Iraq
dengan produksi minyaknya yang masuk 10 besar dunia, memproduksi
sekitar 3.4 juta (bbl/day) atau sekitar 3.5 kali produksi minyak
Indonesia. Dengan jumlah produksi seperti ini, kejadian-kejadian di Iraq
sangat memadai untuk mengguncang harga minyak dunia.
Bukan hanya masalah harga minyak yang berpengaruh di ekonomi dunia, tetapi persepsi akan terganggunya supply
minyak saja sudah cukup untuk membuat pasar panik. Dan setiap kali
pasar panik, dampaknya selalu ke harga emas – yaitu para pelaku pasar
butuh tempat berlabuh yang aman – safe haven - ketika badai menerjang.
Bersamaan
dengan kegaduhan di Iraq tersebut, kita sedang di puncak kehangatan
politik menjelang pilpres bulan depan. Kondisi ekonomi kita-pun lagi
kurang baik ditandai dengan defisit neraca perdagangan yang sempat
mencapai US$ 1.94 milyar April lalu.
Defisit
ini saja sudah cukup untuk melemahkan Rupiah , apalagi ditambah dengan
was-was-nya pasar menjelang pilpres yang agak hangat ini. Tidak
mengherankan bila nilai tukar Rupiah-pun sempat menyentuh angka Rp
12,000/US$.
Kombinasi
dua factor tersebut mengantar harga Dinar pada angka di atas Rp 2 juta
kembali hari ini, setelah sekian bulan berada di kisaran Rp 1.8 juta –
Rp 1.9 juta. Apakah pada kisaran angka di atas Rp 2 juta akan bertahan
lama ?
Tidak ada yang tahu sebagaimana tidak ada yang tahunya outcome
dari panasnya situasi Iraq saat ini dan hangatnya pemilu Presiden dalam
tiga pekan kedepan. Bila kondisi Iraq tereskalasi, maka harga emas
dunia akan cenderung naik lebih tinggi. Bila PEMILU presiden kita tidak
berjalan mulus, nilai Rupiah-pun akan jatuh.
Maka
seperti yang saya jelaskan berulang kali di situs ini sejak tujuh tahun
lalu kami perkenalkan Dinar emas adalah Dinar emas bukanlah untuk
spekulasi jangka pendek. Dia adalah instrumen untuk proteksi nilai dalam
jangka panjang, termasuk proteksi nilai ketika dunia dan negeri ini
lagi gaduh seperti yang kita hadapi hari-hari ini. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini