Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

31 Maret 2009

Musim Membeli Dinar

Meskipun saya sudah berusaha menjawab secara umum kapan waktu yang baik untuk menukar Dinar pada tulisan saya tanggal 21 February 2009 lalu , masih sangat banyak pertanyaan diajukan ke saya terutama dari kalangan pengguna Dinar yang relatif baru. Pertanyaan tersebut adalah apakah sekarang waktu yang baik untuk menukar investasi saya ke Dinar ?, dan berbagai pertanyaan sejenis.

Jawaban saya selalu saya arahkan untuk membaca tulisan saya tersebut diatas; Namun tergelitik juga saya untuk melengkapi tulisan tersebut diatas dengan data-data yang barangkali juga bermanfaat sebagai tambahan bahan pertimbangan.

Data ini saya kumpulkan dari Kitco untuk harga emas selama lima tahun terakhir dan saya kelompokkan berdasarkan empat musim yaitu Musim Semi (Spring); Musim Panas (Summer), Musim Gugur (Fall) dan Musim Dingin (Winter). Musim yang saya pakai adalah musim-musim belahan bumi utara, karena konsentrasi aktifitas pasar emas jauh lebih banyak terjadi di belahan bumi utara dibandingkan dengan selatan.

Kemudian agar bisa dibandingkan secara konsisten dari tahun-tahun yang berbeda, maka saya buat index harga 100 untuk bulan Juni (awal musim panas).



Hasilnya saya sajikan dalam grafik disamping; cukup menarik bukan ?. Perhatikan pada garis rata-rata (average) yang berwarna emas; ternyata memang secara statistik harga emas yang berarti juga Dinar cenderung rendah pada Musim Semi dan Musim Panas. Sebaliknya, harga emas di Musim Gugur cenderung meningkat dan puncaknya di Musim Dingin.

Statistik lima tahun terakhir dalam grafik tersebut menunjukkan angka rata-rata harga emas dunia pada akhir Musim Gugur adalah 10% lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada awal Musim Panas sebelumnya. Pada akhir Musim Dingin, rata-rata ini malah mencapai 20% diatas harga pada awal Musim Panas sebelumnya.

Kebetulan kah angka-angka ini ?; saya tetap berpendapat tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Pada Musim Dingin manusia memiliki kebutuhan lebih setidaknya dalam hal kebutuhan energi, pakaian dan makanan. Karena harga emas merupakan cerminan harga barang-barang yang dibutuhkan manusia, maka ketika kebutuhan akan barang-barang tersebut meningkat – harga naik, maka demikian pula harga emas.

Dari statistik 5 tahun tersebut kita akan lebih mudah memahami apabila hari-hari ini yang bertepatan dengan awal Musim Semi di belahan bumi utara, harga emas dunia akan cenderung rendah. Secara statistik, posisi rendah ini akan bertahan sampai akhir musim panas yaitu September mendatang. Kemudian akhir September sampai Akhir Maret tahun depan, harga emas dunia akan cenderung tinggi. Meskipun demikian sangat perlu dipahami bahwa yang terjadi di pasar bisa saja sangat berbeda dengan statistik, anomali-anomali selalu bisa terjadi oleh berbagai faktor - baik faktor ekonomi, politik, kemanan dan berbagai issue global lainnya.

Perlu juga diketahui bahwa statistik harga yang saya gunakan tersebut adalah harga dalam US Dollar; pola harga emas/Dinar dalam Rupiah bisa berbeda karena fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sulit diprediksi. Wallahu A’lam.

Penggunaan Dinar Saat Ini dan Masa Datang


Telah diuraikan sebelumnya problem yang dihadapai oleh uang kertas, problem tersebut sudah terjadi di berbagai belahan dunia dari berbagai rentang waktu. Kitapun di Indonesia pernah mengalaminya secara pahit di tahun 1965 ketika harus ada pemotongan uang kertas atau Sanering Rupiah, juga di tahun 1997-1998 ketika kita harus kehilangan kedaulatan ekonomi kita dengan menyerah kepada seluruh kemauan IMF.

Disisi lain kita juga menyadari bahwa kembali ke Dinar dan Dirham tidaklah semudah membalik telapak tangan. Meskipun demikian apabila kita memiliki niat yang lurus untuk mencari solusi dari problematika umat zaman ini dengan meneladani Uswatun Hasanah kita Rasulullah SAW, kemudian kita beristiqomah dijalan ini, insya Allah umat ini akan kembali berjaya seperti yang pernah ditunjukkanNya selama 14 abad lamanya mulai dari zaman Kenabian, jaman Khalifah ur- Rasyidin sampai kejatuhan kekalifahan Utsmaniah di Turki 82 tahun lalu (1924).

Ada pelajaran lain yang kita bisa tiru dari sisi semangat dan lurusnya niat, yaitu pengalaman anak-anak kecil di Palestina yang hanya bersenjatakan ketapel dan lemparan batu, mereka menggetarkan tank-tank modern Israel sehingga tidak sedikit diantara tank-tank tersebut harus mundur. Hal ini karena bukanlah mereka yang melempar ketika mereka melempar tetapi Allah-lah yang melempar :

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Anfal 017)

Seperti juga yang dilakukan oleh anak-anak kecil Palestina tersebut , yang kita lakukan ini mungkin juga kecil di mata para ekonom dan ahli moneter, mungkin tidak ada artinya bagi mereka atau bahkan akan menjadi bahan cemoohan, namun dengan niat yang lurus, niat yang ikhlas untuk kembali kepada solusi Islam, maka kita harus yakin Allah pulalah yang meneruskan lemparan batu kecil ini. Berikut adalah lemparan batu kecil berupa langkah-langkah penggunaan Dinar dan Dirham tahap demi tahap dari posisi kita sekarang :

Tahap 1 : Penggunaan Dinar dan Dirham Pada Saat Belum Dikenal Luas dan Belum Diakui Sebagai Uang

Inilah situasi dimana kita mulai memperkenalkan kembali Dinar dan Dirham bagi umat muslimin di Indonesia. Perlu diperkenalkan kembali karena bahkan dikalangan umat Islam sendiri banyak yang belum mengetahui tentang Dinar dan Dirham, padahal perhitungan zakat mal mereka di qiyaskan dengan Dinar dan Dirham. Lebih banyak lagi yang belum mengetahui bahwa Dinar dan Dirham adalah hal yang nyata yang sekarangpun bisa dibeli di Gerai Dinar Surabaya.

Pada tahap ini kita juga belum berharap banyak terhadap pemerintah untuk mengakui bahwa Dinar dan Dirham adalah mata uang resmi yang diakui sebagai mata uang disamping Rupiah.

Lantas apa yang bisa kita lakukan dengan mata uang yang belum diakui sebagai uang oleh pemerintah dan belum dikenal pula oleh masyarakat luas ? Jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Dinar dan Dirham saat ini memang belum diakui oleh pemerintah sebagai mata uang, namun karena mata uang ini berharga bukan karena pengakuan pemerintah (legal tender) sebagaimana mata uang kertas, melainkan karena benda-nya sendiri memang berharga (emas 22 karat atau perak murni) maka pemegang mata uang ini – memegang nilai tukar yang sesungguhnya – yang dia bisa tukarkan dengan barang berharga lain apapun dan kapanpun dia mau.

2. Karena nilai mata uang Dinar dan Dirham melekat pada barangnya sendiri, tidak ada pihak luar yang bisa merusak atau menghancurkan nilainya. Oleh karenanya mata uang Dinar dan Dirham dapat digunakan sebagai simpanan yang paling aman nilainya dibandingkan dengan nilai mata uang Rupiah, Dollar Amerika dan uang fiat lainnya di seluruh dunia.

3. Karena daya belinya yang tetap tinggi sepanjang massa, Dinar dan Dirham sangat cocok untuk transaksi muamalah yang bersifat jangka menengah sampai panjang – dikala mata uang kertas tidak bisa digunakan sebagai alat transaksi yang adil karena nilainya yang terus berubah. Pinjam-meminjam, investasi bagi hasil (Qirad dan Mudharabah) ataupun kerjasama usaha (Musyarakah) dengan berbasis Dinar dan Dirham akan bisa lebih adil baik bagi yang menyediakan modal maupun yang menjalankan usaha. Umat Islam tidak dianjurkan untuk menumpuk harta yang tidak produktif, oleh karenanya investasi yang aman dan adil sesuai syariah akan menjadi solusi yang efektif bagi surplus pendapatan yang ada di kaum muslimin.

4. Dinar dan Dirham dapat digunakan untuk perencanaan keuangan yang aman, misalnya untuk merencanakan biaya pendidikan anak, pengobatan kesehatan di hari tua, persiapan pensiun dlsb. Contoh, kalau kita punya anak baru lahir dan kita ingin pendidikannya terjamin sampai perguruan tinggi, maka kita dapat menabung 1 Dinar untuk anak tersebut setiap bulan. Pada saat anak yang bersangkutan masuk perguruan tinggi umur 18 tahun, maka akan terkumpul dana 158 Dinar (bukan 216 yang berasal dari 1 Dinar x 12 bulan x 18 tahun – karena setiap tahun akan terkena zakat 2.5% setelah mencapai nisab 20 Dinar). Perlunya dana ini diinvestasikan adalah untuk menjaga minimal agar Dinar tidak hanya disimpan sehingga tidak produktif dan tergerus oleh zakat, itulah sebabnya dalam Islam bahkan ketika kita mendapat amanah untuk mengelola harta anak yatim-pun sangat dianjurkan untuk mengelola dana tersebut untuk kepentingan yang produktif – agar tidak habis terkena zakat .

5. Secara fisik Dinar dan Dirham untuk kepentingan tabungan, investasi , muamalah atau bahkan untuk ibadah (membayar zakat misalnya) dapat dibeli di Gerai Dinar atau Logam Mulia. Meskipun demikian mungkin masih ada masalah ketika umat mau mencairkan atau menukarkan Dinar dan Dirham ke toko emas – toko emas mau membeli Dinar tetapi pada harga yang mereka kehendaki – yang kadang jauh dibawah harga emas internasional. Untuk itu, agar memperoleh harga yang bagus, maka yang paling baik adalah menjual Dinarnya ke sesama pengguna Dinar. Harga bisa diatur sesuai kesepakatan dengan mengambil harga tengahnya antara harga jual dan harga beli yang berlaku di Gerai Dinar. Atau menjual kembali ke Gerai Dinar Surabaya dengan harga yang berlaku, dimana kami menerapkan etika penjualan yang islami yaitu transparansi harga.

Tahap 2 : Penggunaan Dinar dan Dirham Pada Saat Mulai Dikenal Luas Tetapi Belum Diakui Sebagai Uang

Dalam waktu dekat, ketika Dinar dan Dirham mulai dikenal secara luas Insya Allah, kelompok-kelompok pengguna Dinar dapat meningkatkan lebih lanjut kegiatan tolong-menolongnya dalam bentuk untuk saling bertransaksi menggunakan Dinar dan Dirham. Transaksi yang masih bersifat internal ini dapat meliputi kegiatan investasi, perdagangan maupun konsumsi. Pembayaran bisa dilakukan dengan penyerahan Dinarnya secara fisik atau dengan menggunakan transfer yang sudah kita perkenalkan, yaitu M-Dinar.

Dengan teknologi M-Dinar ini, telepon genggam yang saat ini sudah dimiliki ratusan milyaran penduduk dunia dapat berubah menjadi alat pembayaran yang efektif dari pengguna yang satu kepada pengguna lainnya. Dengan teknologi ini, uang Dinar dan Dirham dapat digunakan sepraktis uang manapun didunia – namun tetap dengan keunggulannya yang hakiki yaitu nilai yang tidak bisa rusak atau dirusak oleh spekulan mata uang, Dinar juga akan selalu bisa di klaim kembali uang fisiknya akan tetap paling aman dari sisi risiko kejahatan penjahat-penjahat era cyber yang semakin canggih.


Tahap 3 : Penggunaan Dinar dan Dirham Secara Luas dan Siap Bersaing Dengan Mata Uang Masa Depan

Sebenarnya sudah beberapa dasawarsa terakhir ini terjadi persaingan yang sangat keras antara para pelaku perbankan dan pelaku teknologi informasi dunia untuk bersaing mendefinisikan uang masa depan. Berikut adalah contoh-contoh persaingan tersebut.

Beberapa nama perusahaan yang relative belum terkenal, telah melahirkan berbagai uang untuk zaman cyber ini dengan nama-nama seperti Mondex, E-Cash, DigiCash, CyberCash, GoldMoney, E-Gold dan E-Dinar. Uang-uang cyber ini telah menemukan pasarnya sendiri-sendiri namun belum dikenal secara luas oleh masyarakat kebanyakan. Sementara itu perusahaan dengan nama global seperti Microsoft, Visa dan Citicorp tentu tidak mau ketinggalan. Mereka tentu sudah lama juga melihat fenomena dan peluang ini, Citicorp bahkan telah menggagas apa yang mereka sebut sebagai Electronic Monetary System.

Bahkan dewanya ekonom dan futurolog Barat yang sangat dikagumi mereka yaitu John Naisbitt karena prediksi-prediksinya yang dipandang akurat dalam dua puluh tahun terakhir, di bukunya yang terakhir Mindset mengungkapkan bahwa monopoli terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh masyarakat adalah monopoli mata uang nasional. Masyarakat dunia tidak akan lagi mempercayai mata uang yang dikeluarkan negara, mereka akan lebih mempercayai 'mata uang- mata uang' private yang berupa benda riil yang memiliki nilai intrinsik. Dicontohkan oleh dia masyarakat Taiwan yang mempercayai bahwa bawang putih organik - lah yang yang akan menjadi mata uang mereka kedepan, maka mereka ramai-ramai berinvestasi di bawang putih ini.

Uang apapun nantinya yang berjaya di dunia cyber, mungkin bukan Rupiah, bukan juga US$ atau Euro dan jelas bukan bawang putih seperti contoh yang diungkapkan John Naisbitt tersebut. Mata uang yang akan lahir untuk dunia masa depan ini akan berlaku universal tidak mengenal batas Negara dan mungkin juga bisa lepas dari pengawasan bank sentral dari masing-masing Negara. Bahkan untuk transaksi dengan uang masa depan tersebut bisa jadi tidak lagi membutuhkan perantaraan institusi perbankan.

Sampai sejauh ini persaingan melahirkan icon uang masa depan tersebut belum melahirkan pemenang. Sejumlah masalah masih harus diselesaikan sebelum persaingan ini berakhir. Masalah-masalah tersebut antara lain menyangkut :

• Akan diberi nama apa uang ini, apa satuannya dan bagaimana mengukur nilainya ?
• Siapa yang mau menggunakan uang ini secara luas ?
• Negara mana atau perusahaan mana yang berhak mengeluarkan uang masa depan ini ?
• Siapa yang akan mengatur kendali pengawasannya, Bank Sentral Negara mana yang berhak ?
• Bagaimana membedakan yang uang cyber sesungguhnya dengan yang palsu ?
• Bagaimana melindungi kekayaan dalam bentuk uang cyber dari jarahan orang yang tidak berhak ?
• Bagaimana bentuk konversinya ke uang fisik seperti yang kita gunakan sekarang ?
• Dan sederet daftar pertanyaan lain yang perlu dicarikan jawabannya dari waktu ke waktu.

Terlepas dari kemungkinan berbagai masalah yang perlu diantisipasi, dari daftar pertanyaan atau permasalahan tersebut. Dinar dan Dirham akan paling siap menjawab pertanyaan dan permasalahan yang ada, kita lihat jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

• Akan diberi nama apa uang ini, apa satuannya dan bagaimana mengukur nilainya ? Namanya tentu Dinar atau Dirham, satuan dan ukurannya mengikuti contoh Rasulullah SAW berdasarkan timbangan penduduk Makkah waktu itu yaitu 1 Mitsqal sama dengan timbangan sekarang 4.25 gr emas untuk 1 Dinar. Perbandingan berat Dinar dan Dirham mengikuti ketentuan Khalifah Umar bin Khattab yaitu 7 Dinar (Mitsqal) sama dengan 10 Dirham, berarti berat 1 Dirham adalah 2.975 gram. Nilainya mengikuti pergerakan permintaan dan penawaran di pasar.

• Siapa yang mau menggunakan uang ini secara luas ? Umat Islam di Seluruh Dunia tentu siap menggunakannya, dan ini berarti sekitar 2.5 milyar penduduk.

• Negara mana atau perusahaan mana yang berhak mengeluarkan uang masa depan ini ? Negara-negara atau bahkan juga mungkin intitusi yang memenuhi syarat ditunjuk dapat menerbitkan uang Dinar dan Dirham – toh ini ini harus dibuat dari bahan emas 22 karat seberat 4.25 gram dan perak murni seberat 2.975 gram. Siapapun yang membuat tidak terlalu masalah asal memenuhi kriteria standar dan diberi wewenang tersebut.

• Siapa yang akan mengatur kendali pengawasannya, Bank Sentral Negara mana yang berhak ? Bisa disepakati oleh negara-negara Islam seperti OIC (organization of Islamic Countries), WITO (World Islamic Trade Organization) atau kekhalifahan kalau sudah ada.

• Bagaimana membedakan uang cyber sesungguhnya dengan yang palsu ? Uang Dinar dan Dirham yang asli selalu bisa diambil secara fisik dimanapun account tersebut berada.

• Bagaimana melindungi kekayaan dalam bentuk uang cyber dari jarahan orang yang tidak berhak ? Dukungan uang fisik Dinar dan Dirham akan membuat uang ini tidak mudah dibobol oleh kejahatan cyber yang paling canggih sekalipun.

• Bagaimana bentuk konversinya ke uang fisik seperti yang kita gunakan sekarang ? Uang Dinar dan Dirham esensinya adalah uang fisik, teknologi hanya sebagai alat bantu untuk memudahkan transaksi tetapi tidak menggantikan kedudukan uang fisik tersebut. Jadi cyber Dinar dan cyber Dirham akan selalu convertible ke Dinar dan Dirham yang seseungguhnya.

• Dan sederet daftar pertanyaan lain yang perlu dicarikan jawabannya dari waktu ke waktu. Islam sebagai agama akhir zaman, insya Allah selalu siap menjawab tantangan kehidupan manusia akhir zaman.

27 Maret 2009

2 Bulan Gerai Dinar Surabaya

Tepat 2 bulan sudah Gerai Dinar Surabaya resmi beroperasi melayani penjualan Dinar untuk umat islam di Surabaya dan Jawa Timur serta kota-kota di Indonesia Timur. Dalam perkembangannya selama 2 bulan ini, harus saya akui bahwa Dinar termasuk “barang baru” sehingga masih belum terlalu dikenal oleh umat. Hal ini bisa ditengarai dengan banyaknya peminat Dinar yang datang langsung ke kantor, atau lewat telepon dan email yang menanyakan perihal Dinar ini. Meskipun masih sekedar bertanya, apa yang saya tangkap dari dialog dengan peminat Dinar ini memberi suatu kesimpulan bahwa mereka ingin menyelamatkan uang/harta mereka dari penurunan nilai/daya beli. Karena mereka sudah merasakan bahwa semakin lama uang kertas yang dimiliki seperti kurang berarti lagi/menurun daya belinya. Disatu sisi harga barang-barang kebutuhan semakin menjulang.

Mayoritas ingin membeli Dinar yang akan dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan jangka panjang seperti membeli/memperbaiki rumah, menunaikan ibadah haji, persiapan sekolah anak dll. Tidak hanya para orang tua yang mengutarakan minatnya untuk membeli Dinar, kalangan anak-anak muda yang belum menikah pun ada beberapa yang sudah membeli Dinar dan dipergunakan sebagai tabungan.

Gejala-gejala seperti ini semakin membuktikan bahwa uang kertas tidak bisa dipakai untuk perencanaan kebutuhan jangka panjang, karena semakin menurunnya daya beli. Salah satu instrument investasi/menabung adalah dengan membeli Dinar yang memang terbukti lebih dari 1400 tahun memiliki daya beli yang stabil.

Ini menjadi tantangan bagi Gerai Dinar beserta seluruh jaringan keagenan untuk semakin bersemangat memberi edukasi/penjelasan mengenai pentingnya umat beralih ke mata uang yang adil yang memiliki nilai intristik, yaitu Dinar. Sehingga Dinar semakin cepat menyebar di kalangan umat, dan uang/harta merekapun terselamatkan dari penurunan daya beli.

Untuk memberi suasana yang berbeda, tampilan blog Gerai Dinar Surabaya juga mengalami perubahan. Apa yang nampak sekarang memberi kesan yang lapang, sehingga pembaca blog diharapkan lebih merasa nyaman dengan tampilan baru ini. Ukuran huruf juga lebih besar sehingga lebih memudahkan untuk membaca artikel-artikel yang ada.

Di wajah blog yang baru ini juga ditampilkan grafik perkembangan harga Dinar selama 24 jam, performa Dinar selama 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun dan 10 tahun terakhir. Sehingga bagi pembaca blog dan peminat Dinar yang akan membeli Dinar bisa mengambil keputusan kapan waktu yang tepat untuk membeli Dinar.

Penyempurnaan-penyempurnaan ini akan terus kami tingkatkan seiring dengan kebutuhan akan informasi mengenai harga Dinar, perkembangan situasi keuangan dunia serta gejolak politik yang terjadi. Sehingga tingkat pemahaman umat akan pentingnya menyelamatkan uang/harta mereka sejak dini dengan beralih ke Dinar semakin tinggi. Insya Allah

24 Maret 2009

Estimasi Harga Emas dari Para CEO ...

Written by Muhaimin Iqbal
Tuesday, 24 March 2009 08:38


Dari sekitar selusin Chief Executive Officer (CEO) perusahaan pertambangan emas menengah dunia yang baru-baru ini di interview oleh Business Newswire, semuanya sepakat bahwa harga emas dunia akan mencapai rekor tertinggi baru akhir tahun ini.

Berapa tepatnya memang tidak ada yang bisa memprediksi dengan akurat, tetapi dari pendapat-pendapat mereka tersebut rekor tertinggi ini akan berada di kisaran US$ 1,100/oz s/d US$ 1,500/oz.

Kecenderungan kenaikan harga emas akhir tahun tersebut menurut mereka pula tidak lepas dari tsunami ekonomi skala global yang mengakibatkan kekacauan investasi dan semakin banyaknya lembaga investasi yang membutuhkan penyelamatan.

Meskipun seluruh CEO yang menjadi responden dalam interview tersebut sepakat bahwa harga emas akan mencapai rekor baru menjelang akhir tahun ini, ada juga yang mengingatkan kemungkinan bahwa kenaikan ini akan melalui penurunan harga yang significant dahulu yaitu pada musim panas atau pertengahan Mei – pertengahan Agustus tahun ini.

Turunnya harga emas di musim panas adalah karena biasanya harga emas naik/turun seiring dengan naik turunnya harga komoditi khususnya energi. Di Musim panas orang membutuhkan lebih sedikit energi sehingga secara global harga energi turun, emas juga turun.

Sebaliknya di musim dingin, orang lebih banyak membutuhkan energi baik untuk memanaskan ruangan maupun untuk makanan. Ketika kebutuhan energi naik, maka harga bahan bakar juga naik dan harga emaspun mengikutinya.

Karena penduduk-belahan bumi utara yang mampu jauh lebih besar dari penduduk belahan bumi selatan, maka musim yang menggerakkan harga emas dunia adalah musim panas dan musim dingin di belahan bumi utara.

Dengan perkiraan harga emas di rekor baru antara US$ 1,100 – US$ 1,500 tersebut, lantas pada angka berapa rekor harga Dinar dalam Rupiah tahun ini ?. Tergantung nilai tukar Rupiah.

Rupiah berpeluang menguat karena kesepakatan tukar menukar devisa antara Indonesia dengan negara lain, misalnya dengan Cina melalui Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) yang ditanda tangani baru-baru ini. Sebaliknya Rupiah juga berpeluang turun karena besarnya kebutuhan pelunasan hutang tahun ini.


Jadi kalau kita asumsikan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11,000/US$ - Rp 12,000/ US$; maka estimasi para CEO tentang harga emas dalam US$/troy oz tersebut dapat kita konversikan menjadi harga Dinar di kisaran Rp 1,831,000 – Rp 2,725,000 per Dinar pada akhir tahun ini. Wallahu A’lam

21 Maret 2009

Selamatkan Aset (Harta) kita ... Sekarang !!!


Ketika Indonesia dilanda krisis moneter tahun 1997-1998, saat itu saya sedang berusaha mengembangkan usaha saya di bidang penerbitan dan alat peraga pendidikan. Waktu itu saya belum begitu paham dengan kondisi moneter di Indonesia. Yang saya tahu waktu itu banyak demo-demo yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia, menuntut diturunkannya Soeharto sebagai Presiden. Saat itu kondisi negara ini sangat mengkhawatirkan, nilai tukar Dollar sampai tembus Rp 15.000, bunga deposito sampai 40 % dan tingkat inflasi sekitar 70 %. Apa imbasnya bagi saya .. harga kertas naik tajam, bahan-bahan untuk membuat alat peraga (sebagian besar masih import) juga menjulang. Sehingga praktis kegiatan produksi terhenti karena harga bahan baku yang tinggi dan harga jual tidak bisa dinaikkan karena jika harga dinaikkan nggak ada yang mau beli.
Karena masih belum paham dengan ilmu keuangan, ketika krisis kembali berulang tahun 2008 kemarin, saya masih saja menjadi korbannya. Investasi saya di Reksadana terjun bebas hingga nilainya tinggal 50 %. Nilai penjualan usaha saya juga turun sampai 30 %. Tapi Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah tidak mengalami hal separah 10 tahun yang lalu, sehingga tidak sampai terjadi pengurangan karyawan.

Kondisi krisis keuangan global sekarang ini belum tahu kapan akan berakhir, didalam negeri pun pemerintah kita sepertinya tenang-tenang saja, padahal tahun ini akan ada Pemilu yang memerlukan biaya besar, pasti pemerintah nggak ingin citranya jelek gara-gara krisis ini.

Tapi disisi yang lain, hampir tiap hari berita di TV dan koran menyuguhkan berita mengenai pengurangan karyawan (PHK), kerugian perusahaan raksasa dunia maupun upaya pemerintah Amerika untuk ikut menanggung kerugian perusahaan Amerika. Dengan apa mereka menanggung kerugian .. tentu saja dengan mencetak uang baru yang jumlahnya sangat besar. Yang perlu kita waspadai adalah realita bahwa pemerintah-pemerintah dunia saat ini bukan hanya seolah kehilangan kendali terhadap jumlah uang yang dicetaknya; tetapi juga dengan sengaja melipat gandakan jumlah ‘uang’ yang begitu dahsyatnya sehingga mereka sendiri takut mengetahui jumlahnya.

Dengan semakin banyaknya uang kertas yang beredar, tentu saja akan menurunkan daya beli dari uang tersebut. Lantas bagaimana kita mengambil sikap atas fenomena ini ? Kita harus melindungi/menyelamatkan aset kita secepatnya, tetapi kalau kita melindungi aset berupa uang kertas maka uang kertas kita pun akan kehilangan nilainya. Dengan apa kita menjaga aset kita ? dengan “uang riil” yang memiliki daya beli tetap, yang terbukti stabil lebih dari 1400 tahun, yaitu Dinar (Emas). Kita hanya bisa mengetahui daya beli suatu mata uang naik atau turun apabila yang dipakai sebagai pembanding adalah mata uang yang memiliki nilai riil.

Dinar atau emas adalah aset riil yang selalu mudah untuk dijual menjadi cash di masa deflasi sekalipun; dan tidak perlu mengalami penurunan nilai /daya beli di kala inflasi yang tinggi. Lantas bagaimana agar kita tidak jadi korban atas kondisi ini, bahkan sedapat mungkin keluar sebagai pemenang ?

- Jangan menyimpan atau memegang dolar kecuali terpaksa, misal sedang bepergian ke luar negeri
- Karena nilai Rupiah berfluktuasi terhadap dollar, maka gunakan uang Rupiah hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai penyimpan aset anda.
- Gunakan harta riil seperti Dinar, usaha yang berjalan baik dan toko sebagai penjaga aset anda (store of value)
· Ajak dan ajari anak kita dalam kegiatan usaha perdagangan, toko, kebun dan sektor riil lainnya.

Dengan segera menyelamatkan aset kita, maka kita sudah menjaga dan mengantisipasi kondisi krisis global sekarang ini dan tidak perlu menjadi korban lagi.
Selain hal-hal yang sifatnya duniawi tersebut, ada langkah yang paling aman bagi harta kita karena tidak akan ada siapapun yang bisa mempermainkannya – yaitu kita sedekahkan !, maka harta kita akan meningkat 700 kali atau lebih dan akan menjadi milik kita selamanya. Amin.

20 Maret 2009

Perjalanan kembali ke Dinar dan Dirham ..

Bagi kita umat Islam sebenarnya 1400 tahun lalu sudah diingatkan Allah untuk tidak mempercayakan urusan harta atau uang ini kepada Negara seperti Amerika Serikat yang seharusnya tunduk pada kesepakatan Bretton Woods yang digagasnya sendiri, ternyata justru mereka yang mengingkarinya. Untuk ini sebenarnya kita sudah diingatkan oleh Allah dalam Al Qur’an surat 3: 75 berikut : Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu Dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi”. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Al-i-'Imran 075) Lebih jauh lagi dalam Shahih Bukhari dan Muslim Umat Islam juga diingatkan untuk tidak mengikuti umat lain sebagaimana hadits berikut ini : Dari Abu Sa’id Al-Kudri R.A berkata : Rasulullah SAW bersabda “ Sedikit-demi sedikit kalian akan mengikuti sunnah-sunnah umat terdahulu. Sampai-sampai, andaikata mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian juga ikut mereka memasukinya” Ada yang bertanya “ Wahai Rasululah, apakah mereka yang dimaksud adalah Nasrani dan Yahudi ?” Beliau menjawab “Lalu siapa lagi ?” HR. Bukhari Muslim.

Dalam urusan mata uang saat ini hampir seluruh umat Islam dunia benar-benar ikut memasuki lubang biawak tersebut. Dollar Amerika yang nilainya hanya tinggal 5.5 % dari nilai yang seharusnya apabila mereka menepati janjinya di kesepakatan Bretton Woods, tetap saja kita ikuti sebagai alat ukur ekonomi kita, sebagai cadangan devisa negara kita dan bahkan jadi tabungan sebagian umat Islam yang kaya. Padahal sampai sekitar 82 tahun lalu sebelum kekalifahan Usmaniyah bubar kita masih memiliki mata uang kita yang sangat kuat yaitu Dinar dan Dirham. Dalam kejayaan Islam, umat ini tidak pernah mengikuti umat-umat lain memasuki lubang biawak. Bahkan pada akhir abad 19 dan awal abad 20, ketika Negara-negara Eropa kebingungan menentukan nilai mata uangnya dan bolak balik antara rezim gold standard dan fractional reserve - umat Islam tetap tegar menggunakan mata uang Dinar dan Dirham dan tidak terpengaruh oleh kebingungan tersebut. Dari data lebih dari satu setengah abad antara pertengahan abad 17 sampai awal abad 19, ketika Islam dibawah Kekhalifahan Usmaniah dan dunia barat diwakili oleh Inggris, ternyata Kekhalifahan Islam lebih bisa menjaga stabilitas harga dibandingkan dengan dunia barat. Hal ini membuktikan bahwa selain sistem ekonomi yang bebas riba, mata uang yang dipakai dunia Islam yaitu emas (Dinar) dan perak (Dirham) jelas memiliki stabilitas daya beli yang lebih baik.

Dengan tetap berpegang pada mata uang Dinar dan Dirham bukan berarti Islam tidak maju dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Sebelum dunia barat menemukan apa yang kemudian mereka sebut sebagai Cek, Umat Islam sudah menggunakan Sakk, bahkan dari nama Sakk inilah istilah Cek atau Check atau Cheque ditemukan. Kemudian ketika dunia barat belum mengenal Letter of Credit, Dunia Islam sudah menggunakan konsepnya secara luas yaitu dengan apa yang disebut sebagai Hawala dan juga Suftaja .Penggunaan mata uang Dinar dan Dirham juga tidak harus berarti kembali ke zaman dahulu orang yang mau berbelanja atau bepergian harus membawa uang koin dalam kantong. Dengan teknologi modern, uang Dinar dan Dirham dapat digunakan secara sangat praktis dengan bantuan teknologi. Saat ini kita sudah bisa berbelanja di dunia global melalui internet dengan e-dinar misalnya . Beberapa pihak telah mempersiapkan solusi praktis lainnya dengan DinarCard maupun solusi transaksi mobile masa depan dengan apa yang disebut Mobile Payment System (MPS) yang diberi nama MobileDinar atau M- Dinar. Teknologi bisa sama-sama modern, tetapi uang yang berbasis Dinar dan Dirham tetap sangat berbeda dengan uang kertas.

Nilai Uang Dinar dan Dirham benar-benar 100 % setara dengan nilai Emas dan Perak itu sendiri. Sementara itu nilai uang kertas lebih bersifat persepsi atau nilai yang dipaksakan (legal tender) – tidak ada nilai sesungguhnya – karena kalau masyarakat dunia beranggapan mata uang kertas suatu negara tidak bernilai – maka saat itu jugalah mata uang negara tersebut jatuh menjadi tidak bernilai apa apa. Diawali dari tulisan ini, diharapkan secepatnya umat Islam bisa keluar dari lubang biawak yang diciptakan oleh rezim uang kertas atau uang fiat – uang yang tidak memiliki nilai intrinsik – uang yang nilainya bisa hancur dalam semalam (Ingat krisis moneter tahun 1997 -1998 di Indonesia). Penggunaan uang Dinar dan Dirham juga akan menyatukan umat Islam seluruh dunia dan akan mengembalikan kemakmuran umat ini. Berikut adalah berbagai manfaat dari penggunaan Dinar dan Dirham :

1. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak menimbulkan inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan juga bebas dari proses penghancuran uang atau yang dikenal dengan money destruction.
2. Dinar dan Dirham adalah alat tukar yang sempurna karena nilai tukarnya terbawa (inherent) oleh uang Dinar atau Dirham itu sendiri – bukan karena paksaan legal seperti mata uang kertas yang nilainya dipaksakan oleh keputusan yang berwenang (maka dari itu disebut legal tender).
3. Penggunaan Dinar dan Dirham dapat mengiliminir penurunan ekonomi atau economic downturn dan resesi karena dalam sistem Dinar dan Dirham setiap transaksi akan di dasari oleh transaksi di sektor riil.
4. Penggunaan Dinar dan Dirham dalam suatu negara akan mengeliminir risiko mata uang yang dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan oleh beberapa negara yang berpenduduk Islamnya mayoritas akan mendorong terjadinya blok perdagangan Islam.
5. Penggunaan Dinar dan Dirham akan mencipkatkan sistem moneter yang adil yang berjalan secara harmonis dengan sektor riil. Sektor riil yang tumbuh bersamaan dengan perputaran uang Dinar dan Dirham, akan menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat pada harga yang terjangkau.
6. Perbagai masyalah sosial seperti kemiskinan dan kesenjangan akan dengan sendirinya menurun atau bahkan menghilang.
7. Kedaulatan negara akan terjaga melalui kestabilan ekonomi yang tidak terganggu oleh krisis moneter atau krisis mata uang yang menjadi pintu masuknya kapitalis-kapitalis asing untuk menguasai perekonomian negara dan akhirnya juga menguasai politik keamanan sampai kedaulatan negara.
8. Hanya uang emas (Dinar) dan perak (Dirham), yang bisa menjalankan fungsi uang modern dengan sempurna yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan ( unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value).

Ketiga fungsi ini sebenarnya telah gagal diperankan oleh uang fiat dengan alasan berikut :
a. Uang fiat tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai alat tukar yang adil karena nilainya yang berubah-ubah. Jumlah uang sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada waktu yang berbeda.
b. Sebagai satuan pembukuan uang kertas juga gagal karena nilainya yang tidak konsisten, nilai uang yang sama tahun ini akan berbeda dengan tahun depan, dua tahun lagi dan seterusnya. Catatan pembukuan yang mengandalkan uang fiat justru melanggar salah satu prinsip dasar pembukuan itu sendiri yaitu konsistensi.
c. Sebagai fungsi penyimpan nilai, jelas uang fiat sudah membuktikan kegagalannya. Kita tidak dapat mengandalkan uang kertas kita sendiri untuk mempertahankan nilai kekayan kita, di Amerika Serikat-pun masyarakatnya yang cerdas mulai tidak mempercayai uang Dollar-nya karena nilainya turun tinggal kurang dari separuh selama enam tahun terakhir.

18 Maret 2009

Katakan dengan Dinar !!


Ada satu ungkapan yang sangat popular di masyarakat kita, yaitu KATAKAN DENGAN BUNGA .. Ini adalah suatu bentuk ungkapan rasa simpati atau rasa sayang kita kepada orang-orang yang dekat dengan kita. Baik itu kepada saudara, teman, tetangga, orang tua, anak atau orang-orang yang ada ikatan emosional dengan kita. Saya tidak menyebut pacar, karena Islam sangat melarang kita berpacaran. Ungkapan ini biasanya diberikan dalam bentuk setangkai atau rangkaian bunga yang indah.

Saling memberi hadiah selain merupakan perbuatan baik di masyarakat juga dianjurkan dalam Islam, sebagaimana hadits Rasulullah SAW “ Saling memberi hadiahlah, maka kalian akan saling mencintai “ HR Buchori

Meskipun demikian pemberian hadiah juga harus memperhatikan kepada siapa hadiah tersebut diberikan dan dalam bentuk apa diberikan. Pemberian hadiah dalam bentuk yang tidak tepat justru akan merepotkan penerimanya. Sehingga, dulu sering dijumpai ketika kita menerima kertas undangan pernikahan yang disertai himbauan untuk tidak memberikan hadiah/ucapan selamat dalam bentuk tertentu – maksudnya menghendaki bentuk lainnya !

Nah sekarang saatnya masyarakat (khususnya umat Islam) sebaiknya memberikan hadiah bentuk lain yang lebih bermanfaat dan nilainya pun akan tetap/stabil, yaitu Dinar. Karena berupa emas, penerima hadiah Dinar akan dapat menggunakannya untuk hal lain yang bermanfaat pada waktu dibutuhkan

- Seorang calon istri akan lebih dapat memanfaatkan mahar pernikahannya dari calon suaminya apabila dirupakan dalam bentuk Dinar dibandingkan dengan mahar bentuk lain yang nilainya tidak bertahan lama. (gambar diatas adalah kemasan Dinar untuk mahar)

- Seorang karyawan akan lebih dapat memanfaatkan hadiah berupa Dinar dari tempatnya bekerja dibandingkan dengan sertifikat, ucapan terima kasih dll.

- Keluarga yang berduka akan lebih ringan bebannya apabila ucapan bela sungkawa disampaikan dalam bentuk dinar disamping do’a bagi yang meninggal.

- Anak-anak yang berulangtahun atau naik kelas, dapat diberi hadiah Dinar yang akan menjadi tabungan untuk biaya sekolahnya kelak.

- Pasangan yang baru menikah akan dapat memanfaatkan hadiah Dinar lebih baik dibanding hadiah lainnya.

- Hadiah Dinar yang diberikan Suami kepada istrinya secara berkala juga bisa menjadi bentuk ketahanan ekonomi bagi keluarganya

Hadiah berupa Dinar akan semakin membekas di hati penerimanya dan semakin menambah keakraban hubungan antara si pemberi dan penerima. Insya Allah.

17 Maret 2009

Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar ...tetapi Jangan Menimbun

Melihat judul ini mungkin Anda bingung, bagaimana kita menggunakan Dinar dan bahkan juga menyimpannya tetapi tidak menimbunnya ?. Bagaimana caranya ? apa batasannya ? dlsb. Penjelasannya adalah sebagai berikut : Mengenai tanggung jawab kita terhadap harta sudah saya tulis di artikel lain yaitu “Harta ... Aset atau Beban ( di Akhirat) ?”.

Intinya adalah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, mengantisipasi kebutuhan dharurat dan, meninggalkan keturunan yang kuat. Bahkan Al-Qur’an mengajarkan bagaimana kita mengantisipasi kebutuhan dharurat tersebut melalui surat Yusuf 47-48 berikut : “Dia (Yusuf) berkata : ’Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa ; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit yang kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang sangat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit). kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan”.

Ayat diatas adalah ayat yang menjadi dasar sekaligus menjadi metode (minhaj) bagaimana seorang muslim mempersiapkan diri menghadapi masa sulit. Apa bentuk masa sulit umat jaman sekarang ? Secara luas masa sulit ini bagi kita yang hidup di zaman ini bisa berupa krisis moneter seperti yang kita alami puncaknya tahun 1997-1998. Masa banyak musibah kekeringan, gempa bumi, banjir – semuanya menjadi masa sulit bagi umat. Kemudian secara individu masa sulit ini bisa berarti kehilangan pekerjaan/penghasilan, pensiun, sakit, ditinggal mati kepala keluarga dlsb. Lantas bagaimana mengatasinya ? Simpan sebagian penghasilan di ‘tangkainya’. Maksud menyimpan gandum ditangkainya adalah agar tidak cepat busuk atau menurun kwalitas dan nilainya, agar tetap bisa menjadi bibit yang bisa ditanam kembali kapan saja. Harta dan penghasilan umat jaman sekarang mayoritas tentu bukan gandum, melainkan mayoritas berupa uang.

Nah bagaimana mempertahankan uang agar tidak mengalami pembusukan nilainya dari waktu-ke waktu ? Jawabannya sederhana – itulah mengapa uang dalam Islam harus sesuatu yang memiliki nilai yang riil (nilai intrinsik) seperti emas, perak, gandum, kurma dst. Dari komoditi riil tersebut untuk saat ini tentu emas yang berupa Dinar paling praktis penyimpanannya. Emas batangan juga aman, namun tidak terlalu likuid dan tidak memiliki fleksibilitas dalam penjumlahan maupun pembagian. Misalnya Anda punya 100 gram emas. Anda hendak butuhkan 10 gram untuk kebutuhan bulan ini – tidak mudah bukan untuk memecahnya ?.

Lain halnya dengan Dinar, Anda punya 100 Dinar, hendak dijual 10 Dinar – tinggal dilepas yang 10 Dinar dan dipertahankan yang 90 Dinar. Menyimpan Dinar hanya perlu secukupnya – setiap kita diilhami untuk bisa mengetahui kecukupan kita masing-masing ( tanya hati kecil kita – pasti kita tahu), kita diberi ilham oleh Allah untuk mengetahuinya “Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya” (QS 91:8).

Apa risikonya kalau kita menyimpan harta – dalam bentuk apapun baik itu uang kertas, rumah, mobil, saham, maupun emas- secara berlebihan dan tidak menafkahkan di jalan Allah ? Ancamannya adalah Azab yang pedih bagi penimbunnya (QS 9:34-35). Jadi menyimpan harta secukupnya untuk memenuhi kewajiban kita terhadap diri, keluarga dan keturunan adalah sesuatu yang boleh dan ada tuntunannya karena ini bagian dari ketahanan ekonomi umat – dalam AlQuran surat Yusuf tersebut diatas disebut Yukhsinun (Tukhsinun untuk orang kedua -menyimpan harta dalam konteks ketahanan ekonomi). Sebaliknya menyimpan diluar yang dibutuhkan dan tidak menafkahkan di jalan Allah adalah perilaku menimbun yang amat sangat dilarang – di AlQuran disebut Yaknizun (menimbun harta dan tidak menafkahkan di jalan Allah). Perbedaan antara Yukhsinun dan Yaknizun inilah yang kita harus tahu karena kita diilhami olehNya untuk mampu membedakannya. Wallahu A’lam.

14 Maret 2009

Harta ... Aset atau Beban (di Akherat) ?


Ini nasihat untuk diri saya sendiri yang mungkin juga berguna bagi anda yang membaca blog ini. Ketika Rasulullah SAW mendapatkan pertanyaan dari sahabatnya tentang apa yang harus di nafkahkan, Allah menurunkan wahyu kepada RasulNya untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban Al-Afwa – seluruhnya (yang lebih dari keperluan) – QS 2:219. Kemudian di ayat-ayat lain Allah mengancam orang-orang yang tidak menafkahkan hartanya di Jalan Allah (lihat QS 104:1-3 ; QS 9:24 ; QS 9:34-35). Dengan perintah menafkahkan harta di jalan Allah beserta ancamannya apabila tidak melakukan yang demikian, tidak berarti juga kita boleh mentelantarkan diri, keluarga dan ahli waris kita.

Ada empat penggunaan harta yang dibatasi seperlunya, yaitu :
1) Untuk diri sendiri : lihat QS 57:27 dan QS 7:32 dan juga hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Sungguh jasadmu punya hak atas kamu, matamu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas kamu, dan tamumu-pun punya hak atas kamu “ HR. Bukhari.
2) Untuk keluarga sebagaimana dalam hadits :’ Mulai sedekahmu pada orang yang menjadi tanggunganmu” HR. Bukhari.
3) Untuk mengantisipasi kebutuhan darurat sebagaimana hadits : “Pegang sebagian hartamu, hal ini dianjurkan untukmu (sebagai cadangan untuk kebutuhan masa depan)”. HR. Bukhari – Kitab Zakat
4) Untuk Ahli Waris sebagaimana ayat “ Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”, dan juga hadits Rasulullah yang berbunyi : ”meninggalkan tanggungan (keluargamu) dalam kemakmuran adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kondisi miskin dan bergantung pada belas kasihan orang lain. Setiap pengeluaranmu untuk keluargamu adalah sedeqah meskipun hanya sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu”. (HR. Bukhari – Kitab Wasiyat)

Empat hal tersebut boleh dan bahkan dianjurkan, namun kriteria batasannya adalah seperlunya. Penggunaan harta yang tidak dibatasi dengan kriteria ‘seperlunya’ adalah hanya untuk kebutuhan Fi Sabilillah seperti dalam QS 2:219 tersebut diatas. Lantas bagaimana kita mengetahui kebutuhan yang seperlunya tersebut ? Setiap diri kita dilengkapi ilham oleh Allah SWT, sebagaimana ayat “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS 91:8). Ilham ini juga berlaku untuk mengetahui tingkat ‘keperluan’ harta kita untuk 4 hal tersebut diatas. Mata hati kita tahu sebenarnya berapa yang kita butuhkan untuk diri sendiri, keluarga, dan ahli waris. Hanya saja untuk mengantisipasi kebutuhan keluarga kita, kebutuhan anak kita untuk sekolah 18 tahun yang akan datang menjadi sulit kalau kita menggunakan alat ukur yang tidak adil – yang tidak memiliki nilai daya beli tetap dalam rentang waktu yang menengah panjang. Untuk rencana pendidikan anak kita sampai selesai S1 yang sekarang baru lahir kita butuhkan berapa ? tentu tidak mudah apabila kita gunakan nilai Rupiah ataupun Dollar dalam perhitungannya – karena daya beli nilai uang kertas tersebut terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Disinilah perlunya umat Islam menggunakan uangnya sendiri yang adil sepanjang zaman, yang memiliki daya beli tetap sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang yaitu Dinar dan Dirham. Dengan menggunakan mata uang atau timbangan yang adil, kita dapat mengalokasikan harta kita secara adil pula untuk 4 hal yang dibatasi ‘keperluan’ tersebut diatas dan sisanya kita harus infaqkan di jalan Allah ; atau terus diputar dalam usaha namun hasilnya memang diniatkan untuk infaq di jalan Allah. Dengan timbangan yang adil berupa Dinar dan Dirham tersebut kita berharap semoga Aset kita di dunia tetap menjadi aset di Akhirat karena kita infaqkan sesuai haknya, kita juga berlindung dari aset dunia yang menjadi beban di Akhirat. Wallahu A’lam bi Showab.

13 Maret 2009

Buih-Buih dalam Investasi Dinar ..



“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS 13 : 17).

Akhir tahun 80-an ketika marak-maraknya investasi saham digalakkan di masyarakat, saya masih ingat orang-orang ngantri untuk membeli saham apa saja yang ditawarkan ke publik. Awal tahun 90-an ketika Apartemen yang relatif murah ditawarkan ke masyarakat oleh sebuah developer – orang sampai ngantri sejak semalam sebelumnya untuk bisa membeli sebuah apartemen keesokan paginya. Di dunia pertanian, kita juga sering mendengar produk-produk yang harga jualnya hancur justru pada saat panen – padahal ketika para petani rame-rame mulai menanamnya harganya selangit.

Yang selalu menjadi korban dalam setiap gerakan manut grubyug tersebut adalah yang paling tidak memahami ilmunya – atau yang paling awam dalam bidang investasi-investasi tersebut.
Itulah sebabnya, dalam gerakan penyebar luasan Dinar di masayarakat – bukan volume penjualan yang kami kejar tetapi pemahaman. Hal yang sama kami lakukan pada tamu-tamu yang datang; yang datang untuk pertama kalinya dan ingin membeli Dinar dalam jumlah banyak – Insya Allah selalu kita sarankan untuk lebih dahulu memahami apa dan bagaimana Dinar ini, fluktuasi harganya dst. Sampai yang bersangkutan comfortable dengan apa yang akan dibelinya.
Di industri pertanian misalnya, saya belajar dari guru saya yang tebukti sukses dibidang ini. Beliau mencontohkan kalau Anda mau menaman jagung, jagung apa yang akan Anda tanam ? . Jagung manis yang rasanya enak ketika Anda nikmati sambil bertamasya ke puncak, atau jagung yang rasanya biasa-biasa saja untuk bahan makanan ternak ?.
Kebanyakan investor awam akan memilih menanam jagung manis tersebut karena sesuai seleranya. Namun bagi yang berinvestasi secara serius di per-jagungan-ini, akan mengkaji dahulu siapa pasar jagung manis , siapa pasar jagung biasa, bagaimana trend kebutuhan jagung ini dst. Berapa besar pasar jagung manis yang hanya dikonsumsi orang sekali waktu ini, dibandingkan dengan pasar jagung biasa yang menjadi bahan baku industri ? yang kedua inilah yang ternyata jauh lebih besar pasarnya sekaligus lebih kontinyu kebutuhannya.
Kebanyakan investor awam melihat buih dan mengambil keputusan investasi berdasarkan apa yang nampak di permukaan, sebaliknya investor yang lebih jeli akan melihat hal-hal yang lebih fundamental dan hanya berinvestasi setelah benar-benar memahaminya.
Dalam hal investasi Dinar, bila Anda mengambil keputusan jual atau beli hanya dengan memperhatikan fluktuasi harga atau informasi sepintas dari kawan – maka bisa jadi Anda baru berinvestasi dengan melihat buih tersebut. Fluktuasi harga Dinar hanyalah buih yang ditimbulkan oleh uang kertas yang nilainya ‘disetir’ oleh bank-bank sentral dunia beserta para spekulan mata uang.
Sebaliknya bila Anda terus mengikuti kajian-kajian kami dan berbagai sumber informasi lain yang bersifat fundamental terhadap industri emas ini, sebelum akhirnya Anda memutuskan untuk berinvestasi – maka Insyaallah Anda bisa menjadi pemain yang serius dibidang ini.
Bagi Anda yang sudah berhijrah dari timbangan (yang berarti uang) yang semu ke timbangan yang adil, saya ucapkan selamat. Namun saya ingin mengingatkan diri saya maupun para peminat Dinar, ketika kita mulai menggunakan timbangan yang adil (Dinar dan Dirham), kita sudah tidak memerlukan lagi pembanding timbangan yang semu. Jadi kita tidak perlu gembira dengan harga Dinar sekarang dibandingkan dengan Rupiah, Dollar atau mata uang manapun. Demikian pula sebaliknya seandainya harga Dinar mengalami penurunan. Cukuplah keyakinan kita bahwa Allah SWT sebagai penolong dan pelindung kita.

Sebagai Alat Investasi, Dinar hanya no. 2 ...

Islam mengajarkan kita untuk selalu jujur, termasuk ketika kita berdagang. Apabila barang dagangan kita cacat atau ada kelemahanpun kita harus memberi tahu ke pembeli atau memudahkan pembeli untuk mengetahui cacat/kelemahan barang dagangan tersebut. Anda mungkin merasa ini Aneh, karena setiap penjual kecap akan selalu mempromosikan kecapnya sebagai no 1 (yang terbaik) - penjual apapun juga demikian - lihat misalnya di persaingan iklan operator telepon seluler - masing-masing mengklaim dirinya yang terbaik, padahal mereka semua tahu persis bahwa yang no 1 mestinya ya hanya 1, lainnya pasti no 2, 3 dst.

Dalam konteks memperkenalkan jualan yang jujur inilah, dari awal kita ingin memperkenalkan bahwa Dinar sebagai alat investasi hanya menduduki Peringkat 2. Anda kaget ? begitulah realitanya. Betul bahwa dalam 40 tahun terakhir Dinar atau emas mengalami appresiasi nilai rata-rata 28.73% per tahun terhadap Rupiah; terhadap US$ rata-rata peningkatan nilai 10.12%/tahun dalam kurun waktu yang sama. Apresiasi ini tentu sangat jauh dibandingkan dengan hasil deposito Rupiah (rata-rata hanya 6 % - 8 % pertahun).

Namun tetap ada investasi lain yang lebih menarik dari Dinar ? apa itu ? Investasi yang paling menarik adalah usaha/perdagangan yang berjalan baik. Ambil contoh, Anda memiliki usaha perdagangan dengan modal 100 Dinar, setiap minggu Anda berhasil mendapatkan keuntungan 1 % saja dari modal atau 1 Dinar, maka dalam setahun uang Anda telah menjadi 167 Dinar atau peningkatan nilai 67 % - mengapa demikian ? karena setahun ada 52 minggu ditambah efek compound dari hasil yang diinvestasikan kembali. Meskipun usaha/perdagangan yang berhasil merupakan investasi no 1, Ada prasyarat untuk ini yaitu Anda harus sangat menguasai bisnis atau perdagangan Anda.

Hal ini menuntut banyak hal mulai dari pengetahuan, pengalaman, disiplin diri, kontrol disamping modal itu sendiri. Kalau Anda tidak memiliki salah satunya maka Islam memberi banyak solusi. Kalau Anda hanya punya modal tetapi tidak memiliki keahlian berusaha, maka Anda dapat menjadi shahibul mal dan mencari mudharib yang bisa menjalankan usaha yang Anda minati. Kalau Anda hanya memiliki keahlian tetapi tidak memiliki modal, maka Anda dapat menjadi mudharib dan mencari shahibul mal yang sesuai dengan keahlian Anda. Kalau Anda memiliki modal dan keahlian tetapi merasa dua hal ini tidak memadai, maka Anda dapat mencari mitra untuk bersyarikah. Intinya tidak ada alasan untuk tidak mulai merintis usaha.

Ada langkah yang sangat aman dalam merintis usaha ini, dan inilah yang kita lakukan di Gerai Dinar, yaitu menjadikan usaha kita berbasis Dinar. Kita sadari bahwa Dinar hanya no 2 sebagai investasi, dan usahalah/perdagangan sektor riil-lah yang no 1, namun dengan menggunakan Dinar sebagai basis usaha kita (sebaga1 unit account & penyimpan nilai stock) - maka seburuk-buruk hasil usaha ini adalah masih no 2. Ibarat di pertandingan final, juara 2 sudah kepegang - tinggal berjuang keras sedapat mungkin menjadi juara 1 tentunya. Lebih dari itu Dinar bukan hanya sebagai alat investasi; perpindahan Anda dari uang kertas ke uang Riil berupa Dinar dan Dirham adalah perpindahan dari timbangan yang tidak adil ke timbangan yang Adil. Apapun hasil investasi Anda, jangan menoleh kebelakang kembali atau membandingkan hasil usaha Anda ke timbangan/ukuran yang tidak adil (uang fiat/uang kertas) tersebut. Wallahu a'lam bis showab.

Emas Tetap Menjadi " Timbangan" yang Adil

Kali ini saya akan menggabungkan antara emas sebagai timbangan yang adil dan masalah resesi, keduanya untuk menjawab pertanyaan : tetap adilkah emas untuk menentukan harga barang dalam situasi resesi ?. Pertanyaan ini mengemuka karena istilah resesi bahkan stagflasi (stagnasi dan inflasi) ramai dibicarakan para pelaku usaha di dunia saat ini.

Secara teknis sebenarnya definisi resesi adalah apabila terjadi pertumbuhan negatif dari GDP suatu negara dalam dua kwartal berturut-turut. Namun karena indikator GDP ini tidak sepenuhnya akurat maka berbagai pihak berusaha untuk mendeteksi resesi ini secara lebih akurat/ dini; agar dapat mengambil langkah-langkah perbaikan sebelum semuanya menjadi terlalu sulit. Salah satunya adalah apa yang dilakukan oleh National Bureau of Economic Research (NBER) yang mendifinisikan bahwa resesi adalah ” Penurunan aktifitas ekonomi secara significant yang menyebar secara luas dan berlangsung beberapa bulan..” ; maka menurut definisi ini bisa saja saat ini kita sedang berada dalam kondisi resesi.

Dengan menggunakan definisi resesi dari NBER ini, World Gould Council (WGC) mengeluarkan hasil risetnya tetang perilaku harga emas pada masa-masa resesi.Berdasarkan kriteria resesi dari NBER, dunia telah mengalami 5 kali resesi (6 kali apabila yang sekarang juga dimasukkan sebagai resesi) sejak tahun 1971 – tahun dimana dunia melepaskan diri dari emas sebagai standar mata uang.

Dari penelitin harga emas yang dilakukan WGC selama masa-masa resesi yang terjadi antara Nov 73- Maret 73 ; Jan 80- Jul 80; Jul 81-Nov 82 ; Jul 90- Nov 91 dan Mar 01-Nov 01 ; ternyata terbukti harga emas secara global tidak terpengaruh oleh resesi-resesi tersebut.Hasil penelitian menguatkan keyakinan kita bahwa sebagai ‘hakim’ yang adil, emas tetap berperilaku adil sebagai pengukur nilai barang-barang dalam situasi apapun – termasuk dalam situasi resesi dunia.Menurut Imam Ghazali, Emas ibarat cermin – dirinya sendiri tidak memiliki nilai tetapi dapat dengan akurat mencerminkan nilai dari benda-benda lainnya. Wallhu A’lam.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.