Tulisan saya kali ini saya ambilkan dari isi buku berjudul “Guide to Investing in Gold and Silver” karya Michael Maloney yang diterbitkan oleh Business Plus – Hachette Book Group (2008). Buku yang seharusnya sudah bisa kita beli di Indonesia tahun lalu ini, ndak tahu kenapa baru bisa kita jumpai di toko buku asing kenamaan Jakarta sekarang – mungkin karena penerbitnya yang tidak terlalu terkenal sehingga distribusi globalnya lelet.
Penulisnya sendiri adalah tokoh penting dalam dunia emas, perak dan berbagai bisnis metal lainnya. Dia bahkan juga penasihat investasi yang mendorong orang sekaliber Robert Kiyosaki mengalihkan sebagian besar investasinya ke perak. Robert Kiyosaki bahkan memberi pengantar pada buku ini dengan menyebut penulis sebagai orang yang pandai merangkai titik-titik menjadi informasi yang bermakna – sementara orang lain mungkin hanya dapat melihat sebagi titik-titik yang tidak bermakna.
Banyak sekali isi dari buku ini yang mirip dengan buku saya “Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham” (Spriritual Learning Center, 2007); khususnya yang menyangkut pandangan tentang uang dan mengapa uang hanya bisa diperankan secara sempurna oleh emas dan perak. Bahkan di awal tulisannya Michael berusaha meluruskan salah kaprah dalam pemahaman tentang Currency dan Money di masyarakat.
Menurutnya apa yang disebut ‘uang’ oleh masyarakat sekarang sebenarnya hanyalah Currency – yaitu alat tukar yang hanya berlaku sesaat. Currency tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan nilai (store of value) yaitu prasyarat untuk dapat disebut sebagai uang (Money).
Sebaliknya uang yang sesungguhnya atau Money, selain dia dapat digunakan sebagai alat tukar (medium of exchange) ; dia juga berperan sebagai penyimpan nilai (store of value). Jadi Money pasti juga berupa Currency, sedangkan Currency belum tentu berupa Money.
Menurut Michael, hanya emas dan perak-lah yang dapat berperan sebagai Money sejak dahulu sekarang dan masa yang akan datang. Nampaknya pendapat ini Fitrah, karena pendapat serupa sudah dinyatakan oleh Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sekitar 900 tahun lalu. Kalau Imam Ghazali mendasarkan pendapatnya ini pada pemahaman yang sangat dalam tentang syariah emas dan perak; Michael Maloney mendasarkan pendapatnya pada alasan-alasan ekonomi.
Menurut Michael , berikut adalah alasannya mengapa hanya emas dan perak-lah uang yang sesungguhnya (money) itu :
1. Selama lebih dari 5,000 tahun, hanya emas dan perak yang terbukti sebagai asset yang tidak pernah gagal. Ini karena emas dan perak adalah tangible assets yang secara inherent membawa nilai-nya sendiri.
2. Emas dan perak adalah asset yang bisa sepenuhnya private dan tidak merupakan bagian dari system financial – dia tidak akan terganggu oleh kegagalam system financial manapun.
3. Emas dan perak adalah asset yang tidak merupakan liability pihak lain. Sebaliknya uang kertas, saham, obligasi dlsb. adalah asset yang merupakan liability pihak lain. Uang kertas adalah liability dari negara yang mengeluarkannya, demikian pula saham dan obligasi adalah liability bagi yang mengeluarkannya. Apa jadinya bila yang memiliki liability tersebut gagal memenuhi kewajibannya ?, maka uang kertas, saham, obligasi dlsb. menjadi tidak ada nilainya.
4. Emas dan Perak dapat sepenuhnya dimiliki secara pribadi.
5. Emas dan Perak berfungsi sebagai safe-haven atau jaring pengaman investasi dikala terjadi gejolak ekonomi.
6. Emas dan Perak terbukti aman dikala inflasi tinggi maupun deflasi.
7. Emas dan perak memiliki value density yang tinggi, mudah disimpan dan mudah bergerak dengan nilai yang tinggi.
8. Nilai jual dan beli yang umumnya memiliki spread yang rendah – pemiliknya tidak kehilangan nilai yang berarti ketika melakukan jual beli; beda dengan real estate misalnya yang ongkos transaksinya bisa sangat tinggi oleh berbagai sebab seperti notaris, pajak, legal audit dslb.
9. Karakteristiknya jelas , emas 24 karat yang satu sama nilainya dengan emas 24 karat lainnya meskipun bentuknya berbeda-beda.
10. Emas dan perak secara fisik – adalah uang dengan sendirinya – tanpa perlu pengakuan oleh pihak manapun bahwa dia uang.
Dengan sepuluh alasan tersebut, penulis buku diatas sekarang sibuk meng-edukasi masyarakat dunia akan suatu phenomena besar yang sedang dan akan terus terjadi yang dia sebut sebagai Wealth Transfer atau perpindahan kemakmuran.
Karena hampir seluruh mayoritas masyarakat dunia baik bersifat individu, korporasi maupun negara menyimpan ‘kemakmurannya’ dalam bentuk asset berupa currency, stock, bond dan sejenisnya – yang sejatinya tidak dapat berperan sebagai penyimpan nilai atau store of value; maka asset dari masyrakat dunia tersebut akan dengan mudah menurun atau bahkan hilang sama sekali nilainya.
Lantas kemana nilai-nilai asset tersebut berkurang atau menghilang ?, ke benda lain yang yang bisa menyimpan nilai dengan sempurna tentu saja. Yang paling mudah salah dua-nya ya emas dan perak itu tadi. Ketika uang kertas nilainya turun, pastilah emas dan perak nilainya melonjak. Pada saat itu, dengan emas dan perak yang sedikit saja – Anda akan dapat menguasai berbagai asset lainnya. Disitulah letak Wealth Transfer yang dikatakan oleh Michael Maloney ini.
Phenomena Wealth Transfer ini bisa terjadi secara sangat cepat seperti yang sungguh nyata terjadi di Indonesia tahun 1998, atau secara gradual yang terjadi di seluruh belahan dunia dalam dekade terakhir dan insyaallah masih akan terus terjadi.
Untungnya dengan phenomena ini adalah pilihan sebenarnya ada pada diri kita; kita bisa mempersiapkan diri ketika proses Wealth Transfer ini terjadi – kemakmuran meninggalkan kita atau kemakmuran yang menuju ke kita – kuncinya adalah emas dan perak ada pada siapa saat phenomena tersebut terjadi. Wa Allahu A’lam.