Mungkin ada yang luput dari pengamatan para ekonom secara umum, bahwa dalam sepuluh tahun terakhir (2000-2009) ternyata ada pergeseran paradigma yang luar biasa dalam penggunaan emas dunia. Berdasarkan data yang dikumpulkan secara rutin oleh World Gold Council (WGC) atau Dewan Emas Dunia , permintaan emas di seluruh dunia untuk kebutuhan perhiasan telah mengalami penurunan terus menerus dari 3,204 ton tahun 2000, tinggal 1,747 ton tahun 2009 lalu atau turun 45 %.
Sebaliknya, permintaan emas untuk kebutuhan investasi retail terus menerus mengalami peningkatan kebutuhan dari 166 ton tahun 2000, menjadi 676 ton tahun 2009 atau mengalami kenaikan empat kalinya. Bentuk investasi emas yang lain yang dikenal dengan ETF (Exchange Traded Fund) yang baru muncul pada tahun 2003 di bursa-bursa dunia barat seperti Paris, Zurich, London dan New York, juga menanjak sangat significant dari Nol tahun 2002, mencapai 595 ton tahun 2009 atau hampir mengejar penggunaan pada investasi retail.
Kebutuhan yang relatif stabil adalah kebutuhan emas untuk industri. Pada tahun 2000 kebutuhan ini mencapai angka 451 ton, tahun 2009 angka ini pada 368 ton. Lebih detil tentang pergeseran ini dapat dilihat pada grafik dibawah.
Luputnya pergeseran kebutuhan tersebut dari pengamatan para ekonom, dugaan saya sendiri adalah karena para ekonom biasanya meganalisa segala sesuatu berdasarkan unit account currency yang berlaku. Para ekonom dunia misalnya menggunakan US$ untuk memantau segala yang terjadi dalam pergerakan ekonomi.
Bila data tersebut diatas diamati dari kacamata US$ misalnya, tidak akan nampak pergeseran kebutuhan tersebut karena kebutuhan baik untuk perhiasan, investasi retail, ETF maupun kebutuhan industri semuanya naik. Kenaikan harga emas sepuluh tahun terakhir begitu besarnya sehingga mampu ‘menyembunyikan’ penurunan kebutuhan emas untuk perhiasan tersebut diatas.
Lantas apa pentingnya memahami perubahan kebutuhan tersebut bagi kita ?. Meskipun secara statistik dunia, penggunaan emas untuk uang tidak bisa didata lagi karena berdasarkan rezim keuangan global yang dikomandoi IMF – emas untuk uang terlarang sejak Agustus 1971, pergeseran emas untuk investasi ini sesungguhnya adalah selangkah maju menuju emas untuk uang.
Karakter emas sebagai investasi adalah likuid dan standar, sedangkan karakter emas perhiasan adalah tidak standar dan kurang likuid. Jadi sepuluh tahun terakhir telah tumbuh lebih banyak emas yang bersifat likuid, sedangkan permintaan emas untuk menjadi perhiasan yang kurang likuid menurun.
Di tanah air, perkembangan yang menarik tentang likuid-isasi emas juga terjadi secara significant. Kalau dahulu hanya Perum Pegadaian yang bisa menerima gadai, kini bank-bank syariah berlomba dengan produk gadai emas-nya. Ini saya pandang sebagai hal yang baik karena asset-asset berupa emas, baik lantakan, Dinar maupun perhiasan kini mudah menjadi likuiditas untuk menggerakkan sektor riil. Tidak harus dijual, tetapi bisa juga digadai.
Untuk lebih meningkatkan penggunaan emas untuk kegiatan produktif ini, saat ini kami bersama beberapa BMT di berbagai kota tengah mengembangkan solusi pembiayaan micro berbasis Dinar. Microfinance berbasis uang fiat yang lagi ngetop di seluruh dunia saat ini, insyallah akan segera menemukan sparring partner-nya yaitu microfinance yang berbasis emas atau Dinar yang kita sebut MicroDinar.
Pengelola koperasi dan BMT yang berminat untuk bekerjasama dengan kami dalam pengembangan produk-produk pembiayaan mikro berbasis Dinar atau MicroDinar ini dapat menghubungi kami untuk elaborasi lebih lanjut. Melalui sektor mikro yang mengurusi hajat hidup orang banyak inilah insyallah kita bersama bisa memenuhi apa yang dipesankan dalam Ayat “...supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu...”. (QS 59:7),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan masukkan komentar dan pertanyaan anda disini