Bahkan
bukan hanya Warren Buffett sebenarnya yang harus dengan berat hati
mengakui keunggulan emas ini, tetapi juga seluruh pemain di bursa saham
dunia. Perhatikan grafik Dow Jones di bawah sebagai buktinya.
Untuk bursa saham saya ambilkan data 10 tahun terakhir Dow
Jones Industrial Average (DJIA), yaitu index yang paling banyak dirujuk
di dunia. Sepuluh tahun lalu, DJIA itu berada pada kisaran angka 7,850.
Saat ini DJIA itu berada pada kisaran 13,610 atau mengalami peningkatan
73 %.
Sebagai pembanding saya gunakan grafik harga
emas yang saya ambilkan dari datanya Kitco – juga merupakan referensi
yang paling banyak dirujuk. Kinerja emas pada periode yang sama dapat
dilihat pada grafik di bawah.
Sepuluh tahun lalu harga emas berada di kisaran angka US$ 320/Ozt, kini harga emas itu berada pada kisaran angka US$ 1,780/Ozt atau mengalami pertumbuhan lebih dari 450 %.
Dengan perbandingan ini, lagi-lagi saya tidak bermaksud men-discourage Anda yang berinvestasi di bursa saham baik langsung maupun tidak langsung (melalui dana asuransi, unit link , reksa dana dlsb). Kaidah
umum dunia investasi adalah jangan menaruh semua telur pada keranjang
yang sama. Maka sebagian tetap di saham dan produk-produk turunannya,
kemudian mulai sebagian kecil di emas terus bertambah sesuai dengan
pemahaman dan pengalaman Anda.
Selain
saham dan emas, investasi di sektor riil hendaknya menjadi fokus utama.
Bukan hanya sektor riil ini memiliki dampak langsung pada penciptaan
lapangan kerja dan juga menggerakkan putaran ekonomi di sekeliling Anda –
hasil investasi sektor riil yang dikelola dengan baik umumnya juga
lebih unggul, meskipun ada faktor resiko besar dalam proses mengasah
keterampilannya.
Sebagai
contoh salah satu investasi sektor riil itu saya ambilkan tanah yang
ditanami tanaman sengon misalnya. Diluar harga tanah biaya tanam sengon
sampai panen ( 5 tahun) berkisar Rp 20,000 – Rp 30,000 per pohon.
Setelah lima tahun dipanen harga pohon tersebut berkisar antara Rp
200,000 s/d Rp 300,000/pohon atau memberikan hasil di kisaran 900 % per
lima tahun atau 1,800 % untuk 10 tahun. Katakanlah dikenakan faktor
resiko 50% sekalipun, maka hasil ini masih akan berada di kisaran 900 %
atau masih 12 kali lebih tinggi dari saham-saham di DJIA dan masih di
kisaran dua kali lebih tinggi dari apresiasi emas.
Bagaimana
dengan faktor biaya tanah ?, Selain hasil dari panenannya, tanah yang
produktif akan memiliki nilai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah yang terlantar. Jadi tanahnya sendiri juga merupakan investasi
yang tidak kalah menariknya bila dia bener-bener diproduktifkan. Belum
dampak lain yang tidak ternilai dengan uang seperti mengamankan cadangan
air jangka panjang, menunjang ketersediaan udara bersih, lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar, dlsb.
Kalau
saja Warren Buffett dan orang-orang sebangsanya yang terbiasa
berinvestasi di dunia finansial, saham dan sejenisnya itu adalah
anak-anak muda – kemudian mereka mau jujur mengakui kinerja
emas dan juga kinerja sektor riil seperti contoh sengon tersebut diatas –
mungkin mereka akan serentak berucap “Terus Gue Harus Bilang Wow Gitu
?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini