Tulisan saya bulan Juli lalu dengan judul “Pilihan Investasi : Saham Atau Emas...?” telah memberikan gambaran perbandingan antara investasi di bursa saham internasional yang direpresentasikan oleh Dow Jones Industrial Average (DJIA) dengan investasi di pasar emas internasional. Lantas timbul banyak pertanyaan atas tulisan tersebut, apakah kondisinya juga demikian untuk pasar lokal ?. Meskipun saya belum sempat melakukan riset sendiri untuk menjawabnya, Alhamdulillah ternyata saya tidak perlu menjawabnya sendiri karena ada pembaca situs ini yang bisa secara ilmiah, objektif dan meyakinkan menjawab pertanyaan tersebut melalui Thesis S-2 Program Studi Magister Akuntansi di perguruan tinggi negeri ternama dan salah satu yang tertua di negeri ini.
Pembaca tersebut adalah Sri Pangestuti yang lulus dengan nilai A untuk thesis S-2 nya yang berjudul “Analisis Return LQ45 Dibandingkan Return Emas dan faktor-Faktor Yang mempengaruhi Return LQ45 dan Return Emas Selama Periode 1995 – 2010 ”. Untuk keperluan penelitian ini, Sri Pangestuti menggunakan data sekunder yang antara lain diperoleh dari jurnal Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, data pasar modal Indonesia dari Bursa Efek Jakarta dan berbagai sumber lainnya termasuk data dari internet.
Sebagai pembanding emas digunakan data dari 45 saham-saham unggulan atau yang disebut LQ 45 atau juga biasa disebut saham-saham blue chips – yang pada umumnya memberikan imbal hasil yang tinggi. Sri Pengestuti menggunakan berbagai uji statistik yang sangat njlimet untuk bisa meyakinkan para pengujinya – yang tentunya juga sangat menguasai bidangnya masing-masing sebelum akhirnya lulus dengan sempurna (nilai A).
Berbagai pengujian ilmiah tersebut menjadi terlalu teknis untuk saya angkat disini, namun yang sangat menarik adalah butir-butir kesimpulan thesis Sri Pangestuti yang saya kutip secara lengkap dengan ijin langsung dari yang bersangkutan sebagai berikut :
1. Harga emas yang telah di-adjust dengan inflasi menunjukkan trend peningkatan harga yang lebih tinggi daripada nilai indeks LQ45 yang juga telah di-adjust dengan inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli (purchasing power) emas dalam jangka panjang lebih baik daripada saham LQ45 sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi emas dalam jangka panjang lebih menguntungkan daripada investasi saham LQ45 karena daya belinya lebih baik.
2. Return emas yang telah di-adjust dengan inflasi dalam jangka pendek lebih fluktuatif dibandingkan return LQ45 yang juga telah di-adjust dengan inflasi. Dalam jangka pendek LQ45 memberikan return yang lebih baik dalam arti lebih stabil dibandingkan emas.
3. Dari point 1 dan 2 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa investasi saham LQ45 dalam jangka pendek lebih baik dibandingkan emas karena fluktuasinya lebih rendah daripada emas. Namun dalam jangka panjang emas memberikan return yang lebih baik yang ditunjukkan oleh harga emas yang jauh lebih tinggi dibandingkan saham LQ45, dan purchasing power emas lebih baik daripada saham LQ45.
4. Return LQ45 dan return emas dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor-faktor perubahan kurs, harga crude oil, inflasi, dan jumlah uang beredar, serta peristiwa-peristiwa politik/ekonomi secara signifikan.
5. Perubahan kurs, inflasi, dan jumlah uang beredar secara individual mempengaruhi return LQ45 dengan signifikan. Sementara faktor yang signifikan mempengaruhi return emas secara individual adalah perubahan kurs dan uang beredar. Sementara perubahan harga minyak mentah (crude oil) dan peristiwa-peristiwa politik/ekonomi tidak mempengaruhi baik return LQ45 maupun return emas.
6. Untuk tiap unit risiko LQ45 memberikan return sebesar 0,08567 atau 8,567%, sementara emas memberikan return sebesar 0,19840 atau 19,840% untuk tiap unit risiko. Bila diperbandingkan di antara keduanya, untuk tiap unit resiko yang sama emas memberikan hasil lebih besar yaitu 2,31577 kali dari yang diberikan oleh saham LQ45.
Saya terus terang sangat gembira ketika mendapatkan dari penulis langsung copy dari thesis tersebut. Bukan hanya karena butir-butir kesimpulannya yang secara umum selaras dengan pola pikir yang kita kembangkan di situs ini, tetapi juga karena mulai munculnya kajian ilmiah yang objektif tentang kinerja emas ini. Emas tidak bisa lagi diolok-olok sebagai bentuk investasi yang kuno, karena kini terbukti bahwa dalam jangka panjang emas lebih baik dari saham-saham blue chip sekalipun.
Hasil thesis ini mungkin bisa membuat sebagian orang kawatir kalau para investor ter-discourage untuk investasi di pasar modal dan rame-rame pindah ke emas. Menurut saya sendiri hal ini tidak perlu terjadi, malah sebaliknya – seharusnya menjadi pendorong agar bursa saham bisa me-representasi-kan kinerja sektor riil secara lebih baik. Dapat pula menjadi pendorong bagi para investor agar lebih memperhatikan kinerja riil para emiten daripada isu-isu sentimen pasar sesaat.
Mengapa demikian ?, investasi terbaik menurut saya sendiri adalah investasi sektor riil yang dijalankan dengan baik. Bahwasanya ternnyata saham-saham unggulan sekalipun tidak memberikan hasil lebih baik dari emas (yang sejatinya bernilai tetap – hanya kelihatan terus naik nilainya karena nilai emas diukur dengan nilai mata uang yang nilainya terus mengalami peluruhan), ya karena bursa saham itu sendiri selama ini belum berhasil merepresentasikan kinerja sektor riil yang seharusnya diwakilinya.
Harga-harga saham bisa saja menjulang meskipun kinerja perusahan emiten-nya biasa-biasa saja; sebaliknya, harga bisa hancur lebur padahal kinerja emitennya masih ok. Pergerakan naik turunnya harga yang lebih banyak didorong isu sentimen pasar sesaat dan bukan disebabkan oleh faktor fundamental tersebutlah yang telah membuat investasi pada saham unggulan sekalipun beresiko lebih tinggi dari investasi emas dan pada saat yang bersamaan memberikan hasil yang lebih rendah dari appresiasi harga emas (butir kesimpulan no 6).
Lebih lanjut thesis semacam ini bisa menjadi pemicu agar para investor bertindak cerdas dalam ber-investasi terutama bila ber-investasi pada jenis investasi yang sophisticated seperti pada bursa saham tersebut diatas. Bila tidak yakin bisa melakukannya dengan benar – ya pilihannya ada di kesimpulan no 6 tersebut diatas.
Kedepannya akan dibutuhkan thesis-thesis sejenis untuk berbagai bidang investasi lainnya, agar investor awam terbantu melihat segala sesuatunya secara lebih jernih. Maka ketika Sri Pangestu mengutarakan niat untuk mengambil tema teori peluruhan mata uang kertas sebagai thesis S-3 yang akan ditempuhnya – insyaAllah kami siap mendukung sepenuhnya. Dari thesis Doktor ini kelak masyarakat akan bisa melihat lagi secara ilmiah, objektif dan transparan mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada uang kertas.
Segala tulisan dan penjelasan saya di situs ini yang selama ini hanyalah analisa orang awam yang mengandalkan ‘kecerdasan jalanan’ – street-smart – insyaAllah satu demi satu akan mendapatkan dukungan dan pembenaran ilmiahnya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini