Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

27 Januari 2012

Inflasi Terhadap Dinar … ?

Harian umum Republika kemarin (Kamis 26/01/2012) memuat tulisan dua pakar ekonomi tentang Promosi Dinar-Dirham. Intinya mengomentari bahwa promosi Dinar-Dirham selama ini dikatakannya sebagai ‘sangat kontra produktif’, ‘lebay’ dan ‘kurang mendidik’. Masalah yang diangkat adalah katanya ada yang mempromosikan Dinar sebagai uang yang ‘tidak mengenal inflasi’ – entah siapa yang dimaksud. Maka melalui tulisan ini saya ingin meluruskan saja, agar penggerak Dinar-Dirham dan para pembaca situs ini – termasuk dua penulis tersebut - bisa tetap melihatnya dengan jernih, dengan kacamata ingin belajar mencari kebenaran.

Intinya ada yang saya sepaham dengan dua ekonom tersebut bahwa inflasi yang disebabkan oleh kebijakan moneter – dengan mencetak uang berlebih, ditiadakan manakala Dinar dan Dirham digunakan. Karena alasannya di tulisan tersebut disebutkan bahwa pihak otoritas tidak akan bisa mencetak Dinar dan Dirham secara semena-mena.

Tetapi ketika kedua pakar ini menjelaskan bahwa inflasi bisa terjadi dengan adanya perubahan nilai relatif emas terhadap benda-benda lain, nampaknya mereka kurang melakukan kajiannya secara lebih mendalam. Juga kurang konsisten dengan pernyataan bahwa ‘otoritas tidak lagi memiliki kemampuan untuk mencetak uang dengan semena-mena’ di atas.

Dalam tulisan tersebut disebutkan misalnya ketika harga barang-barang naik dan harga emas cenderung melemah (seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir), maka ini yang dikatakannya sebagai inflasi harga barang terhadap emas.

Yang menurut saya perlu didalami adalah pemahaman tentang inflasi itu sendiri. Maaf saya bukan pakarnya – bisa jadi dua ekonom tersebut lebih tahu dari saya tentang hal ini, tetapi setahu saya pengertian inflasi adalah kenaikan umum harga barang-barang yang disebabkan oleh penurunan daya beli uang. Sedangkan kenaikan harga-harga beberapa barang yang terjadi karena mekanisme pasar supply and demand, saya menyebutnya bukan inflasi – melainkan naik turunnya harga barang yang fitrah di pasar.

Di jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika Dinar dan Dirham digunakan-pun kenaikan harga barang-barang ini ini pernah terjadi, tetapi tidak disebut inflasi karena fitrah harga yang terbentuk di pasar – yang beliau sendiri tidak mau mencampurinya.

Diriwayatkan oleh Anas RA : “Orang-orang berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ‘Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu menjawab, ‘Alah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorang-pun yang meminta padaku tentang adanya kedzaliman dalam urusan darah dan harta’”.

Jadi apakah kenaikan harga barang-barang di jaman Rasulullah tersebut adalah sama dengan inflasi yang terjadi ketika daya beli uang menurun ? menurut saya kok bukan, itulah naik turunnya harga barang yang fitrah karena mekanisme supply and demand. Ketika barang yang hendak dibeli dengan Dinar atau Dirham menjadi langka, ya tentu harganya akan naik – bukan karena penurunan daya beli Dinar dan Dirham itu sendiri.

Lantas perbedaannya dimana dengan inflasi ?. Pertama naik turunnya barang yang fitrah tidak disertai penurunan daya beli uang yang digunakan - karena digunakan untuk membeli barang-barang lainnya dia tetap berharga. Kedua karena daya beli uang tidak menurun, maka harga barang akan kembali menuju keseimbangannya ketika supply barang akan cenderung bertambah ketika harga barang naik – sampai harga kembali normal.

Itulah mengapa hadits tentang harga kambing satu Dinar di atas terbukti hingga kini. Bukan berarti selamanya satu Dinar, kadang lebih dan kadang kurang tergantung dengan supply and demand-nya. Tetapi dalam jangka panjang dia akan cenderung konvergen menuju kisaran satu Dinar.

Bandingkan hal ini dengan harga kambing dalam Rupiah yang berada di kisaran Rp 1,600/ekor ketika saya kecil akhir tahun 1960-an; tidak pernah balik ke Rp 1,600 hingga kini bukan ? Inilah inflasi itu – harga naik terakumulasi dari waktu ke waktu sehingga tidak pernah balik ke harga tahun-tahun sebelumnya !. Dari waktu ke waktu pergerakan harga divergen, semakin menjauh dari harga pada tahun yang menjadi rujukannya.

Bahwasanya harga emas relatif terhadap barang-barang cenderung konvergen dalam jangka panjang, ini karena supply emas memang tidak pernah berlebihan. Allah menjaganya agar tetap adil sebagai timbangan untuk muamalah seperti yang diungkap oleh Hujjatul Islam Al-Ghazali.

Ini terbukti secara ilmiah dari data statistik ratusan tahun yang menyatakan bahwa supply emas di muka bumi parallel dengan perkembangan jumlah penduduk dunia. Statistik ratusan tahun tersebut ada di buku ‘ Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham’ – halam 105.

Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan, seandainya toh yang dimaksud ‘sangat kontra produktif’, ‘lebay’ atau ‘kurang mendidik’ tersebut ditujukan ke saya sekalipun – meskipun saya tidak merasa demikian. Tetapi yang mendorong saya untuk merespon tulisan dua pakar ini adalah bukan yang terkait kritikan terhadap saya- atau penggerak Dinar dan Dirham lainnya – saya tidak pernah merespon yang demikian, yang mendorong saya untuk merespon justru harapan saya kepada dua penulis yang dia bersama lembaganya menjadi rujukan masyarakat di media.

Mereka adalah orang-orang pinter dibidangnya, jadi banyak umat percaya dan berharap banyak terhadap mereka. Tetapi lantas jangan sampai mereka begitu PD-nya terhadap ilmu ekonominya, sampai berani menantang hadits dengan kalimatnya yang saya kutip penuh – termasuk penulisan titik komanya sbb : “ Ungkapan yang populer untuk menunjukkan hal ini adalah bahwa dulu waktu zaman Rosulullah harga seekor domba sekitar satu dinar dan sampai sekarangkpun harganya tetap satu dinar. Silahkan anda percaya mengenai hal ini. Tetapi ilmu ekonomi akan berkata lain”.

Yang tersirat dari pernyataan tersebut pertama adalah hadits yang terkait dengan harga kambing ini dianggapnya sebagai ‘ungkapan populer’ semata – yang namanya popular tentu bisa mereda setelah tidak lagi popular, sedangkan keyakinan kita menyatakan bahwa kebenaran al-hadits adalah abadi sampai akhir jaman. Yang kedua penulis mempersilahkan pembacanya untuk mempercayainya, tetapi ilmu ekonomi mereka berkata lain ?.

Mungkin saya keliru memahami maksud kalimat tersebut, tetapi kalau yang saya tangkap benar seperti itu maksud mereka – yaitu ilmu ekonomi mereka yang berkata lain yang dianggap lebih benar – maka kemudian digunakannya untuk membantah kebenaran hadits yang disebutnya sebagai ‘ungkapan populer’, saya jadi berharap banyak kepada saudaraku yang pinter-pinter ini untuk minimal segera beristigfar.

Adab menulis ilmiah apalagi dalam nuansa Islam saja sebenarnya sudah tidak pada tempatnya menggunakan kata-kata ya kurang baik seperti kata-kata ‘sangat kontra produktif’, ‘lebay’ dan ‘kurang mendidik’ ; apalagi kalau sampai ditambahi dengan nada merendahkan al-Hadits sebagai ‘ungkapan populer’ yang bisa dipercayai bisa juga tidak – dan seolah ilmu ekonomi bisa lebih benar ? , maka kata-kata demikian sungguh mengejutkan kami karena itu datang dari para ahli ekonomi syariah yang diharapkan banyak orang – dari sisi individu maupun lembaganya.

Bukankah sebagai seorang Muslim yang berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shahih kita harus mengimani apa yang ada didalamnya ?. Bahkan ketika ilmu pengetahuan kita belum sampai untuk melihat kebenarannya – bisa jadi itu karena keterbatasan ilmu kita ?.

Hadits yang iriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri berikut bisa menjadi pelajaran: “ Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata, “ Saudaraku sedang mengalami sakit perut” kemudian Rasulullah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata kepada laki-laki tersebut, “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali kepada Rasulullah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan beliau berkata kembali “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali untuk ketiga kalinya dan Rasulullah tetap berkata “Suruh dia minum madu” , kemudian laki-laki itu kembali dan berkata “ Sudah saya lakukan ya Rasulallah”, kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda “Allah telah menyampaikan yang benar, tetapi perut saudaramu berbohong, suruh dia minum madu”. Kemudian laki-laki itu meminta saudaranya untuk kembali minum madu dan dia sembuh”. Wa Allahu ‘Alam.

Laa hawla wa laa quwwata illaa bi Allah.

24 Januari 2012

Karena Aku Seorang Pengusaha…

Ini puisi seorang pengusaha atau entrepreneur yang tidak mau disebut namanya, tidak sebagus puisi yang ditulis para seniman – tetapi menurut saya sendiri mewakili jati diri seorang pengusaha. Mirip lagu ‘Aku Ini Si Gembala Sapi’ yang kita hafal sewaktu di sekolah dasar, gara-gara lagu ini dahulu – anak-anak kecil di desa bangga menjadi penggembala sapi. Dengan mengungkap ‘jati diri’ seorang pengusaha melalui puisi ini-pun mudah-mudahan generasi ini atau bahkan generasi yang akan datang dapat lebih termotivasi untuk menjadi seorang pengusaha - sekaligus tahu what it takes to be an entrepreneur – apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pengusaha.

Karena Aku Seorang Pengusaha…

Ketika orang lain baru mulai bekerja, aku sudah menyelesaikan ¼ dari pekerjaanku hari itu. Tetapi ketika orang lain selesai dengan pekerjaannya, aku baru menyelesaikan ¾ dari pekerjaanku.

Aku bekerja 2 kali lebih banyak dari yang dilakukan orang lain, bukan karena ada yang menyuruh aku melakukannya. Bukan pula karena aku harus melakukannya, tetapi karena aku memang senang melakukannya.

Ketika akhir bulan tiba, orang-orang lain yang bekerja umumnya gembira menerima upah dari pekerjaannya. Akupun gembira, tetapi bukan karena menerima upah dari pekerjaanku – karena aku masih mampu membayar upah para bekerja.

Ketika segala sesuatunya tidak berjalan semestinya, orang lain bisa menyalahkan atasannya, bisa menyalahkan system, bisa menyalahkan pasar, bisa menyalahkan krisis dan bahkan bisa menyalahkan cuaca. Tidak demikian denganku, the buck stops here – nobody else to blame, semua masalah menjadi tanggung jawabku – tidak ada orang lain yang patut disalahkan.

Ketika orang lain melihat masalah di sekitar mereka, aku melihatnya peluang untuk diatasi. Ketika orang lain melihat sampah, aku melihatnya bahan baku untuk industri.

Ketika orang lain sibuk untuk menabung kelebihan uang mereka, aku juga selalu sibuk untuk mencari solusi bagaimana mendanai berbagai ide usaha. Orang lain mendapat bagi hasil yang pasti, tidak demikian dengan dana usahaku – tidak ada yang bisa memberikan jaminan yang pasti.

Di akhir pekan, di hari liburan – orang lain bisa sepenuhnya istirahat dengan melupakan segala persoalan pekerjaannya. Tidak demikian denganku, tidak ada waktu untuk berlibur dari tanggung jawab – aku harus tetap siaga dimanapun aku berada.

Ketika orang lain berlibur adalah berlibur - tidak ada yang boleh mengganggunya, kadang aku-pun ber –‘libur’ tetapi bukan untuk berlibur – aku mencari peluang dengannya.

Di akhir malam, ketika orang lain berdoa untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan yang baik dan karir yang cemerlang nanti. Akupun berdoa untuk mampu menjaga amanah, untuk diberi dan dipertemukan dengan orang-orang yang jujur – adil – dan hati-hati agar tidak ada rasa bimbang di hati.

Orang lain akan pensiun pada waktunya, menikmati hari tua dengan dana pensiunnya atau dengan tunjangan hari tuanya. Tidak denganku, usia tidak menghalangiku untuk tetap bekerja, dana pensiun dan tunjangan hari tua-ku telah habis ketika aku membutuhkan modal usaha.

Ketika istri-istri orang lain sibuk mengelola penghasilan para suami mereka, istriku-pun sibuk – bukan untuk mengelola penghasilanku, tetapi untuk ikut berusaha dan menjaga agar orang lain tetap bisa bekerja.

Ketika anak-anak orang lain mendapatkan jatah uang saku bulanannya, anak-anakku harus bekerja untuk memperoleh uang sakunya. Bagi anak-anakku, uang saku bukan something to be given (sesuatu yang harus diberikan) kepada mereka, tetapi something to be earned (sesuatu yang harus diusahakan) oleh mereka.

Satu demi satu usaha terus aku rintis, bukan karena aku ingin terus bertambah kaya – karena memang ternyata tidak semuanya berbuah hasil. Tetapi karena aku memang senang melakukannya, untuk tetap bisa berbuat adil.

Aku tahu domainku hanya untuk berusaha dan bekerja dengan senang, masalah hasil adalah domain dan kuasa dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku hanyalah pelaku, Dia-lah Sang Penentu.

Karenanya, tidak patut aku berbangga dengan hasil usaha, tetapi syukurku yang terus aku panjatkan atas kesempatan yang telah diberikanNya kepadaku untuk tetap bisa berusaha. Karena aku seorang pengusaha, tugasku hanya berusaha…!. NN.

17 Januari 2012

2012, tahun emas investasi perak


Logam mulia apa, diluar Palladium dan Platinum, yang seiring – sejalan kenaikannya dengan emas, bahkan mengalahkannya di 2009 – 2010? Logam apa yang dikonsumsi massal oleh industri sekaligus disimpan secara retail oleh investor perorangan? Apa komoditas yang sama populernya dengan emas di pasar komoditas internasional tapi tak terlalu jadi perhatian di Indonesia? Logam mulia apa yang berpotensi meledak di tahun ini dan tahun mendatang, dan sudah terlihat makin kuat gejalanya bertahun terakhir? Untuk semua pertanyaan di atas, perak jawabannya.

Perak memang sama bernilai seperti kakaknya, emas, dengan exchange rate yang lebih rendah. Lebih terjangkau untuk investor dengan dana sedang, tapi dengan tingkat hasil setingkat emas. Bob Quartermain, CEO Silver Standard Inc mengistilahi perak : It is often viewed as gold substitute or “poor man’s gold”. Pada masa imperium Romawi, Persia yang sejaman menggunakan perak sebagai koin tukar-menukar barang dengan gambar Kisra di salah satu sisinya. Dinarium (emas) dikenal di Romawi, Dirham (perak) digunakan di Persia. Kekhalifahan Islam kemudian menstandarisasinya serta menggunakannya secara bersama sebagai alat bayar yang sah (juga sebagai simpanan pribadi masyarakat Islam) hingga berakhir awal abad ini. Di Eropa dan Amerika, alat simpan harta berupa perak ini hingga kini masih popular dalam bentuk koin dan batangan. Hampir setiap negara Eropa, juga Australia, Selandia Baru, Amerika dan Kanada memiliki brand untuk koin perak yang mereka keluarkan. Kondisi sebaliknya terjadi di masyarakat timur yang notabene mewarisi peradaban Islam, perak (juga emas) sangat terlupakan.

Banyak fakta lain yang menarik, dan analis percaya akan terulang dalam waktu yang dekat, setidaknya mendorong minat investasi perak akan membesar dalam waktu dekat. Minat yang membesar akan mendorong pelipatgandaan nilai komoditas.

- Mungkin tak banyak yang mengamati, tapi kenaikan perak secara rata-rata 3 tahun terakhir jauh lebih tinggi dibanding emas. Secara berturut-turut mulai 2009 kenaikan perak 57% (emas 31%), 2010 kenaikan perak 65% (emas 24%) dan 2011 kenaikan perak 7% (emas 22%). Dilihat dalam tiga tahun, perak secara rata-rata telah naik 43%, sementara emas 26%

- Pada 1979 – 1980, kita perlu 17 troy ounce perak untuk mendapatkan 1 troy ounce emas. Artinya rasio emas terhadap perak adalah 1 : 17. Pada kuartal 1 – 2011 rasionya 1 : 55. Sekarang makin menipis dan akan terus mendekat

- Dalam satuan mata uang Dinar dan Dirham, standar jaman Umar ibn Khattab adalah 1 Dirham ada di kisaran 1/10 – 1/12 Dinar. Dirham adalah perak 2,975 gram dan Dinar adalah emas 4,25 gram. Untuk waktu yang sangat lama, hingga tahun 1500 Masehi, standar ini dijadikan standar bank-bank di UK. Pada 2009, 1 Dirham = 1/49 Dinar. Pada 2010, 1 Dirham – 1/26 Dinar. Angka ini makin mengecil untuk kemudian menemukan rasio normalnya kembali

- Perpindahan kapital dari barat ke timur. 12% penduduk dunia di Eropa dan Amerika sekarang harus menerima kenyataan bahwa 88% pengendali pasar dunia, termasuk gerakan investor individual ada di Asia dan belahan timur lainnya. Investor dengan ledakan pendapatan di China, India dan Indonesia membelanjakan dana menganggurnya jauh lebih banyak logam mulia dibanding yang dilakukan masyarakat Eropa dijadikan satu. Dan, investor timur punya kecenderungan membeli di harga berapapun, yang artinya mendorong permintaan makin tinggi atas perak, emas dan logam hakiki lainnya. Bagi investor timur, logam mulia adalah pilihan pengganti investasi di sektor keuangan yang labil.


Saat ini perak belum mendapat perhatian serius investor Indonesia. Bagi investor jeli, ini saatnya masuk. Inilah tahun dimana perak akan makin secemerlang emas.


Oleh : Endy J Kurniawan

16 Januari 2012

Orang-Orang Yang Menyiapkan Parasut Kita…

Seorang purnawirawan penerbang tua bersama istrinya lagi duduk-duduk menikmati makanan di sebuah restoran. Tiba-tiba datang seorang yang kurang lebih sama usianya dan menyapanya dengan hangat : “Apakah Anda si Fulan ?” yaitu menyakan nama dari si pilot, karena memang nama dia yang disebut maka dijawab dengan bersemangat pula : “Betul !, dan siapa Anda ?” , yang ditanya tidak segera memberikan namanya, tetapi hanya memberitahukan apa yang dahulu pernah dilakukannya sekian tahun lalu : “ Saya dahulu orang yang mempersiapkan parasut Anda”.

Karena sampai berpisah kembali orang yang menyapa tersebut tetap tidak memberikan namanya, si pilot tua gelisah sepanjang hari memikirkan siapa tadi orang yang memperkenalkan dirinya sebagai yang mempersiapkan parasut. Dia lantas mengenang kembali apa yang terjadi ketika masih aktif sebagai penerbang pesawat tempur dahulu.

Di misi penerbangan terakhir pesawatnya tertembak oleh roket SAM (Surface to Air Missile), pesawat dia hancur dan jatuh. Namun sebelum pesawat jatuh si pilot sempat menekan tombol untuk kursi pelontar dan akhirnya selamat mendarat dengan parasut. Yaitu parasut yang disiapkan oleh orang yang tadi menemuinya.

Si pilot gelisah setelah pertemuan tadi karena merasa bersalah, bagaimana dia bisa bahkan tidak mengenal nama orang yang begitu penting pekerjaannya – yang menjadi perantara Sang Pencipta untuk menyelamatkan dia dengan parasutnya.

Apa yang dialami oleh pilot tersebut bisa jadi juga kita semua mengalaminya, begitu banyak orang-orang di sekitar kita yang berjasa kepada kita. Menjadi perantara Allah untuk kemajuan usaha kita, kelancaran pekerjaan kita, keselamatan kita dari musibah, kenyamanan hidup kita dlsb-dlsb. Sudahkah kita mengenal mereka, menyapa mereka untuk sekedar berterima kasih atau sekedar menunjukkan wajah senang kita ketika melihat mereka ?.

Lebih banyak kita tidak tahu atau tidak sadar, bahwa orang-orang yang berjasa menolong kita tersebut antara lain adalah orang-orang dhuafa di sekitar kita. Innamaa tunshoruuna waturzaquuna bidhu’afaa-ikum” - Sesungguhnya kalian ditolong dan diberi rizki lantaran (do’a ) orang-orang dhu’afa diantara kalian !

Lantas bagaimana agar do’a orang-orang dhu’afa di sekitar kita tersebut berkelanjutan ? agar keselamatan dan rizki kita juga berkelanjutan ?, itulah perlunya kita juga secara terus menerus menyapa dan menyantuni mereka ini secara berkelanjutan.

Tetapi apa bentuk sapaan dan santunan yang berkelanjutan yang efektif agar mereka juga terjaga kehormatannya dan bangkit pula semangatnya untuk berkarya ?, Menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai untuk mereka – insyaallah adalah salah satu jalannya.

Maka dalam skala mikro diri dan lingkungan kita, maupun makro negara kita – penciptaan lapangan pekerjaan ini amat sangat penting. Untuk tugas yang penting ini, peran para (calon) entrepreneur-pun menjadi vital – karena mereka inilah yang akan membuka lapangan pekerjaan – lapangan pekerjaan tersebut.

Kepedulian kita untuk berbuat terhadap orang-orang yang ‘mempersiapkan parasut kita’ inipun nantinya akan menjadi amat sangat penting , agar ‘parasut-parasut’ kita benar-benar berfungsi pada saat kita membutuhkannya – di dunia maupun di akhirat !. InsyaAllah…

13 Januari 2012

Harga Emas : Dari Mana dan Akan Kemana…?

Dalam dunia usaha, posisi sesaat tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan trend-nya. Misalnya Anda punya warung sembako yang tahun 2011 lalu omset-nya Rp 50 juta, Angka ini tidak bisa untuk menjelaskan kinerja Anda apakah baik atau buruk. Angka ini baru berarti sesuatu bila misalnya dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Bila tahun 2010 omset Anda Rp 25 juta, berarti kinerja Anda tahun 2011 meningkat luar biasa 100 %. Sebaliknya bila tahun 2010 omset Anda sudah Rp 100 juta, maka usaha Anda sedang mengalami sunset atau sedang tenggelam di tahun 2011. Maka demikian pulalah dalam melihat perkembangan harga emas.

Pada akhir tahun 2011 lalu harga emas perdagangan London ditutup pada angka US$ 1,531.00/Oz – ini tidak menjelaskan apa-apa bila tidak dilengkapi dengan pembanding dari angka-angka tahun sebelumnya. Dari data di Kitco.com misalnya Anda bisa tahu bahwa harga emas penutupan London tahun sebelumnya (2010) adalah US$ 1,405.50, dan penutupan lima tahun sebelumnya (2007) adalah US$ 833.75. Jadi harga emas dunia akhir tahun 2011 sejatinya mengalami kenaikan sekitar 9 % dibanding tahun sebelumnya, dan naik sekitar 84 % dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Dalam rupiah angka-angka ini berbeda karena faktor kurs. Akhir 2011 harga emas di pasar Indonesia sekitar Rp 500,000/gr, dibandingkan dengan akhir tahun 2010 sekitar Rp 400,000/gr dan akhir 2007 sekitar Rp 250,000/gr. Artinya di Indonesia harga emas telah mengalami kenaikan 25 % setahun terakhir dan 100 % dalam lima tahun terakhir !.

Apa makna angka-angka tersebut sesungguhnya ?, masyarakat harus melihat emas ini dalam perspektif jangka panjang. Pemerintah China nampak-nya melihat hal ini dengan baik sehingga bank sentralnya terus menambah persediaan emasnya disamping juga mereka mendorong dan mempermudah rakyatnya rame-rame membeli emas.

Tidak demikian halnya dengan negara-negara lain, dengan alasan-nya sendiri-sendiri dan sebagian juga karena ketidak tahuannya – negara-negara lain lebih condong mendorong rakyatnya mengakumulasi kekayaan dalam uang kertasnya – mereka justru khawatir bila rakyatnya terlalu banyak memegang emas maka mata uang kertas mereka akan jatuh.

Disinilah sebenarnya pentingnya peran pemerintah, bank sentral dan dunia per-bank-an untuk dapat melihat emas ini dari perpekstif jangka panjang dan dari perspektif kepentingan masyarakat/rakyat-nya untuk bisa bertahan - bila krisis mata uang seperti yang pernah kita alami tahun 1997/1998 berulang.

Sejak dua tahun lalu saya sebenarnya termasuk yang tidak setuju dengan akselerasi pembelian emas oleh masyarakat yang didanai dengan uang pinjaman atau gadai - bila tidak didukung oleh proses penciptaan nilai tambah. Namun bila kini direm mendadak sebenarnya juga tidak tepat, apalagi bila keputusan pengereman-nya dilandasi dengan persepsi jangka pendek bahwa seolah harga emas akan nyungsep.

Yang harus dilakukan oleh pemerintah, bank sentral dan dunia perbankan adalah meng-edukasi secara benar agar masyarakat tahu betul karakter dan fungsi emas ini. Mereka harus mementingkan kemampuan masyarakat dalam memutar ekonomi kemudian juga mampu mempertahankan kemakmurannya dengan baik – di atas kepentingannya untuk menjaga nilai mata uang kertas yang costly dan toh terbukti terus mengalami penurunan daya beli - sekuat apapun mereka berusaha mempertahankannya.

Fungsi semacam ini juga yang diemban oleh Gerai Dinar dalam skala Mikro, melalui tulisan dan melalui briefing ke agen-agen baru selalu kami ingatkan bahwa membuat masyarakat paham jauh lebih penting ketimbang membuat masyarakat membeli. Agen tidak kami kenakan target penjualan karena memang bukan menjual emas atau Dinar ini target utama kami – tetapi membuat masyarakat paham.

Itulan sebabnya tulisan di situs ini akan jauh lebih banyak yang mengajak untuk memutar emas atau Dinar dengan membangun jiwa dan semangat entrepreneurship – ketimbang yang membahas Dinar atau emas itu sendiri.

Tulisan-tulisan mengenai emas seperti pada tulisan ini hanya saya buat bila dipandang perlu untuk untuk me-refresh posisi perkembangan terakhir dan memberi perspektif yang lebih luas kepada masyarakat.

Dari waktu ke-waktu harga emas berayun seperti bandul jam. Bila posisi jam 6 kita anggap harga rata-rata, posisi jam 5 adalah harga tertinggi dan posisi jam 7 adalah harga terendah – maka begitulah harga emas – kadang menuju angka terendah (ayunan dari arah jam 6 ke jam 7) – kadang menuju angka tertinggi (dari arah jam 6 ke jam 5).

Untuk membantu memahaminnya saya sajikan grafik harga emas dalam Rp/gr yang saya kumpulkan sejak hampir empat tahun lalu dibawah. Harga rata-rata untuk mengetahui posisi jam 6-nya saya ambil dari rata-rata bergerak 50 harian atau bila di pasar disebut Daily Moving Average – 50 (DMA-50).

Trend Harga Emas 2008-2012

Trend Harga Emas 2008-2012

Maka dari grafik harga suatu waktu dan harga DMA-50 kurang lebih kita bisa memvisualisasikan sedang berada dimana bandul jam saat itu. Untuk Saat ini kurang lebih kita berada di sekitar jam 6 karena harga emas lagi berada di kisaran Rp 510,000/gram yang bersamaan dengan itu harga DMA-50 juga berada di kisaran harga ini.

Beberapa pekan terakhir ketika masyarakat investor emas dibuat panik dengan investasi emasnya karena didorong oleh (wacana perubahan) kebijakan di bank sentral dan dunia perbankan syariah – saat itu bandul harga emas memang lagi berada di arah jam 6-7 ( berayun kebawah). Waktu-waktu di mana garis biru berada dibawah garis ungu adalah waktu bandul jam berada antara pukul 6-7 atau sebaliknya, dan ketika garis biru di atas garis ungu adalah ketika bandul jam berada antara pukul 6-5 atau sebaliknya.

Sebagaimana ayunan bandul jam yang bergerak cepat dengan urutan 6-7-6-5-6-7-6-5 dst., maka posisi gerakan cepat ini sebenarnya tidak perlu membuat panik siapapun apalagi kalau sampai menjadi dasar suatu kebijakan.

Dasar suatu kebijakan harus didukung oleh perspektif jangka panjang. Dari grafik di atas misalnya, kita tahu bahwa dari waktu ke waktu memang harga emas terus berayun – tetapi long term trend-nya jelas masih naik.

Meskipun demikian, betapa masuk akalnya sekalipun trend harga emas jangka panjang seperti yang pernah juga saya buat prediksi matematisnya di tulisan sebelumnya- dimana berdasarkan formula trend polynomial harga emas akan mencapai kisaran di atas Rp 1,000,000/gram tahun 2015 (ketika anak Anda yang kelas 3 SMP sekarang sampai kelas 3 SMA !) – ini tetaplah prediksi, bisa benar dan bisa juga keliru.

Tidak ada yang bisa melihat masa depan dengan 100% kebenaran, oleh karena itulah masyarakat harus dibuat mengerti dahulu sebelum mereka membeli atau berinvestasi di emas ini – mereka harus bisa melihat full picture-nya, bukan antusiasme sesaat seperti ketika harga emas melonjak selama Agustus – September 2011 lalu, dan bukan pula harus menjual karena kepanikan sesaat seperti yang terjadi antara November - Desember 2011 lalu. Wa Allahu ‘Alam

06 Januari 2012

Delapan alasan investasi emas

Emas makin disuka sebagai salah satu pilihan investasi. Sebagian menyebut emas sebagai pelindung aset, bahkan di komunitas tertentu emas dalam bentuk koin menjadi alat transaksi. Berinvestasi emas yang dulu menjadi cara paling tradisional generasi orang tua kita, sekarang menjelma menjadi cara investasi modern dengan gayanya yang baru : koleksi emas batangan sebagai pengganti tabungan dan deposito di bank, syi’ar transaksi syar’i dengan Dinar (dan Dirham), arisan emas sambil kongkow sepulang kerja serta investasi emas model cicilan di bank syariah.

Terlepas dari tren dan kesadaran kolektif masyarakat yang didorong pengetahuan akan pentingnya investasi, sebetulnya apa alasan kita berinvestasi emas? Mari kita lihat kelebihan-kelebihannya :

1. Emas adalah global currency dan nilainya diakui secara universal. Emas bernilai dimanapun, ia adalah mata uang yang diterima seisi bumi. Nilai intrinsiknya tetap & standar, sehingga bisa dibeli dan dicairkan di belahan bumi manapun.

2. Kebal inflasi, atau nilainya naik tidak pernah lebih rendah dari rata-rata inflasi. Pada 2010 emas naik 4 kali lipat inflasi nasional (inflasi 6,1% dan emas naik 24%), pada tahun 2011 emas naik 5 kali lipat lebih terhadap inflasi nasional (inflasi 3,79%, dan emas naik 22%)

3. Perawatannya mudah dan tidak perlu perlakuan khusus serta minim biaya, berbeda dengan harga pasif lainnya seperti rumah atau tanah.

4. Investasi dengan resiko sedang. Resiko yang mungkin muncul atas investasi emas adalah kehilangan, tapi bisa diemilinir dengan penyimpanan yang baik di Safe Deposit Box

5. Memerlukan modal minimal sehingga investor dengan tingkat penghasilan berapapun bisa memulai investasinya di emas. Dengan dana bulanan Rp 500.000 seorang mahasiswa bisa memulai investasinya dengan membeli emas dengan berat 1gram (harga saat ini). Atau menjadikannya DP cicilan emas dengan satuan lebih besar.

6. Mudah dipindahkan dari manapun ke lokasi lain yang diinginkan. Ini bermakna emas mudah ditransaksikan, dijadikan hadiah atau pemberian, juga diturunkan sebagai warisan.

7. Tahan lama karena emas tidak bereaksi dengan udara, benda cair serta logam lainnya. Emas juga keras sehingga sulit sekali berubah bentuk. Kecuali emas perhiasan yang perlu dibersihkan rutin agar tetap mengkilat, emas batangan dan koin dinar bisa tetap dalam tempatnya bertahun-tahun dan tak ada perubahan fisik yang terjadi padanya

8. Liquid dan dalam penguasaan pribadi, sehingga bisa diperjual-belikan serta dimanfaatkan sesuai keperluan pemiliknya. Emas adalah investasi dalam kontrol sepenuhnya dari investor.

Bagaimana, makin mantap kan berinvestasi emas/Dinar ? Tanpa modal besar & kemudahan mendapatkan, investasi emas/Dinar bisa mulai dari sekarang juga!


Oleh : Endy J Kurniawan

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.