Bila US Dollar tidak lagi mampu bertahan sebagai global reserve currency, bisa jadi China akan menjadi negara yang paling siap dengan situasi terburuk yang mungkin terjadi. Bukan hanya karena size ekonominya yang memang terbesar, tetapi juga karena persiapan-persiapan yang mereka lakukan.
Akhir-akhir ini di pasar emas global beredar kabar bahwa China sedang me- recasting (mencetak ulang) emas-emas yang dimilikinya dari ukuran standar 400 troy ounces
( sekitar 12.44 kg) menjadi standard 1 kg. Untuk apa diperkecil
ukurannya ?, yang jelas dengan ukuran lebih kecil emas lebih mudah
beredar sebagai ‘uang’ dan lebih mudah berpindah tangan. Bisa jadi ini
langkah awal mereka untuk menjadikan emasnya sebagai ‘uang’ yang
sesungguhnya.
Sejalan
dengan kabar yang ini, konon China juga telah bersepakat dengan
sejumlah negara seperti Russia, Jepang, Chile, Brazil, India dan Iran
untuk apa yang mereka sebut new gold-backed global currency. Sejumlah negara lain juga dikabarkan akan segera menyusul.
Karena
sebagian besar negara yang bersepakat tersebut (China, Russia, Jepang
dan India) merupakan negara-negara yang berada pada top 10 dalam cadangan emasnya, maka upaya yang mereka lakukan bersama ini memang
bisa jadi akan membentuk system keuangan global baru yang akan
menggantikan system yang sekarang ada yang sedang berada diambang
kehancurannya.
Lantas
dimana posisi negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim – yang
dalam pelaksanaan beberapa syariat agamanya memerlukan uang emas ?,
nampaknya justru negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim yang
paling tidak siap dalam menggunakan kembali uang emas atau uang ber-back up emas.
Saudi Arabia hanya berada di rutan 16 dunia dengan cadangan 322 ton emas, Turkey
di urutan 22 dengan 179, Lybia di urutan 25 dengan 144 ton, Kuwait,
Mesir, Kazakstan dan Indonesia berada di urutan berturut-turut 36, 37,
38 dan 39 dengan jumlah emas yang mirip satu sama lain di kisaran 70 -80
ton saja.
Sejumlah negara yang dikomandoi China tersebut bisa saja akan gagal dalam mengimplementasikan ide uang berbasis emasnya, sebagaimana kegagalan Bretton Woods
yang dicobakan di pertengahan abad lalu namun hanya bertahan kurang
dari tiga dasawarsa. Namun setidaknya ada upaya mereka kearah sana dan
mereka memang bersiap-siap dengan cadangan emas yang semakin besar.
Sebaliknya
negara-negara yang berpenduduk muslim mayoritas seperti kita, kita
memiliki sejarah yang sangat panjang dalam menggunakan system keuangan
berbasis emas dan perak – 14 abad lamanya kita gunakan dari abad pertama
hijriyah sampai abad lalu, tetapi sayangnya kini tidak nampak
sedikit-pun upaya untuk kembali ke arah sana.
Bahkan
ketika China dan kelompoknya bebas berfikir dan secara sungguh-sungguh
mempersiapkan system keuangan alternatifnya yang berbasis emas,
negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam malah nampak minder
bahkan untuk sekedar mengembangkan ide alternatif ini.
Maka
ketika mereka menghancurkan rumah-rumah (system keuangan) mereka dengan
tangan-tangan mereka sendiri, tangan-tangan mukminin ini nampaknya
belum akan siap untuk menggantikannya. Tetapi Allah Maha Kuasa, dengan
kuasaNya pula siapa tahu dalam waktu yang sangat cepat para petinggi dan
pemegang otoritas di negeri-negeri muslim bisa sadar akan situasi yang
dihadapinya dan berbuat sesuatu secara serentak bareng.
Semoga
masih ada peluang bagi kita untuk menjadi orang-orang yang mengambil
pelajaran dan orang-orang yang mempunyai pandangan – seperti yang
dimaksud dalam ayat berikut :
“…Dan
Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang
yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS 59 :2)
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini