Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

27 September 2010

Harga Dinar/Emas : Tinggi Tetapi Tidak Ketinggian...

Ketika saya menulis tentang kinerja Dinar emas melalui tulisan tanggal 24/09/2010 – dimana di tulisan tersebut saya ungkapkan data bahwa harga Dinar emas telah melonjak 71.29% selama tiga tahun terakhir, berbagai pertanyaan disampaikan pembaca situs ini ke saya. Diantaranya adalah apakah harga emas atau Dinar sudah ketinggian sekarang sehingga waktunya menunggu harga turun sebelum membeli (lagi) ?.

Melihat harga emas dunia yang hampir menyentuh US$ 1,300/Oz dan harga Dinar sudah diatas Rp 1,600,000/Dinar , maka memang betul bahwa harga emas atau Dinar sudah sangat tinggi. Namun harga yang tinggi ini tidak harus berarti ‘ketinggian’ yang berkonotasi akan turun kembali.

Seberapa tinggi atau seberapa rendah harga emas yang dibeli dengan US$ atau Rupiah, sangat tergantung dengan kekuatan daya beli US$ atau Rupiah itu sendiri. Jadi Emas atau Dinar akan naik lagi atau akan turun, tergantung kearah mana kekuatan daya beli US$ atau Rupiah bergerak.

Masyarakat dunia melacak trend kekuatan daya beli US$ dengan US Dollar Index (USDX), sedangkan untuk Rupiah saya melacaknya dengan Rupiah Index (IDRX) – yang perhitungannya pernah saya perkenalkan lewat tulisan saya akhir tahun lalu.

Bila trend USDX dan IDRX tersebut kita sandingkan dengar trend pergerakan harga emas sejak tiga tahun lalu, hasilnya akan seperti grafik dibawah. Meskipun ruwet seperti benang kusut, namun grafik ini menyiratkan suatu pola yang bisa dibaca dengan cukup jelas.

IDRX, USDX and Gold Trend

IDRX, USDX and Gold Trend

Perhatikan garis biru (USDX) dan kuning (Emas dalam US$/Oz), keduanya bergerak berlawanan arah sampai awal tahun ini. Artinya bila USDX yang mencerminkan daya beli US$ menguat, maka harga emas akan cenderung turun. Ini terjadi dalam situasi normal, maupun dalam kondisi krisis – bila krisisnya bersumber dari US$ atau Ekonomi Amerika itu sendiri.

Kemudian selama kurang lebih enam bulan berikutnya, terjadi anomaly yaitu harga emas dalam US$ naik bersamaan dengan naiknya daya beli US$. Kok bisa ? pada periode ini Dollar menguat – tetapi daya belinya terhadap emas tetap menurun (harga emas tetap naik) karena penguatan Dollar tersebut bersamaan dengan melemahnya Euro yang didorong oleh krisis PIIGS. Krisis yang sempat membuat para pelaku dunia usaha dan investor was-was dalam beberapa bulan tersebut mendorong permintaan emas sebagai tempat berlabuh yang aman bagi dana usaha dan investasi mereka.

Tiga bulan terakhir ancaman krisis PIIGS mereda dan US$ mulai kelihatan jati dirinya yang asli – yaitu cenderung melemah. Dengan issue Quantitative Easing 2 (QE 2) yang terus menghantui masyarakat pelaku usaha dan investor dunia, nampaknya kecenderungan melemahnya Dollar ini masih akan berlanjut. Dalam grafik (biru) nampak jelas trend penurunannya dalam tiga bulan terakkhir dan belum ada tanda-tanda berbalik arah. Sebaliknya harga emas tiga bulan terakhir nampak sudah mulai berperilaku normal yaitu naik ketika daya beli Dollar menurun (grafik kuning).

Lantas bagaimana dengan Rupiah ?. Rupiah Index (IDRX) yang mencerminkan daya beli Rupiah – pada umumnya berperilaku mirip dengan US$ selama tiga tahun terakhir, harga emas dalam Rupiah naik ketika IDRX turun dan sebaliknya. Hanya saja naik turunnya IDRX ini tidak selalu bersamaan dengan naik turunnya USDX. Ketika krisis financial melanda AS akhir 2008 sampai awal 2009, supply uang US$ yang sempat menjadi langka membuat US$ Index melonjak tajam. Daya beli relatif Rupiah terhadap US$ turun yang ditunjukan oleh IDRX yang rendah pada periode waktu tersebut. Pada periode inilah harga Dinar sempat melewati angka Rp 1,600,000/Dinar – bukan karena harga emas dunia lagi setinggi sekarang (saat itu harga emas dunia ‘hanya’ di kisaran US$ 940/Oz), tetapi Rupiahnya-lah yang lagi anjlog – bahkan sempat menyentuh angka Rp 12,000/US$.

Hari-hari ini Rupiah terhadap US$ kelihatan perkasa yaitu dibawah angka Rp 9,000/US$; sayangnya keperkasaan ini hanya terjadi bila dibandingkan dengan US$ saja. Bila dibandingkan dengan sekelompok mata uang kuat dunia lainnya yang tercermin dari IDRX – maka sesungguhnya Rupiah-pun saat ini sedang dalam trend melemah seperti US$. Lihat ujung kanan grafik merah yang sejalan dengan grafik biru.

Dengan signal yang begitu kuat yang tercermin dari grafik merah dan biru yang menurun sedangkan grafik emas naik ini, maka nampaknya harga emas masih akan terus naik. Peluang turunnya tetap akan ada, yaitu bila ada noise – berupa isu-isu sesaat yang bisa mengacaukan signal. Setelah noise ini menghilang, kembali signal yang jelas-lah yang akan dominant.

Jadi saat ini harga emas atau Dinar memang lagi tinggi, tetapi berdasarkan grafik diatas kita bisa melihat signal-nya dengan jelas bahwa harga sekarang belum ketinggian. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.