Hari-hari ini para pelaku bisnis banyak membicarakan potensi terjadinya kekacauan nilai mata uang dunia. Kemarin bahkan ekonom senior OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) Jorgen Elmeskov mengakui bahwa OECD tidak menepis risiko akan terjadinya kekacauan nilai tukar mata uang ini karena timpangnya ekonomi dunia saat ini.
Melalui tulisan saya lebih sebulan lalu, tepatnya tulisan dengan judul Tinggalkan Dollar Selagi Sempat; saya juga sudah mengingatkan masalah ini. Di tulisan saya sebulan lalu tersebut saya juga menulis “Dari tahun ketahun berbagai tingkat pejabat tinggi Amerika sampai presidennya sendiri riwa-riwi ke China; Apa misinya ?”; benar saja – meskipun saya tidak tahu jadwal Presiden Amerika ketika saya menulis tersebut ! – sebulan kemudian (minggu ini) Presiden Amerika bener-bener berkunjung ke China.
Misinya-pun tepat seperti yang saya tulis tersebut, yaitu membujuk pemimpin China agar uang Renminbi China (lebih dikenal dengan Yuan) dijaga pada nilai yang tinggi – atau dengan kata lain agar US$ terus menurun nilai tukarnya terhadap China.
Seperti juga pemimpin-pemimpin Amerika sebelumnya, nampaknya Obama kali inipun harus kecewa atas jawaban China. Para pemimpin China akan lebih memilih mempertahankan lapangan kerja bagi ratusan juta penduduknya sendiri ketimbang membantu sekutunya sekalipun.
Karena Amerika menginginkan nilai tukar mata uangnya rendah untuk kepentingan ekonomi dalam negerinya; China juga berkepentingan yang sama (demikian pula negara-negara lain) – maka yang terjadi adalah banting-bantingan dalam nilai mata uang kertas – dan akhirnya akan terjadi apa yang disebut Exchange Rate Chaos.
Persiapan apa yang bisa Anda lakukan untuk mengadapi Exchange Rate Chaos ini ? Silahkan kunjungi situsnya TV business kenamaan CNBC atau klik disini. Anda akan bisa melihat langsung penjelasan ahlinya tentang masalah ini. Nara sumber dalam acara tersebut adalah Jim Rickards, senior managing director of market intelligence dari Omnis; jadi nara sumber yang competent untuk bidangnya ini.
Apa saran Jim Rickards bagi para investor untuk menghadapi masalah ini ?, jauhi currency trade ( bahasa saya jauhi Dollar dan sejenisnya !) , dan belilah emas (tentu juga Dinar). Alasan dia adalah harga emas tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter, harga emas merupakan hasil dari mekanisme fundamental pasar sesuai hukum permintaan dan penawaran.
Yang menarik dari si Jim Rickards ini adalah analisa berikutnya yang saya terjemahkan langsung dari bahasa dia sebagai berikut : “Sangat sedikit orang yang berpikir bahwa emas adalah uang, bila Anda berpikir bahwa emas adalah uang – maka tingkat harganya akan berkisar antara US$ 4,000 sampai US$ 11,000 per ounce – inilah harga emas yang wajar untuk mengimbangi supply uang”.
Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa pada saat harga emas menginjak US$ 4,000/ounce atau hampir 4 kali dari harga sekarang, maka ini berarti US$ sudah terdevaluasi 75 %-nya. Tanpa berpikir bahwa emas adalah uang saja, menurutnya harga emas untuk tahun depan sudah akan mencapai US$ 2,000/ounce tanpa susah payah (without breaking a sweat).
Jadi harga emas memang tinggi sekarang; tetapi tingginya harga emas sekarang belum apa-apa bila dibandingkan dengan apa yang mungkin akan terjadi seperti analisa ahli market intelligence tersebut diatas.
Meskipun menurut saya sendiri analisa Jim ini agak berlebihan, tetapi bukannya tidak mungkin terjadi – karena per pagi ini saja harga emas internasional berdasarkan data kitco.com telah naik 55% dibandingkan dengan harga setahun yang lalu !. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini