yang saya bandingkan juga saya batasi yang mudah dipahami masyarakat umum yaitu parameter hasil investasi, risiko, tingkat kesulitan, proteksi nilai dan likwiditas. Hasil perbandingan ini dapat dilihat di tabel.





Tingkat Hasil

Tingkat hasil dibawah 15 % saya kategorikan rendah karena hanya cukup melawan inflasi; dari 15 % s/d 50 % saya kategorikan sedang dan peluang hasil investasi diatas 50 % saya kategorikan tinggi. Dengan kriteria ini, maka deposito di bank manapun jatuh ke tingkat hasil yang rendah – karena rata-rata hasil depositio tidak cukup untuk mengimbangi inflasi.

Saham, reksadana dan Dinar emas masuk kategori sedang karena investasi di produk-produk ini dapat mencapai hasil yang lumayan menarik. Dinar sendiri dapat memberikan hasil berupa appresiasi nilai terhadap Rupiah rata-rata sebesar lebih dari 30 %/ tahun selama 40 tahun terakhir.

Hasil yang masuk kategori tinggi menurut penilaian saya hanya mungkin dicapai oleh investasi di sektor riil. Inilah sebabnya saya mendorong kita semua untuk menggerakkan sektor riil ini. Investasi sektor riil sangat mungkin memberikan hasil diatas 50 %.

Tingkat Risiko

Dalam hal tingkat risiko (kemungkinan bangkrut ) investasi di saham dan sektor riil saya kategorikan beresiko tinggi; artinya kalau kita tidak kuasai bener – maka investasi di dua sektor ini bener-bener bisa membuat kita bangkrut.

Deposito dan Dinar Emas sebaliknya merupakan investasi yang risikonya rendah; aman untuk dilakukan oleh orang awam sekalipun. Reksadana saya kategorikan sedang soalnya meskipun dengan bantuan tangan-tangan yang ahli meminimissasi risiko, investasi reksadana ini dalam beberapa tahun terakhir juga mencatatkan statistik yang tidak sepenuhnya aman.

Tingkat Kesulitan

Tingkat kesulitan ini sejalan dengan tingkat risiko; Untuk sektor riil misalnya – masuk risiko tinggi dan kesulitan tinggi untuk terjun didalamnya. Bagi yang bisa mengatasi dengan skills dan pengalamannya, maka kesulitan dan risiko yang tinggi ini tentu akan memberikan peluang hasil yang baik/tinggi – karena tidak banyak yang bisa melakukannya.

Proteksi Nilai

Ini aspek yang sangat penting dalam investasi tetapi jarang yang memperhatikannya. Ambil contoh kejadian tahun 1997/1998. Investasi saat itu adalah Deposito dan Saham. Sampai pertengahan 1997 semuanya berjalan mulus, hasil investasi deposito ok, saham pun ok. 6 bulan sampai 1 tahun berikutnya yang memilukan. Seluruh hasil investasi deposito dan saham menjadi hancur nilainya berkeping-keping karena semua tinggal angka Rupiah – sedangkan Rupiah nilainya hancur menjadi kurang dari seperempatnya.

Disinilah perlunya proteksi nilai itu...; deposito, saham, reksadana dan berbagai produk investasi ‘kertas’ atau ‘janji; yang dinilai dengan mata uang kertas – tidak memiliki proteksi nilai untuk melindungi investor dari kehancuran nilai mata uang yang bersangkutan.

Proteksi Nilai ini otomatis ada di Investasi Dinar/Emas , demikian pula investasi di sektor Riil karena pada umumnya memiliki objek investasi yang sifatnya membawa proteksi nilai (benda riil barang dagangan dlsb nilainya otomatis naik pada saat nilai uang turun).

Likwiditas

Likwiditas ini menyangkut seberapa mudah kita menarik investasi kita dan mencairkannya menjadi dana yang siap pakai apabila kita membutuhkannya untuk keperluan lain. Dari aspek ini, investasi sektor riil tentu pada umumnya yang paling sulit dicairkan karena bisa jadi investasi kita berupa pabrik, bahan baku, tanaman yang sedang tumbuh dan lain sebagainya yang tidak serta merta dapat kita uangkan setiap saat.

Deposito sebenarnya relatif mudah cair tetapi karena kemungkinan kita akan terkena penalti apabila menarik deposito sebelum jatuh temponya – maka saya kategorikan sebagai sedang dari sisi likwiditas. Saham dan Reksadana juga saya masukan kaegori sedang karena belum tentu dana kita bisa cair/dijual setiap saat pada harga yang proper ketika dana kita butuhkan.

Dinar atau Emas selalu mudah dicairkan menjadi uang karena sifat barangnya yang bisa dijual kemana saja. Bisa dijual ke sesama pengguna, bisa dijual ke Gerai Dinar atau agen, bisa dijual ke Logam Mulia – bahkan bisa dijual di toko emas pinggir jalan.

Kesimpulan...

Dengan perbandingan tersebut, secara kseseluruhan investasi mana yang paling baik ?

Sangat tergantung dari target kita dalam berinvestasi, sikap kita terhadap risiko dan faktor-faktor lain yang tidak sepenuhnya bisa dibandingkan.

Kalau orientasi kita hasil investasi misalnya, maka tidak ada yang lebih baik daripada bisnis di sektor riil . Memang investasi sektor riil ini bukan tanpa kelemahan yaitu antara lain di aspek risiko yang tinggi dan likwiditas yang sering tidak baik – tetapi ini semua bisa diatasi apabila kita memang ada skills yang dibutuhkan. Aspek lain dari investasi adalah penyebaran risiko – jangan menaruh seluruh telor pada satu keranjang yang sama.

19 Mei 2009

Emas Cukup Untuk Seluruh Umat Manusia, Tetapi ...



Diciptakannya emas dan perak oleh Allah menurut Imam Ghazali adalah agar emas dan perak ini digunakan sebagai hakim atau timbangan yang adil untuk menilai barang-barang dalam bermuamalah. Hal ini sejalan dengan banyaknya ayat-ayat Al Qur'an yang memerintahkan kita untuk menegakkan timbangan atau neraca yang berarti juga menegakkan keadilan.

Kalau kita diperintahkan untuk menegakkan timbangan atau bermuamalah secara adil, dan untuk ini dibutuhkan emas atau perak – maka pastilah Allah menyediakannya secara cukup di muka bumi.

Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), sampai akhir tahun lalu tersedia sekitar 170,000 ton emas di seluruh permukaan bumi (cadangan di dalam bumi belum dihitung). Lebih dari separuhnya untuk perhiasan (51%), sedangkan yang dipakai sebagai cadangan di bank-bank sentral seluruh dunia hanya 18 % hampir sama dengan jumlah emas untuk investasi yang sampai 17 %.

Data lain dari Gold Sheet Link menunjukkan bahwa selama sekitar 170 tahun terakhir trend ketersediaan emas di permukaan bumi meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk bumi. Bahkan ketersediaan emas per kapita dunia cenderung naik dari 0.50 ounces/ kapita pertengahan abad 19 ; menjadi sekitar 0.75 ounces/kapita dasawarsa ini.

Data-data tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa emas sangatlah cukup untuk digunakan sebagai alat bermuamalah atau uang yang adil bagi seluruh penduduk bumi kapanpun dan dimanapun. Hanya keserakahan manusia yang membuatnya seolah emas tidak pernah cukup.

Emas hanya akan cukup digunakan sebagai uang yang adil apabila kondisi masyarakatnya mematuhi aturan penggunaan emas ini secara menyeluruh. Dimana aturan ini adanya ? Hanya syariat Islam-lah yang memiliki aturan sangat rinci mengenai penggunaan emas ini; coba perhatikan contoh-contoh berikut :

1. Kaum lelaki dalam Islam dilarang menggunakan perhiasan emas; dari grafik diatas menujukkan bahwa emas yang digunakan sebagai perhiasan saat ini sudah 51 % dari seluruh emas yang ada. Pelarangan laki-laki menggunakan emas sebagi perhiasan akan berdampak berkurangnya proporsi emas perhiasan, dan menyisakan lebih banyak emas untuk uang.
2. Pelarangan emas digunakan untuk tempat makan minum, juga akan membuat emas lebih banyak tersedia sebagai uang.
3. Larangan disertai ancaman yang sangat berat adalah menimbun emas dan perak. Karena kalau emas ditimbun, maka berapapun adanya di permukaan bumi tidak akan pernah cukup.
4. Larangan terberat adalah Riba – sampai sampai Allah dan Rasulnya mendeklarasikan perang terhadap pelakunya. Iming-iming riba akan menghilangkan emas yang digunakan sebagai alat muamalah yang adil yang dibutuhkan masyarakat.
5. Perintah agar harta selalu berputar (Al Hasyr :7) adalah kuncinya; kalau emas ini bisa benar-benar berputar (karena tidak ditimbun dan tidak juga di-riba-kan) -maka jumlah tidaklah menjadi masyalah. Sedikit yang berputar akan cukup, sebaliknya sebanyak apapun yang ditimbun atau di-riba-kan tidak akan pernah cukup.

Inilah mengapa rezim emas paska Kekhalifahan seperti Bretton Woods gagal dan akan selalu gagal karena hanya menggunakan emas sebagai standar tidak akan pernah cukup memenuhi keserakahan manusia.

Emas hanya cukup apabila syariat yang mengaturnya ditegakkan; dan hanya Islam yang memiliki syariat ini. Jadi sesungguhnya hanya Islam yang memiliki solusi komprehensif untuk mengatasi gunjang-ganjingnya keuangan dunia saat ini.

Ini pekerjaan besar sekali dan bisa jadi akan memakan waktu yang panjang – diluar batas usia kita; namun pekerjaan ini harus dimulai. Mulai dari diri kita, dengan apa yang kita bisa. Wallahu A’lam

14 Mei 2009

Dinar, Dollar dan US $ Index ...


PDF Print E-mail


Dinar since 2000

Pada tulisan saya kemarin, saya menyajikan kinerja harga Dinar dalam Rupiah disandingkan dengan harga emas dunia dalam US$ /oz dan juga US$ Index. Dalam jangka pendek satu sampai lima bulan sejak awal tahun ini, grafik keduanya menunjukkan gerakan harga Dinar dalam Rupiah yang sejalan dengan gerakan US$ Index.

Agar informasi yang saya sajikan tersebut lebih komplit, maka kali ini saya sajikan grafiknya dalam tempo yang lebih panjang yaitu sejak awal 2000 lalu. Dari grafik disamping Anda sekarang bisa lihat, bahwa dalam jangka yang lebih panjang –Harga Dinar (dalam Rupiah) cenderung konsisten berjalan seiring dengan harga emas dunia dalam US$ - yang berlawanan arah dengan pergerakan US$ Index.

Artinya apa ini ?

Fenomena yang seharusnya Rupiah memiliki daya beli yang menguat pada saat pembandingnya (US$) melemah, ternyata hanya bisa bertahan dalam periode yang pendek. Dalam jangka panjangnya daya beli Rupiah (paling tidak bila diukur dengan daya belinya terhadap emas) cenderung sejalan dengan menguat atau melemahnya daya beli US$.

Lantas akan kemana arah US$ kedepan ?

Tidak ada yang bisa mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi kedepan, hanya saja kalau kita lihat trend yang ada dalam dasawarsa terakhir seperti yang ditunjukkan oleh grafik diatas – rasanya sulit untuk membayangkan tiba-tiba trend berbalik arah. Artinya saya cenderung berpendapat bahwa trend yang ada sekarang akan terus demikian, mungkin ada koreksi-koreksi jangka pendek tetapi tidak akan merubah arah trend jangka panjangnya.

Hal ini juga ditunjang dengan perilaku otoritas moneter dunia yang mencetak uang kertas seenaknya selama krisis berlangsung lebih dari setahun terakhir. Kedua adalah perlahan tetapi pasti negara-negara seperti China mulai mengurangi ketergantungannya pada US$. Mereka mulai pinter untuk tidak tertipu dengan keperkasaan US$ sesaat.

Dari grafik tersebut diatas – kita juga bisa tahu bahwa tanpa krisis-pun US$ menurun daya belinya selama dasawarsa terakhir; bagaimana mungkin dalam krisis atau setelahnya dia akan meningkat daya belinya ? Wa Allahu A’lam.

Bagaimana Mendeteksi Keaslian Kadar dan Berat Dinar ?


Pada dasarnya sulit sekali untuk memalsukan koin Dinar. Banyak kendala yang dihadapi oleh pemalsu untuk merealisasikan niat jahat mereka. Beberapa kendala yang dapat disebutkan adalah antara lain kendala desain cetak, dimensi/ukuran koin Dinar, berat koin dan nilai jual saat dilepas ke pasar. Karena adanya kendala-kendala tersebut diatas maka pemalsu koin Dinar hanya mampu memalsukan koin emas yang sudah langka saja dimana baik desain, ukuran maupun beratnya sudah tidak lagi diketahui standarnya oleh masyarakat umum.

Koin Dinar emas produksi PT Antam Tbk adalah produk yang sudah terstandar dalam desain, ukuran dan beratnya. Namun bagi pemilik Dinar emas yang ingin lebih dekat mengenal koin miliknya, berikut beberapa cara sederhana yang dapat digunakan :

1. Orang-orang jaman dahulu menggigit koin emas untuk mengecek keasliannya, karena seperti diketahui emas adalah logam mulia yang bersifat lunak. Cara ini sangat tidak dianjurkan karena selain tidak akurat dan akan merusak desain koin juga akan merusak gigi.

2. Perhatikan desain koin dinar emas. Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk melihat lebih detail. Pada bagian depan koin yaitu bagian yang ada tulisan dalam huruf latin “Logam Mulia Indonesia”, terdapat tulisan setengah lingkaran dalam bentuk tulisan “arab gundul” dan dibaca “Logam Mulia Indonesia”. Di samping menara sebelah kiri adalah tulisan “4,25 g” yaitu berat koin dinar emas sedangkan di samping menara sebelah kanan adalah tulisan “ Au 917” dimana Au (Aurum) adalah simbol kimia untuk logam mulia emas sedangkan 917 (22 karat) adalah kadar emas yang terdapat dalam koin. Simbol kimia untuk logam mulia perak adalah Ag (Argentum). Pada koin dinar emas PT Antam, perak menjadi campuran bahan dasar koin sebanyak 8,3 % sehingga koin dinar lebih berwarna cerah. Sebagai informasi tambahan, XAU adalah simbol harga untuk emas, XAG adalah simbol harga untuk perak sebagaimana IDR adalah simbol harga untuk Rupiah Indonesia dan USD adalah simbol harga untuk Dollar Amerika. Selanjutnya, disain bagian belakang koin terdapat tulisan dua kalimat syahadat dalam bentuk melingkari koin dengan corak kaligrafi “Diwani”. Diwani adalah salah satu dari 8 gaya penulisan kaligrafi populer dimana tujuh lainnya adalah Kufi, Tsuluts, Nashki, Riq'ah, Ijazah (Raihani), Diwani Jali dan Farisi.

3. Seperti telah disebutkan diatas, koin dinar emas terbuat dari campuran antara emas dengan perak dengan komposisi kadar emas sebesar 91,7 % dan perak sebesar 8,3%. Emas memiliki tingkat kepadatan (density) yang tinggi yaitu untuk satu meter kubik emas akan memiliki berat 19.300 kg (19,3 ton) bandingkan dengan satu meter kubik besi hanya akan mempunyai berat 7.874 kg. Untuk satu meter kubik perak akan memiliki berat 10.490 kg. Dengan tingkat kepadatan emas dan perak yang demikian tinggi maka campuran antara emas sebanyak 91,7% dengan perak sebanyak 8,3% akan selalu menghasilkan berat 4,25 gr. Saya menggunakan timbangan digital dengan tingkat akurasi 0.01 gr untuk menimbang semua koin dinar emas yang saya beli maupun yang saya jual.

4. Koin dinar emas produksi PT Antam Tbk memiliki diameter lingkaran sebesar 23 mm. Dengan menggunakan jangka sorong (sigmat / vernier caliper) semua koin dinar emas yang saya beli memiliki ukuran diameter lingkaran 23 mm dan ketebalan 1 mm.

5. Sebuah koin berbentuk lingkaran dengan kombinasi ukuran diameter lingkaran 23 mm, tingkat ketebalan 1 mm dan memiliki berat 4,25 gr hanya dapat dihasilkan jika logam yang menjadi bahan dasarnya adalah terdiri dari emas 91,7% dan perak 8,3%. Kombinasi tiga variabel tersebut merupakan kombinasi yang tidak dapat dipisahkan dalam membuat koin dinar emas. Bila terbuat dari jenis logam yang lain, besi misalnya, dengan bentuk lingkaran berdiameter 23 mm dan berat 4,25 gr akan memiliki ketebalan lebih dari 1 mm. Bila dibuat dalam bentuk lingkaran berdiameter 23 mm dan tingkat ketebalan 1 mm maka beratnya tidak akan mencapai 4,25 gr. Demikian juga bila dibuat dengan tingkat ketebalan 1 mm dan berat 4,25 gr maka diameternya pasti akan lebih dari 23 mm.

6. Ada logam lain yang memiliki tingkat kepadatan mendekati tingkat kepadatan emas yaitu platinum. Tingkat kepadatan platinum adalah untuk setiap 1 meter kubik platinum memiliki berat 21.450 kg ( emas = 19.300 kg ). Namun karena harga platinum jauh diatas harga emas, maka memalsukan koin dinar emas dengan bahan dasar platinum secara ekonomis tidak masuk akal. Mau dijual di pasar dengan harga berapa ?

7. Jadi, hanya dengan menggunakan kaca pembesar, jangka sorong dan timbangan digital dengan tingkat akurasi 0,01 gr, siapapun dapat dengan mudah menetukan keaslian desain dan kebenaran kadar emas dari dinar emas produksi PT Antam Tbk.

Perlu diketahui bahwa pengetesan sederhana yang saya lakukan terhadap koin dinar emas yang saya jual maupun beli adalah pengetesan lapis ketiga. Pengetesan lapis pertama dilakukan oleh PT Antam Tbk sendiri sedangkan lapis kedua dilakukan oleh Gerai Dinar dengan menggunakan alat canggih yang dapat dengan cepat mengetahui kebenaran kadar emas tidak hanya dalam bentuk koin dinar tetapi juga dalam bentuk emas batangan dan emas perhiasan. {Sumber : Prospek Dinar}

13 Mei 2009

Geliat Emas/Dinar di Musim Harga Rendah ...


PDF Print E-mail


Dalam tulisan saya tanggal 31 Maret lalu dengan judul Musim Membeli Emas/Dinar saya membuat prediksi berdasarkan statistik lima tahun terakhir bahwa harga emas dunia akan cenderung rendah sampai akhir bulan September mendatang.

Tulisan kali ini meng-update tulisan sebelumnya – khususnya dalam hal perkembangan harga emas dunia sebulan terakhir. Dengan memperhatikan grafik disamping, bisa jadi musim ‘kemarau’ harga emas rendah ini berlangsung lebih cepat dari perkiraan saya.

Per pagi ini harga emas dunia mengalami kenaikan 5.06 % dalam tiga puluh hari terakhir. Penyebabnya adalah US$ yang cenderung melemah seperti yang tergambar dalam latar belakang grafik. Kaitan tentang naiknya harga emas dunia bila US$ melemah ini dapat dilihat di tulisan saya dengan judul Mengenal Gold Dinar Quadrant.

Untungnya kali ini Rupiah berberak kearah yang benar yaitu menguat, sehingga kita yang di Indonesia dapat menikmati harga emas –berarti juga harga Dinar – yang lebih rendah dibandingkan sebulan yang lalu. Per pagi ini harga Dinar di GeraiDinar.Com mengalami penurunan 3.03% dibandingkan dengan harga sebulan yang lalu.

Pertanyaannya adalah kearah mana harga emas dunia akan bergerak dalam beberapa bulan kedepan ?.


Dari grafik 1 bulan diatas dan juga grafik 5 bulan terakhir disamping, nampaknya arah US$ akan cenderung melemah – yang dicerminkan oleh menurunnya US$ Index. Artinya harga emas dunia dalam US$ akan cenderung naik lebih cepat dari perkiraan saya semula.

Bagimana dengan harga Dinar dalam Rupiah ?.

Sangat tergantung dengan kekuatan Rupiah ini sendiri. Yang cukup significant akan mempengaruhi harga Rupiah dalam bulan-bulan mendatang adalah situasi politik dalam negeri khususnya terkait dengan pemilu presiden.


Bila semua berjalan lancar dan pasar gembira dengan hasilnya, maka Rupiah kemungkinan besar akan menguat – dan penguatan ini dapat meng-offset kenaikan harga emas dunia dalam Dollar. Artinya harga Dinar berpeluang turun, bila pemilu presiden berjalan lancar.

Sebaliknya bila ada masalah dalam pemilu, atau hasilnya tidak di respon positif oleh pasar, maka Rupiah akan kembali melemah. Bila ini terjadi bersamaan dengan melemahnya US$ maka Dinar akan berada di Quadrant III ,artinya harga akan naik.

Sekali lagi ini hanya prediksi statistik dan saya bisa saja keliru. Wa Allahu A’lam.

11 Mei 2009

Extinction Level Event : Teori Kepunahan Bank-Bank Besar Amerika ...

by Muhaimin Iqbal

Extinction Level Event (ELE) adalah istilah untuk kejadian atau musibah yang sangat besar yang memusnahkan mayoritas penduduk bumi. Contoh fiksinya ada di cuplikan film Deep Impact yang Anda dapat saksikan dengan klik disini

Yang menarik adalah istilah Extinction ini mulai digunakan untuk menggambarkan kondisi bank-bank raksasa Amerika saat ini. Yang menggunakan istilah ini pun tidak tanggung-tanggung, televisi bisnis paling kesohor di dunia yaitu CNBC dalam head line berita dengan judul “Big US Banks May Be Headed For Extinction—And Soon” Sabtu kemarin.

Banyak teori tentang kepunahan bank-bank besar Amerika ini; diantaranya adalah mereka menjadi terlalu besar sehingga pihak otoritas-pun tidak bisa mengaturnya. Karena sangat besar tetapi tidak bisa diatur, maka ketika terjadi malpraktek dampaknya akan menyeret kehancuran bank-bank maupun berbagai institusi keuangan lainnya. Keterpaksaan pemerintah untuk mem-bailout beberapa institusi keuangan raksasa Amerika baru-baru ini adalah bentuk nyata dari situasi ketidak berdayaan pemerintah menghadapi institusi-institusi raksasa tersebut.

Rangkaian bailout yang dilakukan pemerintah Amerika tersebut-pun jauh hari sudah diingatkan bahayanya oleh dua orang yang competent dibidangnya yaitu Minneapolis Federal Reserve President Gary Stern dan Sr VP Ron Feldman dalam buku yang berjudul “TOO BIG TO FAIL: THE HAZARDS OF BANK BAILOUTS” (2004). Menurut mereka tindakan pemerintah melakukan bailout terhadap bank-bank yang gagal justru akan mendorong perilaku masyarakat untuk berani mengambil risiko yang seharusnya tidak diambil.

Konsekwensi dari teori ini adalah pasca bailout risiko perbankan di Amerika justru meningkat bukan sebaliknya– karena di benak masyarakat toh akan ada pemerintah yang akan bailout bila terjadi sesuatu.

Dari beberapa faktor tersebut, maka menurut para pelaku pasar mereka sendiri kepunahan bank-bank besar Amerika adalah suatu keniscayaan – yang belum pasti tinggal waktunya. Ada yang berpendapat kepunahan ini akan terjadi dalam beberapa bulan kedepan (pendapat George Ball, Chairman dari Sanders Morris Harris Group), namun juga ada yang berpendapat akan terjadi dalam lima tahun kedepan (Pendapat Paul J Miller, bank Analyst dari FBR Capita Markets).

Karena kepastian akan kepunahan ini, istilah kesombongan mereka selama ini Too Big To Fail atau Terlalu Besar Untuk Gagal kini telah menjadi sindiran Too Big To Exist atau Terlalu Besar Unuk Tetap Ada.

Saya sendiri sangat percaya akan kepunahan bank-bank besar ini karena sudah diberitakan ke kita sejak lebih dari 1400 tahun lalu : “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS 2 : 276)

Bahkan bukan hanya bank-bank besar, berdasarkan ayat tersebut diatas – maka bank-bank kecilpun yang masih menggunakan system ribawi pasti akan musnah.

Kalau bank-bank besar (dan kecil) Amerika punah dan secara systemic akan menular secara cepat ke sistem sejenis di seluruh dunia, lantas sistem keuangan apa yang akan selamat ?. Tentu system keuangan yang berjalan menurut syariahNya yang akan selamat.

Konkritnya seperti apa ?, saya menjagokan Baitul Mal Wat Tamwil atau BMT sebagai cikal bakal system keuangan masa depan – sebagai pengganti system ribawi yang sekarang.

Dalam rangka untuk ikut menyiapkan sistem alternatif ini maka Insyallah dalam satu bulan kedepan model BMT masa depan kita akan siap secara penuh beroperasi. Di BMT model ini selain masyarakat bisa ber-investasi, kita juga akan adakan berbagai pelatihan , pengembangan dan lain sebagainya yang terkait dengan produk-produk keuangan Islami . Insyaallah

08 Mei 2009

Dinar Sebagai Investasi dan Proteksi Nilai ...


Fokus saya memperkenalkan Dinar di situs ini memang belum sebagai uang dalam arti sempit yaitu sebagai alat tukar saja. Namun fungsi uang dalam arti luas sudah dengan amat sangat baik dapat diperankan oleh Dinar ini.

Dari tiga fungsi uang dalam arti luas yaitu sebagai alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan ( unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value), setidaknya saat inipun Dinar sudah dapat memerankan dengan sangat baik dua dari tiga fungsi tersebut yaitu sebagai unit of account maupun store of value.

Karena belum berfungsinya satu dari tiga fungsi uang tersebutlah, maka Gerai Dinar (dan ini juga sejalan dengan kedudukan emas/Dinar dalam hukum Indonesia), memperkenalkan Dinar sebagai instrumen Investasi dan Proteksi/Pelindung Nilai.

Kelak Insya Allah setelah Dinar menyebar, seperti prediksi ‘dewa’-nya futurolog barat John Naisbitt orang akan dengan sendirinya menggunakan Dinar sebagai uang dalam arti sesungguhnya.

Dalam kaitan dengan investasi, memang banyak sekali instrumen investasi di pasar, mulai dari deposito, reksadana , SBI, saham dan lain-lain sejenisnya. Menurut hemat saya, instrumen-instrumen investasi tersebut hanya sebagi investasi – tidak menjadi proteksi nilai.

Ambil contoh misalnya, bisa saja uang kita memberikan bagi hasil 6 %/tahun di Deposito, atau nilai saham kita mengalami kenaikan nilai diatas 20 %/tahun - kemudian terjadi krisis moneter seperti tahun 1997/1998 dimana Rupiah nilainya tinggal seperempatnya – lantas apa artinya hasil yang 6 % atau kenaikan yang 20 % dalam nilai uang kertas tersebut dibandingkan dengan penyusutan nilai uang kertas yang tinggal ¼ nya ?

Disinilah alasannya mengapa investasi Anda yang dinilai dalam mata uang kertas (Rupiah, US$ ataupun mata uang kertas lainnya) tidak memiliki proteksi terhadap kehancuran nilai uang kertas – atau kadang ‘penghancuran nilai’ karena ada pihak-pihak yang sengaja melakukannya.

Sebaliknya dengan Dinar; fungsi Proteksi Nilai tersebut berjalan dengan sangat baik seperti ketika krisis moneter 1997/1998 uang Rupiah tinggal ¼ nilainya ; Dinar secara otomatis menyesuaikan nilainya ke nilai pasar internasional yang wajar saat itu. Sebelum krisis harga emas di kisaran Rp 25,000/ gram, di puncak krisis harga ini mencapai Rp 160,000/gram. Sebelum krisis Dinar nilainya setara sekitar Rp 100,000,-/Dinar pada puncak krisis nilai Dinar saat itu mencapai Rp 626,000/Dinar. Selain sebagai proteksi nilai yang sangat efektif, sebagai investasi, Dinar juga terbukti memberikan hasil rata-rata sekitar 30 % pertahun dalam statistik selama 40 tahun terakhir.

Jadi mau Investasi yang hasilnya rendah dan tidak memiliki Proteksi Nilai, atau mau Investasi yang hasilnya tinggi dan terproteksi pula nilainya ? Kalau jawaban Anda adalah yang kedua ...Dinarlah jawabannya.

Sesungguhnya ada investasi yang lebih baik dari Dinar yaitu bisnis sektor riil yang dijalankan dengan baik. Maka meskipun kita semangat memperkenalkan Dinar, kita harus lebih bersemangat lagi memperkenalkan investasi di sektor riil.

Ada lagi yang jauh lebih baik... yaitu sedeqah yang ikhlas yang balasannya bisa mencapai lebih dari 700 kali....

Maknanya adalah dalam semangat kita berinvestasi – membangun kekuatan ekonomi umat – kita harus juga sangat mementingkan infaq, sedeqah , wakaf dan zakat tentunya. Sebab dari harta yang kita miliki, ada yang bukan hak kita.

Secara keseluruhan inilah yang kita maksud dengan Investasi dan Proteksi Nilai dalam arti luas – mencakup dimensi dunia dan akhirat – yang kita perkenalkan dalam gerakan Dinar ini. Wallahu A’lam.

07 Mei 2009

Semoga Keperkasaan (Rupiah) Janganlah Cepat Berlalu ...

Written by Muhaimin Iqbal

Bila mengamati perkembangan nilai tukar Rupiah sebulan terakhir, gembira rasanya hati ini karena Rupiah menguat cukup significant. Dikala US$ melemah hampir 5 %, Rupiah mampu menguat di kisaran 4 %. Artinya Rupiah bisa tampil seharusnya, bila pembandingnya melemah – ia menguat. Hal yang sudah seharusnya memang, tetapi kadang hal ini tidak terjadi. Penguatan Rupiah ini tidak terlepas dari perkembangan politik pasca pemilu legislatif yang relatif kondusif, disamping perkembangan perekonomian global secara umum yang mulai menampakkan sinyal-sinyal pemulihan.

Penguatan Rupiah adalah baik bagi mayoritas kita karena penghasilan rata-rata kita dalam Rupiah. Untuk membeli emas/Dinar-pun kita akan lebih mampu karena uang kita lagi relatif perkasa meskipun belum seperkasa tahun lalu ketika krisis belum mencuat.

Tentu kita semua berharap trend penguatan Rupiah ini dapat berlangsung terus lebih lama, sehingga daya beli uang hasil jerih payah kita dapat bener-bener berarti. Potensi kearah ini ada, bila pemerintah bersungguh-sungguh ingin memperbaiki kinerjanya secara riil – bukan hanya untuk jaga image menjelang pemilu presiden semata.

Sinyalemen yang terakhir ini bukan tanpa alasan dan mulai juga dirasakan oleh kalangan pengusaha. Dikala Rupiah menguat dan likuiditas pemerintah lagi baik-baiknya – ternyata kalangan pengusaha masih menjerit karena bunga kredit perbank-kan masih tinggi – sehingga akses terhadap modal bagi pengusaha masih tetap sulit.

Inilah problem dengan ekonomi Ribawi, pemerintah bisa menjadi pesaing dunia usaha dalam memperebutkan likuiditas. Likuditas di pasar yang seharusnya menggerakkan sektor riil kini tersedot oleh SBI, berbagai obligasi pemerintah dan Sukuk. Yang terakhir ini saja yang mungkin bisa baik kalau porsinya mulai significant.

Bayangkan kalau Anda duduk sebagai eksekutif perbankan atau lembaga yang mengelola dana lainnya. Dengan investasi-investasi yang ‘tanpa risiko’ saja seperti SBI, Obligasi dan Sukuk Anda bisa berkinerja lumayan – ngapain harus cape-cape dan berisiko pula mendanai projek-projek sektor riil yang hasilnya belum pasti ?

Bila sikap ini meluas dan berlangsung lama seperti yang terjadi selama ini, maka sektor riil tidak bergerak. Lapangan kerja tidak bertambah padahal angkatan kerja bertambah, artinya pengangguran meningkat. Produk barang dan jasa tidak bertambah padahal jumlah penduduk meningkat, artinya harga barang dan jasa juga naik. Inilah lingkaran setan yang menyengsarakan umat dalam system keuangan ribawi.

Memakmurkan negeri menurut Islam sebenarnya sederhana saja; tinggalkan Riba – maka likuiditas akan mengalir ke sektor riil. Bila banyak dana yang mengalir ke sektor riil maka lapangan kerja akan meningkat, produksi barang dan jasa juga meningkat – rakyat akan makmur. Ketika produksi dalam negeri mencukupi kebutuhan kita sendiri, ketergantungan terhadap produk-produk impor akan turun dengan sendirinya. Karenanya kebutuhan Dollar atau mata uang asing lainnya akan menurun –otomatis Rupiah akan menguat secara lebih lama.

Jadi kalau ingin mempertahankan daya beli Rupiah-pun kuncinya tetap harus semaksimal mungkin negeri ini meninggalkan Riba ! Wa Allahu A’lam.

06 Mei 2009

Haruskah Dinar Berupa Koin .. ?

by Muhaimin Iqbal

Dari sekian banyak sumber yang coba saya gali, satu-satunya dalil kuat yang mengatur tentang Dinar adalah mengatur tentang beratnya – yaitu apabila dipertukarkan sama jenis (emas dengan emas) haruslah sama beratnya.

Haditsnya adalah Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama jumlahnya dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”

Dari tulisan sebelumnya kita ketahui bahwa dunia Islam baru mencetak dan menggunakan Dinar-nya sendiri sekitar tahun 75 H-76 H. Bisa dibayangkan saat itu betapa sulitnya mencetak Dinar dengan baik, lihat Dinar Islam diawal-awal pencetakannya seperti gambar diatas. Kalau dilihat bentuknya, tidak bisa dikatakan standar bukan ?

Lebih jauh lagi semasa Rasulullah SAW hidup, Islam belum mencetak Dinarnya sendiri. Kurang lebih Dinar Romawi yang dipakai zaman itu dapat dilihat di gambar dibawah, Dinar inilah yang kemungkinan besar juga dipakai dalam perdagangan di dunia Islam saat itu. Jadi sekali lagi, bentuk atau tulisan yang ada di Dinar tersebut nampaknya memang tidak diatur secara khusus dalam Islam.

Dengan pengaturan Dinar yang khusus pada berat dan tidak mengatur karat maupun bentuk, sesungguhnya mengandung banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi umat Islam sampai akhir zaman untuk dapat tetap menggunakan Dinar emas Islam sebagai timbangan yang adil dalam muamalah dengan cara yang paling praktis sesuai dengan zamannya.

Bayangkan kalau misalnya dipersyaratkan harus berupa koin; maka bagaimana kita bisa melakukan transaksi pembelian barang seharga 0.8501 Dinar misalnya ? Juga kalau kita mendanai pembelian Jumbo jet A 380 seharga 2.5 juta Dinar ? Yang pertama problem pencetakan Dinar dalam pecahan kecil-kecil, yang kedua ketidak praktisan mencetak 10.6 ton Emas menjadi koin Dinar.

Sebaliknya dengan fokus hanya mengatur beratnya bahwa 1 Dinar adalah 1 mithqal emas yang setara dengan 4.25 gram emas, maka penggunaan Dinar bisa menjadi sangat fleksibel di zaman modern ini sekalipun. Transaksi pertama dalam contoh diatas 0.8501 Dinar maupun transaksi kedua 2.5 juta Dinar keduanya bisa dikelola secara efisien dengan teknologi e-Dinar, m-Dinar, egold, Goldmoney dan lain sebagainya.

Dalam seluruh system transaksi Dinar atau emas berbasis teknologi tersebut diatas, stok Dinar tidak harus dalam bentuk koin yang tercetak Dinar – melainkan stok emas lantakan yang memiliki berat yang sama. Meskipun permintaaan fisik koin tetap dimungkinkan.

Dr. Wahbah Al-Zuhayli dalam kitabnya yang banyak sekali jadi rujukan para ekonom syariah Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, menguraikan tentang keharusan kesamaan berat dan kebebasan bentuk cetakan ini sebagai berikut :

“Bila uang ditukar dengan uang yang sama jenisnya (mis: emas dengan emas), maka keduanya harus memiliki sama berat, bahkan bila keduanya memiliki perbedaan kwalitas (kadar) maupun kwalitas cetakan. Ini mengikuti hadits tersebut diatas ‘Emas dengan emas dalam jumlah yang sama…’. Jadi jumlah emas (diukur dengan berat) adalah satu-satunya pertimbangan…”. (Vol I. Bab 8 hal 282)

Penafsiran tersebut diatas akan memudahkan aplikasi Dinar dalam kehidupan sehari-hari kita kedepan. Meskipun kita akan selalu berusaha mencetak koin Dinar sebanyak-banyaknya dengan mitra kita Logam Mulia, kalau kebutuhan masyarakat melebihi dari kemampuan Logam Mulia mencetaknya – maka account Dinar yang di-backup 100 % dengan emas lantakan seperti contoh tersebut diatas juga dapat menjadi solusi.

Bagaimana kalau pemilik account menghendaki Dinarnya secara fisik ? tentu pengelola account harus memberikannya secara fisik – hanya kalau karena fisik koinnya tidak bisa dicetak karena terbatasnya kemampuan pencetak koin (di Indonesia hanya Logam Mulia), maka berdasarkan penafsiran hadits oleh Dr. Wahbah Zuhayli tersebut dapat pula diberi emas seberat Dinar yang mau diambil fisiknya tersebut.

Bagaimana dengan kadarnya ? kalau tidak bisa memperoleh kadar yang pas sama (22 karat) kadarnya bisa dilebihi (24 karat – karena emas lantakan umumnya 24 karat) sehingga tidak merugikan yang berhak menerima. Penerima tidak boleh diberi emas yang beratnya kurang, walaupun kadarnya lebih. Wa Allahu A’lam.

04 Mei 2009

Mengenal Gold Dinar Quadrant



Harga Dinar yang sekarang Rp 1.35 jutaan memang cukup rendah untuk harga Dinar dalam Rupiah dalam beberapa bulan ini, bahkan Februari lalu yang sekitar 1,58 jutaan. Penyebab utamanya ada dua; yang pertama adalah cukup kuatnya Rupiah dan yang kedua dalam nilai US$ emas dunia memang sedang turun.

Untuk membantu memahami pengaruh naik turunnya US$ dan Rupiah terhadap harga emas di pasaran lokal yang berarti juga harga Dinar yang kita jual; saya menggunakan alat sederhana yang saya sebut sebagai Gold Dinar Quadrant seperti pada illustrasi disamping.

Quadrant pertama akan terjadi apabila Rupiah dan US$ menguat secara bersama-sama; maka harga emas lokal dan Dinar akan turun. Quadrant pertama ini kecil kemungkinannya terjadi karena perilaku Rupiah selama ini cenderung melemah ketika US$ menguat.

Quadrant kedua akan terjadi pada saat Rupiah menguat bersamaan dengan melemahnya US$; ini bisa terjadi pada saat kondisi ekonomi kita normal. Apabila ini terjadi emas dan Dinar berpeluang naik ataupun turun tergantung mana yang lebih kuat dorongannya antara penurunan US$ atau kenaikan Rupiah.

Quadrant ketiga terjadi ketika Rupiah melemah dan pada waktu yang bersamaan US$ juga melemah, maka emas atau Dinar akan naik. Quadrant ketiga ini mungkin terjadi apabila krisis finansial global yang kita alami sekarang berlarut-larut.

Quadrant keempat adalah ketika Rupiah melemah ditengah –‘kuat’-nya US$. Emas dan Dinar bisa naik ataupun turun tergantung mana yang lebih besar penurunan Rupiah atau kenaikan US$-nya.

Tentu faktor Rupiah dan US$ ini hanyalah dua dari sekian banyak faktor-faktor lainnya. Kenaikan harga emas dunia yang significant banyak didorong oleh pesimisme pasar terhadap ekonomi Amerika yang lagi terguncang.

Seorang pelaku pasar Hugh Hendry, chief investment officer pada hedge fund Eclectica Asset Management misalnya memprediksikan bahwa seluruh industri keuangan Amerika akan terpaksa diambil alih oleh pemerintahnya atau di nasionalisasi. Prediksi yang disiarkan oleh CNBC tersebut tentu sebagian mewakili atau setidaknya berpengaruh terhadap persepsi pasar pada umumnya.

Pelaku pasar lainnya Peter Schiff, president of Euro Pacific Capital menggambarkan attitude terhadap US$ saat ini secara lebih akurat namun dramatis; beliau mengibaratkan saat ini ada bom nuklir raksasa yang siap meledak di AS (yaitu US$)– namun semua orang saat ini berlarian mendekat; apa yang terjadi ketika mereka nantinya sadar bahwa yang mereka kejar adalah bom nuklir raksasa…?; semuanya akan lari tunggang-langgang menghindarinya – inilah yang akan terjadi terhadap US$ menurut versi Schiff yang selalu kritis terhadap perkembangan US$ ini.

Nah, kita jangan ikut berlarian mengejar US$. justru sebaliknya saat ini yang harus kita lakukan adalah menjauh sejauh mungkin dari US$ dan menyelamatkan aset kita ke Dinar yang terbukti aman dan kebal krisis. Wallahu A’lam.

02 Mei 2009

Mencermati Naik Turunnya Emas dalam 40 Tahun Terakhir ..

Banyak sekali orang berinvestasi hanya mengikuti trend sesaat, …manut grubyug istilah jawanya. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

Trend sesaat, apalagi berita di koran sering sekali misleading terhadap pembacanya. Bahkan oleh koran keuangan dunia sekaliber Financial Times sekalipun. Koran hanya menulis apa yang dipandang up-to-date dan menarik bagi pembaca saat itu, belum tentu yang terbaik dalam konteks kebutuhan investasi kita.

Financial Times misalnya, pada tahun 2004 menulis editorial dengan judul The Death of Gold – maka banyak orang terpengaruh ; tetapi kemudian tanggal 05/1/09 mereka mempublikasikan tulisan yang 180 Derajat berlawanan dengan judul “ There is Only One Alternative To The Dollar” – apalagi kalau bukan emas ?.

Bayangkan hanya dalam rentang kurang dari 5 tahun, koran yang sama bisa berbalik arah 180 derajat. Padahal untuk kepentingan investasi, horizon kita harus panjang – sepuluh, dua puluh bahkan lebih dari 40 tahun.

Mengapa demikian ? Kebanyakan kita mulai bekerja awal usia 20-an tahun, akan pensiun pertengahan 50-an tahun, artinya usia produktif ini sudah 30 tahun. Ekspektasi hidup orang Indonesia adalah sampai 71 tahun, berarti hasil kerja keras kita diharapkan bisa dinikmati sampai sekitar 16 tahun setelah pensiun. Kalau dihitung dari awal kita bekerja (mulainya kita membayar dana pensiun) – maka rentang waktu antara mulai menabung sampai terakhir menikmatinya bisa sampai 46 tahun !

Untuk emas, misalnya kita bisa lihat kinerjanya 40 tahun terakhir dalam grafik diatas. Para penentang investasi emas, biasanya menggunakan periode bearish 1980-2000 (20 tahun) sebagai argument-nya. Bahwa Emas bisa berpuluh tahun bearish atau menunjukkan trend yang menurun.

Sebaliknya para pendukung investasi emas, menggunakan periode bullish 2001-2008 sebagai argument. Bahwa hanya dalam waktu kurang dari separuhnya (8 tahun), seluruh penurunan yang terjadi di masa bearish sudah lebih dari ter-recover.

Keduanya benar karena keduanya menunjukkan fakta statistik; hanya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi kedepan kita butuh lebih dari sekedar angka-angka statistik. Kita butuh informasi apa yang sebenarnya terjadi dibalik periode bearish atau bullish tersebut.

Bila dipandang sebagai salah satu produk investasi (demikianlah dunia memandangnya sekarang) – emas bersaing dengan investasi lainnya di dunia seperti deposito, bond dan terutama saham beserta produk-produk turunannya. Ketika orang berburu saham, maka dana untuk investasi di emas otomatis berkurang dan harga emas cenderung jatuh. Inilah yang terjadi selama periode bearish emas 1980-2000.

Sebaliknya ketika orang mulai ragu dengan saham dan produk-produk turunannya, ragu dengan deposito uang kertas, maka orang mencari alternative investasi yang lebih aman – maka emas lah yang paling menjanjikan keamanan investasi ini. Inilah yang terjadi di periode bullish emas sejak 2001 sampai sekarang.

Setelah mengalami gonjang-ganjing investasi tahun lalu yang sampai saat ini belum mereda, kedepan investor akan lebih cerdas dan realistis dalam memilih produk investasi. Perburuan saham secara global tanpa analisa yang cerdas seperti yang terjadi pada masa 1980-2000, lebih besar kemungkinannya untuk tidak terjadi dibandingkan kemungkinannya untuk terjadi.

Masyarakat investor kini sadar bahwa yang mereka buru selama ini adalah pepesan kosong; gelembung yang dengan mudah collapse. Sebagai contoh, grafik disamping menujukkan hal ini. Dow Jones yang naik sampai 14.74 kalinya pada periode bullish-nya saham (berarti bearish-nya emas), ternyata tidak didukung oleh pertumbuhan GDP yang sebanding – peda periode tersebut GDP Amerika hanya tumbuh 1.65 kali saja !. Sangat jelas dari data ini bahwa gelembung (buble) saham seperti yang ditunjukkan oleh the Dow – memang tidak di dukung oleh real economy.

Jadi kalau masyarakat investor dunia masih percaya investasi bubble, maka emas masih bisa saja akan turun…tetapi saya lebih percaya sebaliknya, yaitu masyarakat investor akan lebih cerdas dan lebih hati-hati setelah krisis ini. Artinya harga emas akan cenderung naik seperti yang selama ini kami prediksi. Wallahu A’lam.

01 Mei 2009

Jika Anda Membutuhkan Rupiah ...


Pertanyaan yang paling sering muncul dari masyarakat yang baru mengenal atau membeli Dinar adalah dimana menukarnya kembali ke Rupiah bila dibutuhkan dananya. Berikut adalah jawaban yang hampir selalu saya berikan.

Kita tahu bahwa Dinar adalah emas 22 karat seberat 4.25 gram, yang di Indonesia diproduksi langsung oleh produsen emas paling terpercaya yaitu Unit Bisnis Logam Mulia – PT. Aneka Tambang, Tbk (BUMN). Jadi baik bendanya maupun siapa yang memproduksinya sangat dapat dipercaya.

Sejak ribuan tahun lalu sampai sekarang seluruh peradaban manusia di muka bumi mengakui tingginya nilai emas ini. Beda dengan uang kertas yang hanya berlaku di negara/wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Emas berlaku secara universal dan tidak mengenal istilah kadaluwarsa.

Karena sifatnya yang universal inilah emas/koin emas dahulu dipakai sebagai perbekalan dalam perjalanan perang, pengembaraan, da’wah dan perjalanan menuju negeri yang baru lainnya.

Dewasa inipun koin emas masih digunakan sebagai salah satu perbekalan survival kit bagi pilot tempur negara modern apabila mereka mulai perjalanan on mission -nya. Bekal mereka bukan uang kertas negaranya, melainkan koin emas yang bisa di -‘uang’-kan di manapun mereka mendarat atau tertembak jatuh.

Meskipun sifat koin emas yang universal tadi, tentu ada tempat-tempat terbaik untuk menjualnya. Berikut adalah urut-urutan tempat menjual terbaik apabila Anda membutuhkan uang kertas tunai dari Dinar Anda.

1. Sesama Pengguna, Karena tidak memerlukan biaya operasional, pajak dlsb. maka jual beli Dinar antar sesama pengguna adalah yang paling menguntungkan kedua belah pihak. Penjual dapat menikmati harga yang baik, pembeli pun dapat memperoleh Dinar dengan harga yang baik. Tepatnya berapa ? tergantung kesepakatan diantara keduanya – yang cukup sering terjadi sekitar pertengahan antara harga jual/beli di Gerai Dinar

2. Gerai Dinar dan seluruh jaringan keagenan, Karena secara resmi Gerai Dinar beroperasi dengan Ijin (SIUP) toko emas, maka GeraiDinar terkena peraturan perpajakan untuk toko emas – yaitu pajak netto 2% (pajak keluaran dikurangi pajak masukan). Pajak netto ini ikut menjadi faktor dalam menentukan harga jual dan harga beli Gerai Dinar. Terdapat perbedaan harga 4 % antara harga jual dan harga beli Gerai Dinar, 2 % dipakai untuk alokasi pajak dan 2 % untuk fee Gerai Dinar.

3. Logam Mulia, Bila sesama pengguna dan Gerai Dinar menghargai Dinar sebagai Dinar – termasuk ongkos-ongkos cetak/pengadaan dan unsur pajaknya; tidak demikian dengan Logam Mulia. Sebagai produsen Dinar mereka tentu mau membeli Dinar dari masyarakat kembali, tetapi karena kemungkinan Dinar tersebut akan dilebur kembali menjadi emas – maka ongkos cetak dan pajak yang merupakan komponen pembentuk harga awal Dinar tidak termasuk dalam harga pembelian kembali mereka, sehingga besar kemungkinan Dinar Anda dihargai rendah.

4) Toko/Tukang Emas, Sama halnya dengan Logam Mulia; Toko atau tukang emas akan melihat Dinar sebagai emas biasa. Mereka akan bersedia membeli Dinar Emas karena melihat emasnya bukan karena bentuk Dinarnya. Dengan demikian ongkos pembuatan, pajak dan lain sebagainya tidak menjadi bagian dari perhitungan harga beli mereka.

Dengan urut-urutan tersebut, Insya Allah Anda akan selalu dapat meng‘uang’kan Dinar Anda dimanapun berada. Hanya akan lebih baik harganya apabila Anda meng-‘uang’-kannya ke sesama pengguna, atau kalau tidak ketemu ke Gerai Dinar/Agennya; nggak ketemu juga ke Logam Mulia ---baru alternatif terakhir ke toko atau tukang emas. Sedikit saran dari saya, jika Anda menjual Dinar, gunakan hasil penjualan itu untuk keperluan-keperluan yang dahulu sudah pernah direncanakan, seperti menunaikan ibadah haji, biaya sekolah anak, biaya perbaikan rumah, masa pensiun, dan yang paling penting ... gunakan untuk modal usaha yang produktif. Wallahu A’lam.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.