Pergerakan Harga Dinar 24 Jam
Dinar dan Dirham
28 April 2009
Kehancuran Uang Kertas ... Tinggal Menunggu Waktu
Semua umat manusia di dunia percaya bahwa mati itu pasti terjadi, bahkan bagian dari keimanan seorang muslim – kita juga yakin seyakin-yakinnya bahwa hari kiamat pasti terjadi. Yang kita tidak tahu adalah waktunya - kapan hal-hal yang pasti tersebut terjadi.
Demikian pula keyakinan kita bahwa uang kertas yang tidak bisa dipisahkan dari riba pasti hancur karena Allah sendiri yang berjanji akan memusnahkannya (QS Al Baqarah : 276). Yang kita juga tidak tahu adalah kapan uang kertas ini akan musnah. Bahkan spekulan masa kini George Soros dan juga futorolog masa kini seperti John Naisbitt -pun meyakini akan berakhirnya dominasi mata uang kertas ini. Ia bahkan mengguncang pasar uang dengan pernyataannya bahwa penurunan nilai Dollar sekarang ini akan menuju berakhirnya dominasi mata uang Dollar yang berlaku di dunia saat ini. Kenyataan ini membuktikan sekali lagi bahwa tidak ada mata uang kertas yang bisa berumur panjang. Keberadaannya bisa jadi akan tetap dipaksakan, tetapi nilainya tidak ada.
Bukti kehancuran uang kertas ini sudah begitu banyak, namun kita sering mengabaikan. Di Indonesia uang kita pernah dipotong tiga angka nolnya tahun 1965. Tahun 1998 kekayaan umat Islam Indonesia dalam Rupiah jatuh nilainya tinggal 1/4 dari nilai sebelumnya hanya dalam hitungan hari.
Foto diatas menunjukkan betapa tragisnya nasib uang kertas di Jerman tahun 1923. Seorang ibu lebih suka membakar uang untuk menghangatkan ruangan daripada membeli kayu bakar – karena harganya sama ! Pada tahun itu juga orang yang membeli roti harus membawa kereta dorong, bukan untuk mengangkut roti – tetapi untuk mengangkut uangnya.
Melihat ini semua, sikap kebanyakan kita adalah seperti melihat kematian. Kita yakin kita juga akan mengalami – tetapi sangat sedikit dari kita yang mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kita beruntung mempunyai petunjuk yaitu Qur'an dan Hadits sehingga insya Allah kita tahu apa yang akan kita lakukan bila sesuatu yang pasti terjadi tersebut benar-benar terjadi.
Dalam teori ekonomi, uang memiliki tiga fungsi yaitu sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange), sebagai Penyimpan Nilai (Store of Value) dan sebagai Satuan Perhitungan/Timbangan (Unit of Account). Ketiga fungsi ini seharusnya melekat pada uang kertas yang kita gunakan selama ini, namun penggunaan uang kertas justru tidak dapat memenuhi ketiga fungsi tersebut sekaligus dengan alasan :
a. Uang fiat tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai alat tukar (Medium of Exchange) yang adil karena nilainya yang berubah-ubah. Jumlah uang yang sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada waktu yang berbeda.
b. Sebagai satuan pembukuan (Unit of Account), uang kertas juga gagal karena nilainya yang tidak konsisten, nilai uang yang sama tahun ini akan berbeda dengan tahun depan, dua tahun lagi dan seterusnya. Catatan pembukuan yang mengandalkan uang fiat justru melanggar salah satu prinsip dasar pembukuan itu sendiri yaitu konsistensi.
c. Sebagai fungsi penyimpan nilai (Store of Value), jelas uang fiat sudah membuktikan kegagalannya pula. Kita tidak dapat mengandalkan uang kertas kita sendiri untuk mempertahankan nilai kekayan kita, di Amerika Serikat-pun masyarakatnya yang cerdas mulai tidak mempercayai uang Dollar-nya karena nilainya turun tinggal kurang dari 40%-nya selama enam tahun terakhir.
Uang kertas hanya berfungsi secara optimal sebagai Alat Tukar. Sebagai Store of Value(penyimpan nilai), nilainya tergerus oleh inflasi dari waktu ke waktu. Karena nilainya yang terus menurun ini maka uang kertas juga tidak bisa secara konsisten dipakai sebagai Unit of Account. Kalau Anda memiliki rumah yang Anda beli 10 tahun lalu senilai Rp 100 juta; tanpa renovasi sekalipun sekarang nilainya diatas Rp 500 juta – maka dalam mata uang Rupiah seolah anda untung, benarkah Anda untung ? darimana untungnya ? lha wong rumahnya ya tetap itu-itunya. Keuntungan semu ini terjadi karena bias Unit of Account yang Anda gunakan yaitu Rupiah.
Dari sini kita semakin yakin bahwa hanya uang emas (Dinar) dan perak (Dirham), yang bisa menjalankan fungsi uang modern dengan sempurna, yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan ( unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value).
Uang Emas/Dinar atau Perak/Dirham yang sebenarnya sepanjang sejarah ribuan tahun bisa memerankan tiga fungsi uang tersebut secara sempurna. Namun karena rezim pemerintahan dunia 85 tahun terakhir hanya menggunakan uang kertas – dan bahkan 27 tahun terakhir melalui IMF melarang penggunaan emas sebagai referensi mata uang; maka Emas/Dinar dan Perak/Dirham belum bisa kita fungsikan sebagai uang dalam pengertian alat tukar secara optimal.
Dalam hal uang, kita yang hidup di zaman ini menghadapi situasi dilematis. Uang kita yang resmi yaitu Rupiah, Dollar, dapat secara efektif kita gunakan sebagai alat tukar saat ini, namun uang kertas ini tidak dapat memerankan fungsi Store of Value dan Unit of Account. Uang kertas hanya secara efektif memerankan 1 dari tiga fungsi uang. Di sisi lain kita juga memiliki uang Dinar dan Dirham yang sudah terbukti efektif memerankan ketiga fungsinya; namun secara legal tidak diakui sebagai Alat tukar. Praktis Dinar dan Dirham baru bisa memerankan 2 dari tiga fungsi uang.
Lantas mana yang kita gunakan ? Tergantung kebutuhan kita !
Komposisi uang kertas dan Dinar Anda tergantung berapa banyak yang Anda butuhkan sebagai Alat Tukar dan berapa banyak pula yang dibutuhkan sebagai Store of Value. Untuk jual beli saat ini, kita membutuhkan uang kertas – maka tidak dianjurkan untuk menukar uang kertas ini dengan Dinar – apabila uang tersebut akan Anda butuhkan dalam waktu dekat (kurang dari 6 bulan).Sebaliknya untuk kebutuhan Anda jangka panjang seperti biaya masuk perguruan tinggi anak-anak, biaya pemeliharaan kesehatan hari tua, biaya pergi haji, biaya perbaikan rumah, anda membutuhkan uang yang berfungsi efektif sebagai Store of Value – Dinar-lah jawaban praktisnya.
Sebenarnya ada jawaban lain yang lebih baik; uang Anda tidak hanya efektif sebagi Store of Value tetapi juga menjadi Growing Assets – apabila Anda dapat berinvestasi di sektor riil secara baik. Dalam hal ini ‘uang’ jangka panjang Anda dapat berupa tanaman di kebun yang terus tumbuh, anak-anak sapi yang terus membesar, ayam dan itik yang semakin banyak, kebun-kebun yang semakin menghijau atau usaha-usaha lain yang berjalan baik. Wallahu A’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Disclaimer
Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini