Beberapa pekan ini dunia dihantui ancaman perang yang cukup serius di semenanjung Korea. Meskipun yang berseteru hanya dua saudara yang seharusnya serumpun, bila perang ini benar-benar pecah dalam skala yang lebih besar dampaknya akan merembet ke seluruh dunia. Bukan hanya karena masing-masing Korea (Utara dan Selatan) di back-up oleh kekuatan-kekuatan militer besar dunia, tetapi dalam era informasi ini – pasar mudah sekali terguncang oleh berbagai isu – apalagi bila isu itu berupa perang besar yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar. Nah bagaimana (ancaman) perang ini akan berpengaruh langsung pada harga emas dunia ?.
Ada dua sisi dimana harga emas akan terdorong langsung oleh (ancaman) perang. Sisi pertama adalah yang bersifat psikologi pasar sedangkan yang kedua adalah biaya perang itu sendiri.
Ketika perang masih bersifat ancaman-pun, pasar sudah akan bergejolak hari demi hari. Pasar akan merasa tidak aman sehingga akan ada kebutuhan tempat berlabuh investasi yang lebih aman, emas adalah salah satunya. Kenaikan kebutuhan emas untuk safe haven ini tentu akan mendorong harga naik karena supply emas relatif tidak bertambah. Pendorong yang bersifat psikologis ini sifatnya sementara, maka dampaknya pada naik turunnya harga emas juga sementara.
Yang lebih serius dampaknya dan bersifat jangka panjang adalah biaya perang itu sendiri. Bagaimana negara-negara membiayai perang, ini yang menarik untuk di cermati.
Ketika Amerika terlibat dalam perang 20 tahun di Vietnam (1 November 1955 – 30 April 1975), perang ini memaksa negeri itu meninggalkan Breton Woods agreement yang digagasnya sendiri sejak akhir perang Dunia II. Bagaimana ini bisa terjadi ?, ketika rezim Breton Woods masih mengikat negara-negara dunia termasuk Amerika – seharusnya Amerika tidak bisa mencetak uang US$-nya kecuali di back-up langsung dengan emas yang setara.
Dalam kondisi perang yang tidak popular di negaranya seperti keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam tersebut diatas, tentu penguasa Amerika saat itu tidak mudah untuk mengajak rakyatnya secara terang-terangan untuk membiayai perang yang anggarannya luar biasa besar. Lantas bagaiamana mereka membiayainya ?, dengan secara sembunyi-sembunyi membiayainya melalui inflasi – yaitu uang kertas yang mudah dicetak – yang sebenarnya saat itu masih terlarang oleh perjanjian Breton Woods.
Tetapi tidak ada cara lain, inflasi adalah pajak tersembunyi yang siapapun pengguna uang kertas US$ saat itu tidak akan bisa lari dari dampak inflasi ini. Maka sejatinya, meskipun rakyat Amerika sendiri sebagian sangat membenci perang Vietnam karena mengorbankan ayah-ayah mereka, anak-anak laki-laki mereka dan suami-suami mereka untuk hal yang sebenarnya tidak berguna bagi negeri itu – tetapi tanpa disadari mereka rame-rame ikut membiayai perang tersebut yaitu melalui inflasi tadi.
Nah ketika mencetak uang sembarangan masih terlarang saja – mereka sudah mencetak berlebihan, apalagi setelah ikatan tersebut dilepas. Karena lepasnya ikatan melalui Nixon Shock 1971 inilah maka meskipun resminya perang vietnam sudah berakhir tahun 1975, dampak perang ini masih ikut melambungkan inflasi hingga lima tahun berikutnya.
Perhatikan grafik dibawah, keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam sampai 1971 tidak nampak berpengaruh terhadap inflasi harga emas – karena resminya saat itu US$ harus dapat langsung di convert menjadi emas dalam perjanjian Bretton Woods. Dampak ini baru muncul setelah mereka mengingkari perjanjian yang digagasnya sendiri ini.
Kemudian lihat apa yang terjadi pasca 2001 ketika secara membabi buta Amerika menceburkan diri pada perang Afghanistan dan Iraq, dampak inflasi terhadap harga emas tersebut sama sekali tidak lagi bisa disembunyikan. Jadi bisa dibayangkan bila medan perang mereka bertambah dengan Korea dan entah mana lagi yang menjadi pertarungan berikutnya.
Memang bukan hanya biaya perang ini yang memicu inflasi Amerika; tetapi melihat besarnya biaya perang yang mereka keluarkan sejak 2001 – per pagi ini angkanya mencapai US$ 1,115,618,701,305 dan terusbertambah setiap detik; maka kontribusi biaya perang ini tentu sangat significant pada penurunan daya beli uang kertas negeri itu.
Dari grafik tersebut sebenarnya kita juga bisa belajar banyak, bahwa sesungguhnya perang itu mahal dan rakyat terpaksa harus memikulnya dengan pajak tersembunyi yang namanya inflasi. Kalau masih rakyatnya sendiri yang memikul mungkin tidak terlalu masalah, tetapi kalau rakyat negara-negara lain yang juga ikut memikul – ini baru masalah.
Ketika Anda memiliki tabungan dalam bentuk US$, asuransi dengan denominasi US$ dan bahkan cadangan devisa negeri ini juga dalam bentuk US$ - maka sejatinya kita ikut terlibat membiayai seluruh perang-perang yang dilakukan oleh negara yang mata uangnya US$ tersebut . Dalam bentuk apa ? dalam bentuk pajak tersembunyi atau inflasi – yang ditanggung oleh seluruh pemegang US$ dalam bentuk apapun namanya.
Jadi mengapa kita harus ikut membiayai perang-perang ini dengan memegang US$ ?, lha wong kalau bisa memilih – sebagian rakyat Amerika sendiri tidak akan mau kok membiayai perang yang sejatinya bukan perang mereka tersebut. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini