Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

29 Desember 2010

Inflasi Itu Seperti Ember Bocor...

Semasa kecil di kampung, saya biasa mengisi kulah (bak tempat penampungan air) dengan cara menimba air dari sumur. Alat timba di jaman itu berupa bambu panjang yang diujungnya diikatkan ember dari seng. Karena usia ember seng yang tua dimakan karat – maka emberpun tidak lagi utuh – jadi ada kebocoran disana-sini. Setiap kali ember saya masukkan ke-kedalaman sumur dan terisi air penuh, segera saya tarik keatas ember tersebut – dan menuangkan airnya secepat mungkin ke kulah. Bila mengangkat embernya kurang cepat, maka air akan habis di perjalanan dari dasar sumur ke permukaan kulah karena kebocoran tersebut. Tentu bekerja semacam ini sangat melelahkan dan tidak efisien karena begitu banyak air yang tidak sampai ke kulah.

Tanpa kita sadari, sesungguhnya rata-rata kita juga bekerja seperti menimba air dengan ember bocor tersebut. Begitu keras kita bekerja, sebagian hasilnya kita tabung untuk hari tua, untuk membayar dana pensiun, membayar asuransi pendidikan, kesehatan dlsb. tetapi ternyata begitu banyak pula yang terbuang karena inflasi.

Ironinya yang menguras ‘kulah’ tabungan hari tua kita ini bukan hanya inflasi yang terjadi terhadap Rupiah, tetapi juga inflasi mata uang negara lain yang seharusnya tidak ada hubungannya dengan kerja keras kita – yaitu US$. Karena pengalaman buruk dengan Rupiah tahun 1997/1998, sebagian orang yang punya uang mengalihkan simpanannya dalam US$ - bentuknya bisa berupa tabungan, deposito, asuransi dlsb.

Tanpa disadari ternyata yang lari ke US$ tersebut seperti terhindar dari mulut harimau masuk mulut buaya – karena pada tahun-tahun belakangan inflasi US$ ternyata lebih buruk dibandingkan dengan inflasi Rupiah. Lebih buruknya inflasi US$ dibandingkan Rupiah ini hanya akan disadari mana kala keduanya di ‘timbang’ dengan timbangan yang baku yaitu emas atau Dinar. Kalau Anda lihat situsnya www.kitco.com Anda akan melihat kenaikan harga emas dunia dalam US$ setahun terakhir telah mendekati 23 %.

Bagi Anda yang sama sekali tidak menggunakan US$ - mungkin Anda berpikir bahwa Anda terbebas dari inflasi US$ ini ?. Ternyata tidak juga, karena sebagai bangsa – salah satu kekuatan ekonomi negeri ini terletak pada cadangan devisa-nya. Masalahnya adalah ‘kulah’ yang berupa cadangan devisa negeri ini dicatatnya juga dalam bentuk US$.

Maka mari kita lihat apa yang terjadi dengan ‘kulah’ cadangan devisa kita ini selama dua tahun terakhir. Negeri ini telah bekerja keras memproduksi barang dan jasa yang sebagiannya untuk ekspor, hasilnya ditampung dalam suatu tempat dan dihitung dengan US$. Di atas kertas isi ‘kulah’ kita ini memang terus bertambah, bila dua tahun lalu isinya dikisaran US$ 51 Milyar – kini isinya mendekati US$ 93 milyar. Kita bangga karena berhasil meningkatkan cadangan devisa sekitar 62 % selama dua tahun terakhir - lihat garis hijau pada grafik dibawah.

Devisa

Cadangan Devisa RI 2008-2010

Tetapi sayangnya, entah kita sadari atau tidak, bila timbangan yang kita gunakan bukan US$ yang nilainya terus menyusut karena berbagai ulah penguasa moneter negeri itu, tetapi kita gunakan timbangan yang baku sepajang zaman – yaitu emas , maka ternyata isi ‘kulah’ kita tersebut tidak bertambah sejak dua tahun lalu – bahkan turun 2 % selama dua tahun – lihat garis kuning pada grafik diatas.

Apa maknanya ini ?, ternyata bukan hanya kita pribadi yang bekerja dengan ember bocor, tetapi bangsa ini juga demikian. Kita mengira bertambah kaya dengan cadangan devisa, tetapi bila cadangan devisa tersebut kita nilai dengan benda riil baik itu berupa emas, minyak, bahan pangan atau benda riil lainnya – ternyata kekayaan kita tidak bertambah. Inflasi US$ telah membawa kita terbuai dalam ilusi – seolah kita tambah kaya – padahal kenyataannya cenderung sebaliknya.

Lantas maukah kita tetap terus mengisi kulah dengan ember bocor tersebut ?, ya setelah sadar mestinya tidak lagi. Kita ganti ember tersebut dengan ember yang baru, tidak lagi bocor sehingga berapa-pun air yang terbawa di dalamnya akan terbawa penuh sampai ke kulah. Ember baru ini tidak harus emas atau Dinar, bisa saja berupa minyak, gas, jagung, beras ataupun berbagai benda riil lainnya. Agar pekerjaan kita tidak sia-sia – maka kita perlu segera mengganti ember ini dengan yang baru, mengapa ?.

Seperti juga ember dari seng tua yang mulai lapuk oleh karat, ‘kebocoran’ berupa inflasi US$ ini kedepannya nampaknya tidak akan sembuh sendiri – bahkan nampaknya akan semakin membesar. Perhatikan grafik dibawah yang saya peroleh dari Free Gold Money Report.

US$ Debt

US Debt Increase

Sejak krisi financial dua tahun lalu, pendapatan Amerika dari pajak dan lain sebagainya (garis biru) semakin turun sementara pengeluarannya semakin jauh melebihi pendapatan ( garis merah). Lantas dari mana mereka nomboki pengeluaran yang tidak bisa dicukupi oleh pemasukan ini ?, ya dari hutang lah – maka dapat dilihat hutang mereka (jari-jari hijau) yang semakin lama semakin membubung tinggi – saat ini angkanya sudah mendekati US$ 14 trilyun.

Terus dari mana mereka akan membayar hutang yang semakin membengkak tersebut nantinya – sementara saving masyarakatnya terbukti selama bertahun-tahun tidak cukup untuk menutupnya ? ya apa lagi kalau bukan mencetak uang dari awang-awang. Itulah sebabnya mereka terus mengusung program Quantitative Easing 1, 2 dan entah sampai berapa nanti sampai suatu saat dunia tidak lagi mempercayai hutang-hutangnya.

Jadi bocornya ember karatan US Dollar sejauh yang bisa dilihat dari data yang ada nampaknya akan terus membesar, maka alangkah sia-sia-nya kalau kita masih terus mau mengisi ‘kulah’ kita dengan ember tua karatan lagi bocor tersebut. Wa Allahu A’lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.