Pergerakan Harga Dinar 24 Jam

Dinar dan Dirham

Dinar dan Dirham
Dinar adalah koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Khamsah Dirham adalah koin yang terbuat dari Perak murni dengan berat 14,875 gram. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan oleh Perum PERURI ( Percetakan Uang Republik Indonesia) disertai Sertifikat setiap kepingnya.

30 April 2010

Apa Yang Terjadi Bila Satu Mata Uang Jatuh...?

Sekitar tiga belas tahun lalu di awal 1997 serentetan krisis dalam skala regional bermula di Thailand. Diawali dengan hengkangnya para investor karena penurunan pertumbuhan ekonomi negeri itu, krisis kemudian diperburuk dengan ulah spekulator mata uang sampai-sampai bank sentral Thailand harus menguras sampai 90 % dari cadangan devisanya hanya untuk mempertahankan nilai tukar uang Baht-nya.

Cilakanya, krisis ini tidak berhenti di Thailand. Negara-negara tetangganya segera tertular dan bahkan yang terparah dan paling sulit sembuhnya adalah negeri kita. Pada puncak krisis, nilai uang kertas kita pernah tinggal kurang lebih seperenamnya dari nilai sebelum krisis (Akhir 1996 US$ 1 = Rp 2,350 ; Juli 1998 US$ 1 = Rp 14,000) bila dibandingkan dengan US Dollar. Padahal di negeri dimana krisis berawal; uangnya hanya mengalami koreksi 61 % saja ( Akhir 1996 US$ 1 = Baht 25.50 ; Juli 1998 US$ 1 = Baht 41.12).

Pelajaran pertama yang kita ambil dari krisis 1997/1998 tersebut adalah bahwa krisis financial bersifat sangat menular karena kelemahan system financial global saat ini. Pelajaran keduanya adalah negara-negara yang tertular oleh krisis finansial, bisa menjadi korban yang bahkan lebih parah dari negara yang mengalami krisis yang pertama.

Kini tigabelas tahun kemudian, kita melihat proses penularan krisis berulang. Belum juga dunia sembuh oleh menularnya krisis di Amerika dua tahun lalu, krisis sejenis sekarang siap mewabah di Eropa. Yunani yang menjadi pemicu pertamanya, per kemarin hutang pemerintahnya sudah jatuh ke nilai terendah pada tingkat Junk (sampah !). Krisis Yunani sudah menulari Portugal, Spanyol dan bisa jadi akan segera pula menular ke negara-negara lain.

Pada setiap krisis tersebut; uang kertas selalu hancur di negara-negara yang terkena krisis. Setiap kali pula uang kertas hancur, pelarian utama yang paling mudah bagi masyarakat yang ingin menyelamatkan assetnya adalah ke emas. Tidak heran bila harga emas justru melonjak pada setiap krisis terjadi; pertama karena daya beli uang kertas yang dipakainya menurun, kedua karena dorongan naiknya permintaan.

Sebelum krisis melanda negeri ini 1997/1998; harga emas di Indonesia pada awal 1997 hanya di kisaran Rp 23,400 / gram; di puncak krisis 1998 emas berada pada kisaran harga Rp 147,000/ gram. Meskipun akhirnya sempat membaik ke kisaran angka Rp 65,000-an akhir 1999/awal 2000; perlahan namun pasti harga emas menjulang sampai Rp 340,000/ gram kini. Harga emas saat ini sudah lebih dari 5 kalinya bila dibandingkan harga emas paska krisis, dan 14.5 kalinya dibandingkan harga emas sebelum krisis !.

Grafik yang saya sajikan diatas adalah kenaikan harga emas gradual yang terjadi dalam kondisi normal. Bila dalam kondisi normal saja harga emas naik menjadi lebih 5 kalinya dalam sepuluh tahun terakhir; apa jadinya bila krisis Yunani meluas ?.

Dalam beberapa pekan kedepan seluruh dunia finansial akan melototi bagaimana krisis Yunani ini di handled oleh pemerintahnya dan juga pemerintah negeri-negeri yang saling terkait. Puncaknya adalah tanggal 19 Mei 2010 dimana hutang Yunani senilai 8.5 Milyar Euro akan jatuh tempo.

Kita memang jauh dari Yunani baik secara fisik maupun keterkaitan ekonomi, ekonomi kita juga lagi baik-baiknya, namun karena tanpa krisispun harga emas naik seperti yang tercermin dari grafik tersebut diatas – maka penyelamatan asset ke emas/Dinar untuk mengamankan hasil jerih payah jangka panjang selalu advisable untuk dilakukan kapan saja. Jangan menunggu krisis menular....!. Wa Allahu A’lam.

28 April 2010

Susu Kambing Malaysia Rasa Jawa, Why...?

Ahad lalu kami berkesempatan mengunjungi salah satu peternakan kambing paling modern yang ada di Johor – Malaysia. Meskipun sangat melelahkan karena lokasi kandang kambing yang sekitar 6 jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur, insyallah perjalanan ini tidak sia-sia.

Paling tidak, kami team Indolaban berharap bisa ikut membantu program pemerintah yang melalui janji Presiden kita akhir bulan lalu (31/03/2010) di Tulungagung diungkapkan bahwa, "Kami akan membicarakan dan merumuskannya dalam sebuah kebijakan nasional sehingga pengembangan kambing ettawa ini bisa terus berkembang pesat ".

Bagaimana janji tersebut bisa dimplemantasikan ?, setidaknya ada tiga point yang kita bisa ambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh negeri jiran kita.

Pertama kita harus memiliki visi bahwa yang sedang kita bangun adalah sebuah industri spesifik yang terkait dengan perkambingan ini. Bukan sekedar beternak kambing terus kemudian setelah berhasil kambing-kambing kita dan produk yang dihasilkan tetap bernilai rendah untuk standar dunia. Tanpa terbangunnya industri ini, maka kerja keras para peternak kita untuk menghasilkan kambing dan susu – tidak akan memberikan reward yang pantas untuk mereka.

Kedua untuk membangun industri di point pertama tersebut diperlukan standar kwalitas pengelolaan peternakan kita, agar mampu menghasilkan produk dengan standar yang diakui dunia seperti HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) misalnya. Tanpa pencapaian standar seperti ini, produk-produk kambing kita seperti susu dan bahan turunannya akan sulit untuk menembus pasar dunia.

Ketiga untuk pencapaian point 1 dan 2 ; kita harus bisa ‘Kerja Berpasukan’ – bahasa Malaysia yang artinya teamwork. Seluruh stakeholder perkambingan harus bisa bekerja sama, saling mengisi dan menyempurnakan – bukan saling bersaing dan menjatuhkan – sehingga terbangun industri yang kokoh yang siap bersaing dengan industri sejenis di negara lain.

Ironi memang ketika kita melihat berbagai produk berbasis susu kambing seperti moisturizing, body lotion, sabun dlsb. yang kita jumpai di pasaran Indonesia saat ini adalah produk Malaysia – ya antara lain dari peternakan yang kami kunjungi tersebut diatas. Padahal di dalam kandang kambing mereka disana, mayoritas kambingnya ya dari Jawa - Indonesia. Tenaga kerjanya juga sebagiannya dari Indonesia.

Jadi kita kirim kambing-kambing kita dengan harga murah kesana; kemudian juga tenaga-tenaga kasar untuk pemeliharaan kambingnya; namun setelah menghasilkan produk yang mahal – maka produk yang mahal ini balik lagi ke Indonesia. Dibeli oleh orang-orang kaya Indonesia yang mampu membeli sabun mahal susu kambing, juga pelembab tubuh berkwalitas tinggi dari susu kambing.

Mengapa mereka bisa menikmati nilai tambah yang tinggi sedangkan kita belum ?, jawabannya adalah karena mereka sudah bisa membangun industri perkambingannya sedangkan kita baru mencanangkannya. Karena terbangunnya industri ini, peternak mereka tidak terlalu susah untuk memperoleh pakan yang murah, peralatan-peralatan peternakan yang lengkap, obat-obat perkambingan yang tersedia cukup dlsb. Contoh kecil untuk hal ini adalah nipple – semacam dot susu dari logam untuk membuat system pemberian air minum yang cukup bagi kandang kambing, harganya hanya sekitar Rp 45 ribu per buah – tetapi hal-hal kecil demikian tidak mudah kita peroleh di sini – sementara di Malaysia barang seperti ini bahkan bisa kita beli di peternakan kambing yang besar.

Bagaimana hal-hal detil yang nampaknya sepele tetapi sangat dibutuhkan untuk tumbuhnya industri perkambingan yang berkwalitas bisa ditangani ? jawabannya adalah ‘ Kerja Berpasukan’ tadi. Maka bila janji Presiden SBY dalam kesempatan tersebut diatas – bahwa anggaran pengembangan kambing akan masuk pada APBN 2011; maka berikutlah menurut saya prioritas penggunaannya :

1) Biayai riset dan publikasikan hasilnya secara transparan; agar masyarakat luas tahu kelebihan-kelebihan susu kambing, daging kambing dan berbagai potensi lainnya yang terkait dengan kambing.

2) Fasilitasi jalan untuk mempermudah perijinan yang terkait dengan POM, MUI dan sertifikasi internasional HACCP tersebut diatas – agar produk-produk kambing kita mudah diterima pasar, baik domestik maupun internasional.

3) Fasilitasi rakyat untuk mampu belajar mengelola kambing dengan baik dan benar. Contoh gambar diatas adalah kambing yang bisa berbaris rapi untuk diperah susunya, bagaimana bisa membuat kambing berbaris rapi untuk diperah susunya ? – SDM yang mengelola kambing yang pertama harus dilatih untuk mampu mengelola kambing-kambing tersebut. Setelah itu baru dia bisa melatih kambingnya untuk bisa berbaris setiap saat mau diperah susunya.

4) Fasilitasi rakyat untuk memperoleh bibit-bibit unggul kambing secara murah atau bahkan gratis.

5) Bangun jaringan industri dan pemasaran, baik yang terkait dengan kebutuhan bahan/alat bagi para peternak – maupun yang terkait dengan hasil-hasil dari peternakan kambing ini.

Bila terbangun teamwork yang baik antara pemerintah, pengusaha, peternak dan masyarakat pada umumnya; maka sangat bisa jadi industri perkambingan ini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi kerakyatan kita yang sesungguhnya. Menggembala kambing adalah apa yang dilakukan oleh nabi, maka tidak ada salahnya kita menseriusi urusan perkambingan ini sebagai salah satu upaya untuk membangun kedaulatan ekonomi di negeri ini. Insyallah.

26 April 2010

Vision Sharing : Awal Implementasi Sebuah Visi…


Mungkin ini termasuk event yang langka ketika para pembaca dari suatu tulisan di internet kemudian berkumpul secara fisik di suatu tempat mendiskusikan tindak lanjut dari tulisan tersebut. Inilah yang kita lakukan terkait dengan tulisan saya tentang Planet Jamur , dan group di Facebook dengan nama yang sama ‘Planet Jamur’ yang kami buat sebagai komunikasi lanjutan atas tulisan tersebut.

Alhamdulillah pada hari Sabtu tanggal 24/04/2010 kemarin sekitar 70-an tamu yang mayoritasnya adalah pembaca situs ini dari berbagai kalangan dan latar belakang, berkumpul mendiskusikan implementasi sebuah ide yang kemudian kami tuangkan dalam Project Planet Jamur.

Ada dua kelompok tindak lanjut dari pertemuan ini yaitu : Kelompok pertama yang tertarik untuk bergerak dalam budi daya Jamur – maka kelompok ini akan menindak lanjutinya dengan belajar budidaya jamur dari A sampai Z di Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin. Bila mereka bergerak cepat dan serius dalam budidaya ini, maka insyaallah dalam 3 sampai 6 bulan kedepan mereka sudah akan benar-benar menghasilkan berbagai produksi jamur.

Kelompok kedua adalah yang tertarik dengan distribusinya; maka kelompok ini akan mulai mencari dan menganalisa lokasi-lokasi yang akan dijadikan outlet – outlet dari planet jamur baik untuk skala kecil berupa booth-booth di depan minimarket atau di dalam Mall- Mall, sampai untuk skala full-scale restaurant di perbagai lokasi strategis. Bila mereka bekerja serius – maka insyaallah dalam 3 – 6 bulan kedepan juga akan sudah terbangun jaringan outlet-outlet Planet Jamur tersebut.

Bagaimana dengan permodalan ?, beberapa sumber permodalan yang sudah dimungkinkan adalah dari para investor individu yang tertarik untuk invest di project ini langsung, dari BMT Daarul Muttaqiin dengan konsept Build and Sell dan juga peluang permodalan dari Bank Syariah – yang perwakilannya juga hadir pada acara tersebut – yaitu Bank Syariah Mandiri.

Dari copy darat para pembaca Geraidinar tersebut, juga tersaring secara langsung informasi yang sangat berharga yaitu menu-menu diversifikasi pangan yang akan kita distribusikan melalui jaringan Planet Jamur ini. Mungkin karena international chef yang kami sewa terlalu bersemangat menyajikan makanan-makanan modern berbasis jamur, hasilnya malah tidak terlalu cocok dengan lidah-lidah kita yang hadir.

Dari 11 makanan berbasis jamur yang diuji oleh 70-an tamu tersebut. 10 jenis makanan hanya mendapatkan scor rata-rata lebih dari cukup, tetapi belum sampai derajat enak atau enak sekali. Hanya satu makanan yang mendapat nilai rata-rata lebih dari enak tetapi belum sampai enak sekali.

Dari masukan-masukan ini, kita akan mencari chef-chef atau ahli-ahli masak panganan jamur lainnya untuk menyiapkan berbagai menu alternatif sehingga pada saat outlet kami siap nanti setidaknya ada 10 atau lebih masakan jamur yang mencapai derajat enak atau bahkan ueenak (enak sekali)….:). Bila Anda ahli masak tersebut silahkan mencobanya dan kita test bersama – siapa tahu justru masakan Anda yang akan menjadi menu utama di jaringan Planet Jamur nantinya.

Dengan konsep Lets Do It Together seperti yang kami lontarkan di tulisan tersebut diatas, maka insyaAllah kita akan bisa menghasilkan Healthy and Affordable Food for the Planet yang menjadi visi Planet Jamur. Lebih dari itu, karena jamur dihasilkan oleh tangan-tangan kita bersama dan outletnya juga akan menjadi milik-milik kita – maka kemerdekaan ekonomi insyaAllah juga akan terwujud bagi kita semua….Amin

23 April 2010

G 20 Gold Reserve : Siapa Yang Lebih Pinter Dalam Permainan Ini ?

Melengkapi tulisan saya sebelumnya dengan judul “What To Do...” dan juga tulisan tanggal 18/11/2009 lalu, kali ini saya ingin memperdalam sedikit tulisan yang terkait dengan cadangan emas negara-negara di dunia. Saya ambilkan kelompok negara-negara G 20 yang konon inilah negara-negara yang paling berpengaruh dalam ekonomi dan system keuangan dunia.

Data yang saya gunakan adalah data yang dikumpulkan oleh World Gold Council terbaru sampai dengan Quarter 3 tahun lalu. Agar mudah dipahami, data ini kemudian saya sajikan dalam dua grafik; pertama grafik disamping yang menggambarkan perubahan cadangan emas masing-masing negara (dalam ton) selama sepuluh tahun terakhir.

Grafik pertama yang saya gunakan adalah grafik logaritmic – agar semua bisa tersaji dalam satu grafik meskipun rentang cadangan negara yang satu dengan yang lain sangat jauh. Dari grafik pertama ini kita bisa melihat bahwa China dan Rusia menaikkan cadangannya secara significant dalam beberapa tahun terakhir.

Kita juga dapat melihat bagaimana Argentina yang mengalami krisis 2001, berhasil merecover posisi cadangan emasnya bahkan menjadi lebih tinggi dari cadangan semula di tahun 2004. Meksiko juga demikian, setelah mengalami trend penurunan sejak 2000 – akhirnya berhasil memulihkan cadangannya dalam dua tahun terakhir.

Lha negeri kita, malah mengalami penurunan cadangan emasnya-nya secara significant (sekitar 24 % dari cadangan sebelumnya) sejak akhir 2006 dan belum nampak upaya untuk memulihkannya – setidaknya berdasarkan data yang disajikan World Gold Council terakhir ini.

G 20 Gold Reserve

Yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah adanya dua trend yang berlawanan arah diantara negara-negara G 20 tersebut seperti yang saya sajikan pada grafik kedua. Grafik ini menunjukkan rasio antara cadangan emas terhadap total cadangan dari masing-masing negara.

Sekelompok negara, secara sangat jelas memiliki trend yang rasio cadangan emasnya naik. Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Germany, Italy, Perancis dan negara-negara Uni Eropa secara umum.

Sementara itu negara-negara lain dalam kelompok G 20 – termasuk Indonesia memiliki trend yang menurun atau paling banter tetap. Apa makna dari ini semua ?.

Negara-negara barat yang mengkampanyekan emas jangan dijadikan uang – bahkan dalam salah satu pasal di Article of Agreement of IMF (Article IV, Section 2. B), digunakan sebagai referensi nilai tukar saja tidak boleh – ternyata mereka malah membangun atau setidaknya mengendalikan cadangan emasnya dari waktu kewaktu.

Sementara itu, negeri-negeri yang polos begitu saja mengikuti kampanye anti emas ini tanpa menyadari bahwa cadangan emas mereka menurun secara kwantitas maupun secara rasio dari waktu kewaktu.

Strategi ala rebutan mainan yang dilakukan oleh ponakan-ponakan saya, nampaknya memang juga dilakukan oleh para penguasa keuangan dunia. Patut kita renungkan permainan ini, siapa yang lebih pinter sesungguhnya – kita atau mereka ?. Wa Allahu A’lam.

21 April 2010

What To Do Ketika Rupiah Perkasa…?

Hari-hari ini Rupiah mencapai angka terkuat terhadap US$ sejak tiga tahun terakhir dengan nilai Tukar dibawah Rp 9,000/US$. Rupiah memiliki nilai tukar dibawah Rp 9,000/US$ terakhir sebelumnya adalah pada bulan Juni 2007.

Kekuatan Rupiah ini juga bisa dipantau secara lebih akurat melaui Rupiah Index (RIX) yang sudah saya perkenalkan di situs ini sejak Desember 2009 lalu. Bila pada saat saya perkenalkan RIX berada pada angka 56.28; angka RIX tersebut kini berada pada angka 62.97 – kenaikan yang luar biasa selama lima bulan terakhir.

Bagus kah keperkasaan Rupiah ini bagi kita ?; secara umum tentu bagus karena penghasilan kita yang rata-rata dalam Rupiah memiliki daya beli yang lebih baik. Apalagi mengingat berbagai kebutuhan kita seperti bahan pangan, susu, pakaian, komputer, mobil, dlsb. sebagiannya masih harus diimpor.

Hanya saja Rupiah yang terlalu kuat bila berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, dapat menurunkan daya saing produk-produk ekspor kita. Jadi para otoritas moneter dan perdagangan negeri ini kudu waspada – agar Rupiah tetap perkasa namun tidak sampai menurunkan kemampuan kita untuk menghasilkan devisa.

Lantas apa yang perlu kita lakukan selagi Rupiah perkasa seperti sekarang ini ?. Untuk skala individu, inilah waktu yang baik untuk mengamankan jerih payah kita dalam bentuk benda riil seperti emas/Dinar, mesin-mesin produksi, stok barang dagangan, stok bibit ternak (yang sebagiannya sekarang masih impor) dan lain sebagainya.

Untuk skala negara menurut saya inilah waktu terbaik untuk mengembalikan cadangan emas kita ketingkat yang wajar – minimal setara dengan yang dimiliki oleh negara-negara lain. Kita tahu bahwa Indonesia pernah memiliki cadangan emas yang cukup besar tahun 1951 yakni 249 ton, kini cadangan tersebut hanya sekitar 73 ton saja. Bahkan empat tahun yang lalu kita menjual sekitar 24% cadangan emas kita untuk mempercepat pembayaran hutang ke IMF.

Bila kita berhasil mengembalikan cadangan emas kita ketingkat yang pernah kita miliki pada awal kemerdekaan tersebut; maka ini akan mengangkat persentase cadangan emas kita terhadap Total Reserves ketingkat yang kurang lebih sama dengan rata-rata persentase cadangan emas negara lain terhadap Total Reserves-nya masing-masing. Peningkatan cadangan emas inilah yang dilakukan oleh negara-negara di benua Eropa sepanjang sepuluh tahun terakhir (sebelum krisis), sehingga persentase cadangan emas mereka terhadap Total Reserves-nya meningkat dari rata-rata 30 % ke angka rata-rata 55 % seperti yang ditunjukkan oleh grafik diatas yang datanya saya ambil dari data Dewan Emas Dunia (World Gold Council).

Dari grafik yang sama tersebut selama sepuluh tahun terakhir ini, Indonesia memiliki persentase cadangan emas terhadap Total Reserves yang kurang lebih hanya 1/3 dari yang dimiliki oleh negara-negara di dunia. Bila dibandingan dengan persentase sejenis untuk negara-negara Eropa, maka persentase cadangan emas kita terhadap Total Reserves turun dari sekitar 1/10 dari yang dimiliki oleh rata-rata negara-negara di Eropa tersebut 10 tahun lalu, menjadi tinggal kurang lebih 1/18 -nya sekarang. Hal ini karena cadangan emas negara-negara di Eropa naik sedangkan kita malah turun (akhir 2006).

Mengapa cadangan emas ini penting ?; karena semakin besar cadangan emas kita terhadap Total Reserves, semakin stabil daya beli uang kita – semakin aman dari guncangan nilai mata uang seperti yang pernah kita alami secara berulang kali dalam 40 tahun terakhir.

Bila hal ini dilakukan oleh negeri ini, insyaallah ini seperti yang dicontohkan oleh Nabi Yusuf A.S. dalam Al-Qur’an ketika menyiapkan rakyatnya untuk menghadapi paceklik panjang. Paceklik panjang di zaman modern ini bisa terjadi melalui hancurnya nilai mata uang seperti yang pernah kita alami tahun 1997/1998.

Bila otoritas negeri ini tidak memandang perlu akan hal ini; maka kita secara pribadi-pun bisa melakukan langkah-langkah antisipatif ini - selagi Rupiah masih perkasa. Wa Allahu A’lam.

19 April 2010

Gold and Goldman…

Marcus Goldman (1821-1904) adalah nama pendiri investment bank kesohor Goldman Sachs yang kini tengah meramaikan pasar dunia. Sejak didirikan pada tahun 1869, kinerja perusahaan tersebut terus meroket – hingga menjadi portfolio favorit investment guru di jaman modern ini seperti Warren Buffet dlsb.

Namun keperkasaan Goldman kini tengah diuji karena sepanjang akhir pekan lalu, Goldman Sachs dirundung gugatan yang awalnya hanya diajukan oleh US Securities and Exchange Commission (SEC) atas adanya dugaan penipuan yang dilakukan oleh salah satu raksasa financial dunia tersebut. Setelah gugatan awal di negerinya sendiri ini, Goldman nampaknya juga akan menghadapi gugatan sejenis di Eropa oleh pemerintah Jerman.

Lantas apa hubungannya antara tuntutan ke Goldman ini dengan harga emas dunia yang turun drastis akhir pekan lalu ?; bukankah biasanya kalau ada guncangan di bursa saham, harga emas justru naik karena orang mencari pelarian yang aman atas asset investasinya ?.

Kali ini tidak, karena sebagian portfolio yang terkait dengan Goldman juga berupa Gold ETF (Exchange-Traded Fund); gejolak yang menimpa Goldman juga mendorong penjualan investasi berupa Gold ETF ini; Penjualan Gold ETF kemudian mendorong pelepasan cadangan emas yang dimiliki para pengelola Gold ETF tersebut. Pelepasan cadangan emas, mendorong bertambahnya supply emas di pasaran. Penambahan supply ketika demand relatif stabil tentu berdampak menurunkan harga.

Jadi sepanjang pekan ini – tergantung perkembangan tuntutan SEC terhadap Goldman – maka harga emas dunia akan cenderung turun atau rendah. Ini menjadi kesempatan baik bagi yang ingin merencanakan menabung emas/Dinar untuk keperluan jangka panjang. Untuk yang ingin berspekulasi jangka pendek – saya tetap menyarankan jangan, karena prospek harga emas untuk jangka pendek terlalu sulit diprediksi bahkan oleh para ahli sekalipun. Wa Allahu A’lam.

15 April 2010

Perkiraan Harga Emas Versi National Inflation Association (NIA)

The National Inflation Association (NIA) adalah organisasi yang didedikasikan untuk mempersiapkan warga Amerika dalam menghadapi hyperinflasi. Targetnya bukan hanya mampu bertahan (survive) tetapi sedapat mungkin juga tetap makmur ketika hyperinflasi terjadi.

Kekhawatiran akan segera terjadinya hyperinflasi di Amerika ini bukannya tanpa alasan mengingat saat ini Amerika terlibat dalam hutang yang nilainya tidak kurang dari US$ 12 trilyun; disamping memiliki kewajiban yang tidak ada dananya (unfunded liability) sebesar US$ 55 trilyun.

Dengan commitment bailout US$ 11.8 trilyun dan sudah direalisir US$ 3.6 trilyun; maka para pendiri NIA ini yakin Amerika akan segera bangkrut. Hyperinflasi sudah di depan mata karena Federal Reserve hanya memiliki satu cara untuk membiayai deficit yang ada yaitu mencetak uang dari awang-awang.

Ada tiga pilihan investasi yang menurut NIA harus dilakukan oleh warga negara Amerika untuk selamat dan bahkan tetap makmur meskipun hyperinflasi melanda. Ketiga investasi ini meliputi segala sesuatu yang terkait dengan emas, perak dan pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan, peternakan, kehutanan dlsb).

Pola pemikiran alternative investasi masa depan selain emas/perak yaitu investasi sektor pertanian dalam arti luas tersebut banyak kemiripannya dengan yang juga kami tengah coba dalam berbagai project.

Kekawatiran NIA akan terjadinya hyperinflasi ini sebenarnya juga nampak jelas bila kita melihat harga emas dalam dasawarsa terakhir. Lihat trendnya yang cenderung exponential, khususnya sejak pertengahan dasawarsa ini. Ternyata kecenderungan hyperinflasi ini tidak hanya terhadap US$ saja, tetapi juga terhadap Euro dan Poundsterling seperti grafik diatas.

Bila US$, Euro dan Poundsterling mengalami kecenderungan hyperinflasi yang sama; maka kecil kemungkinan mata uang lainnya akan bebas dari risiko hyperinflasi yang sama.

Lantas apa kaitannya potensi hiperinflasi ini dengan harga emas ?. Menurut NIA, harga emas yang ada sekarang terlalu rendah dibandingkan dengan harga yang seharusnya. Menurut mereka ini saat inipun harga emas sudah seharusnya well above US$ 2,000/Oz.

Percaya ?, well kita lihat saja nanti bersamaan dengan berlalunya waktu. Wa Allahu A’lam.

12 April 2010

Buku Ke 7 : DINARNOMICS

Alhamdulillah, tanpa terasa diantara kesibukan ngurusin Dinar, ngurusin kambing, ngurusin jamur, BMT , Pesantren Wirausaha dan berbagai aktifitas lainnya yang nampaknya tidak saling terkait – kini telah beredar buku ke 7 dengan judul Dinarnomics (Sinergy Publishing-GIP Group, 2010).

Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Muhaimin Iqbal di situs sepanjang setahun terakhir (2009/2010). Untuk kumpulan tulisan setahun sebelumnya juga telah diterbitkan lebih dahulu dengan judul Dinar The Real Money (GIP, 2009).

Meskipun tulian-tulisan tersebut sudah bisa dibaca dengan komplit situs; namun penerbitan buku semacam ini dapat melengkapi dan memperluas jangkuan masyarakat yang ingin memahami konsep Dinar secara menyeluruh, karena tidak semua masyarakat dapat mengakses internet.

Dengan diterbitkan dalam bentuk buku; rangkaian tulisan dari berbagai ide dan kegiatan yang nampaknya tidak saling terkait tersebut – kini menjadi jelas benang merahnya. Buku yang saya beri sub judul Membangun Keberkahan Usaha dengan Uang yang Adil ini saya bagi dalam tujuh Bab.

Bab Pertama tentang Dinarnomics & Kambingnomics ; yang menggambarkan konsep umum tentang Dinarnomics. Istilah ini saya sandingkan dengan Kambingnomics untuk menguatkan pesan bahwa yang menjadi fokus saya adalah menggerakkan sektor riil dan menciptakan lapangan kerja – Dinar hanyalah alat dan bukan tujuannya sendiri.

Bab Kedua tentang Masalah-masalah yang Dihadapi Uang Kertas : Ada sembilan tulisan di kelompok ini yang menggambarkan betapa kita tidak bisa mengandalkan uang kertas untuk membangun atau mempertahankan kemakmuran masyarakat.

Bab Ketiga tentang Pencarian Uang Modern; Memuat 14 tulisan yang menggambarkan berbagai kondisi dan upaya dari berbagai pihak untuk membebaskan diri dari potensial masalah yang timbul dari uang kertas.

Bab Keempat tentang Dinar & Dirham Uang Universal Sepanjang Zaman; Memuat 15 tulisan yang terkait dengan Dinar dan Dirham dari berbagai sisinya.

Bab Kelima tentang Menumbuhkan Enterpreneurship, Menggerakkan Sektor Riil; Ini bab yang menjadi fokus utama di buku ini – ada 26 tulisan yang membahas berbagai upaya yang telah kami lakukan untuk menggerakkan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.

Bab Keenam tentang Dinar dan Investasi; memuat 11 tulisan yang membahas Dinar dari berbagai sudut pandang investasi.

Bab Ketujuh tentang Operasionalisasi Dinar di Masyarakat Modern ; Ada 17 tulisan di bab ini yang membahas bagaimana Dinar kami hadirkan di masyarakat dengan praktis untuk menunjang sektor riil tersebut diatas. Dinar bukan lagi wacana dan bukan lagi barang langka; Dinar benar-benar ada di masyarakat dan siap untuk digunakan sebagai transaksi yang menggerakkan sektor riil.

Dari melihat fokus bahasan di buku ini; diharapkan tidak ada lagi sebagian masyarakat yang mensalah artikan konsep aplikasi Dinar yang kami usung ini. Ekonomi yang dibangun dengan uang yang Adil kini telah benar-benar dimulai, meskipun ini baru langkah-langkah awal dari ribuan mil perjalanan yang akan ditempuhnya kelak. Semoga Allah memudahkan dan memberi rizki usia sehingga kami bisa melangkah cukup jauh sebelum estafet langkah-langkah lanjutannya diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya. Amin.

INSYA ALLAH BUKU DINARNOMICS INI SEGERA TERSEDIA DI GERAI DINAR SURABAYA

09 April 2010

Uang Masa Depan Yang Memakmurkan, Menciptakan Lapangan Kerja dan Membuat Dunia Lebih Bijaksana…

Sepuluh tahun yang lalu (2001) seorang peneliti di Center of Sustainable Resources - University of California at Berkeley Bernard Lietaer menulis buku dengan judul The Future of Money : Creating New Wealth, Work and a Wiser World. Dalam bukunya yang futuristic ini Bernard antara lain menulis tentang berbagai fenomena pencarian uang baru yang sudah mulai saat itu – karena kekecewaan masyarakat tentang system uang yang ada dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Menurut Bernard, system keuangan dunia dewasa ini tidak ubahnya seperti Casino raksasa yang dioperasikan dengan penuh spekulatif - 100 kali lebih besar dari transaksi total bursa saham di seluruh dunia per harinya. Hanya 2 % saja dari perputaran tersebut yang terkait dengan transaksi barang dan jasa; 98% -nya murni untuk spekulasi.

Bila buku yang ditulis sebagai hasil penelitian Bernard ini dikaitkan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah bahwa penguasa hanya boleh mencetak fulus sebesar kebutuhan transaksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat suatu negeri – maka ya hanya 2 % itu-lah uang yang perlu ada di dunia sesungguhnya.

Apa dampak dari besarnya porsi uang yang digunakan untuk keperluan transaksi spekulatif tersebut dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk transaksi riil ?. Nilai uang menjadi sangat rentan terhadap ulah spekulan, porsi terbesar uang tidak menggerakkan sektor riil, pemerintah-pemerintah dunia menjadi sibuk menjaga nilai uang – ketimbang menggerakkan sector riil. Lapangan pekerjaan tidak mudah tersedia; kemakmuran sulit terwujud – dan dunia menjadi tidak bijaksana karena lebih banyak mengharapkan durian runtuh dari ‘hasil spekulasi’ ketimbang hasil dari kerjaan yang riil.

Namun, di setiap zaman, di setiap masyarakat – selalu ada sekelompok kecil orang yang melihat sesuatu sampai melewati batas horizon (beyond the horizon), mereka ini sudah mulai mencari solusi untuk problem yang bahkan sebagian terbesar masyarakatnya belum menyadari adanya problem tersebut.

Dalam hal problem besar yang terkait uang ini misalnya; Bernard berhasil mengidentifikasi setidaknya saat itu sudah ada 1,900 –an komunitas di seluruh dunia – termasuk ratusan diantaranya di Amerika - yang sudah mulai mengeluarkan ‘uang’-nya sendiri dalam berbagai bentuknya.

Di antara ‘uang swasta’ tersebut yang paling luas dikenal di masyarakat antara lain adalah Frequent Flyers Miles yang dikeluarkan oleh industri penerbangan; Reward Points yang dikeluarkan oleh perbankan dan kini juga industri telekomunikasi; Vouchers yang dikeluarkan oleh para retailers; credit balances yang dikeluarkan pengelola transaksi barter; dan yang paling me-representasi-kan uang yang sesungguhnya adalah apa yang disebut backed currencies.

Backed currencies adalah currencies atau alat tukar yang nilainya dijamin atau didukung langsung dengan barang atau jasa. Di antara barang-barang ini yang paling baku nilainya dan memang sudah digunakan sebagai uang selama ribuan tahun adalah emas dan perak. Maka backed currencies berbasis emas yang sudah dikenal luas di dunia maya seperti e-gold, menjadi primadona dalam pencarian uang modern tersebut.

Meskipun emas adalah uang yang paling ideal; berbagai pihak yang berusaha menggunakan emas sebagai uang di masa lampau banyak mengalami kegagalan. Contoh terbesarnya adalah kegagalan Breton Woods Agreement yang buyar Agustus 1971 – hanya seperempat abad saja usianya. Mengapa demikian ?, sederhana saja – penggunaan emas sebagai uang haruslah disertai serangkaian peraturan yang sangat lengkap dan menyeluruh untuk menjamin ketersediaan emas sebagai uang itu sendiri.

Peraturan dan petunjuk pelaksanaan penggunaan emas yang sangat menyeluruh ini, adanya hanyalah di Syariat Islam seperti yang pernah saya tulis dengan judul “Emas Cukup Untuk Seluruh Umat Manusia , Tetapi…”.

Seperti judul bukunya Bernard tersebut diatas, uang masa depan haruslah uang yang bisa mendatangkan kemakmuran, uang yang berguna untuk menciptakan lapangan kerja dan uang yang bisa membuat dunia lebih bijaksana. Sekali lagi inilah yang akan terjadi bila uang dikelola sesuai Syariat Islam.

Jadi sesungguhnya blueprint uang masa depan yang memakmurkan itu telah lama ada di dunia Islam dan telah pula diterapkan selama ribuan tahun; kini blueprint inipun siap diterapkan di era teknologi ini. Tinggal kita sendiri mau mengikuti orang lain yang dengan susah payah mencari bentuk uang modernnya ; atau kita kembali menggunakan uang yang sudah ada di Syariat Islam – rujukan yang kita yakini kebenarannya. Wa Allahu A’lam

08 April 2010

Cara Awam Memahami Trend Harga Emas…

Dalam tulisan saya akhir pekan lalu telah saya ungkapkan berbagai pendekatan teoritis untuk menduga harga emas kedepan yang ternyata tidak ada satupun yang akurat . Bisa kita lihat hasilnya dari pendekatan teoritis yang satu dengan yang lain perbedaannya bisa sangat besar.

Lantas apakah dengan demikian kita tidak bisa menduga kedepannya bakal seperti apa harga emas ini ? secara garis besar bisa, namun tidak akan akurat ( nggak masalah, lha wong dugaan para ahli-pun ternyata tidak akurat juga). Dan bagi yang tidak menggunakan harga emas sebagai ajang spekulasi, dugaan secara garis besar ini sudah memadai untuk perencanaan keuangan kita dalam jangka panjang.

Salah satu pendekatan ‘awam’ tersebut saya sajikan dalam grafik disamping yang datanya saya ambil dari harga emas di pasar penutupan London. Saya ambil harga terendah dan tertinggi setiap bulan sejak Januari 2000.

Logika awamnya begini; meskipun berbagai pihak berusaha mempengaruhi harga emas dunia – harga emas di pasar internasional masih merupakan cerminan mekanisme pasar yang efektif. Mekanisme pembentukan harga di pasar mengikuti hukum penawaran dan permintaan atau supply and demand.

Seperti ayunan bandul jam – yang ujung satu sejajar dengan ujung lainnya. Demikian pula ayunan harga emas di pasar. Bila kita ambil dari titik A (suatu titik terendah bulanan), kemudian kita tarik garis yang menuju titik terendah lainnya. Maka Ayunan titik-titik tertinggi berikutnya seharusnya sejajar dengan titik-titik terendah – perhatikan dua garis garis biru sejajar yang dimulai dari titik A dan B.

Demikian pula garis sejajar berikutnya berwarna merah antara titik-titik terendah dan tertinggi yang dilalui garis merah C dan D. Bila harga-harga emas lebih tinggi dari garis-garis sejajar titik tertinggi tersebut, maka harga emas sudah terlalu tinggi dan pasti akan terkoreksi balik – persis seperti bandul jam yang mengayun tinggi, pasti ketarik grafitasi bumi untuk kembali ke arah normalnya. Yang mendorong turunnya harga emas ketika melampui rentang harga yang seharusnya adalah mekanisme supply and demand tersebut diatas.

Kita bisa lihat periode antara Desember 2007 – Maret 2008; saat itu harga emas melewati garis sejajar tertinggi-nya ; yang kemudian terkoreksi sampai November 2008. Demikian pula ketika bulan Desember 2009 lalu, harga emas melaju melewati garis sejajar tertinggi – segera saja terkoreksi sampai kini.

Pagi ini harga emas berada pada kisaran harga US$ 1,148/Oz ; masih berada pada angka yang wajar untuk saat ini; artinya bisa saja masih naik lagi atau juga turun – keduanya memungkinkan.

Dugaan kasar semacam ini ada gunanya kah ?; tidak akan bermanfaat kalau tujuan kita untuk spekulasi jangka pendek. Namun kalau kita perhatikan trend yang ditunjukkan oleh dua garis sejajar biru dan merah tersebut; kita bisa lihat bahwa yang sedang terjadi adalah adanya higher highs dan higher lows selama sepuluh tahun terakhir – menujukkan emas berada pada trend yang menaik.

Karena trend jangka panjang semacam ini tidak mudah serta merta berbalik arah; maka besar kemungkinannya harga emas masih akan cenderung menaik beberapa tahun kedepan – meskipun kita tidak tahu persis sampai berapa nantinya. Wa Allahu A’lam.

Peradaban Barat Yang Memiskinkan Kelas Menengah…

Kalau saja judul di atas murni dari pandangan seorang Muslim seperti saya, orang mungkin segera nge-cap saya sebagai anti barat. Tetapi kali ini pandangan tersebut bukanlah dari saya, judul tulisan ini saya ambilkan dari karya columnist handal di The Market Oracle , Andrew G Marshall dengan judul aslinya “Western Civilization and the economic Crisis, The Impoverishment of the Middle Class.”

Awalnya, menurut Andrew – peradaban barat nampak bekerja dengan baik. Di awali dengan revolusi industri abad 18 dan 19, tumbuhlah kelas menengah yang semakin banyak jumlahnya dan semakin makmur. Namun peradaban barat ini, ternyata tidak akan berusia lama. Beberapa puluh tahun terakhir, yang namanya kelas menengahnya hanya berusaha bertahan melalui pemupukan hutang.

Diawali dengan tahun 1958 yang merupakan awal kemunculan credit card modern oleh Bank of America yang kemudian berevolusi menjadi Visa, kemudian disusul oleh Master Card tahun 1966 – maka dekade-dekade berikutnya terjadilah pertumbuhan eksponensial dari credit card ini.

Sejak di Amerika dicabut batasan tingkat bunga yang bisa dikenakan pada para pemegang credit card tahun 1979, kombinasi dari deregulasi ini dan kemajuan teknologi membuat penyebar luasan credit card di masyarakat menjadi tidak terbendung lagi.

Tidak perduli lagi apakah pemegang kartu tersebut benar-benar membutuhkannya; tidak juga terlalu perlu apakah dia mampu membayarnya ; yang penting member mereka terus bertambah dan bertambah pula pendapatan mereka. Tidak hanya dari pembayaran bunga, issuer credit card juga memperoleh tambahan penghasilan dari late payment fees dlsb-dlsb sehingga pendapatan mereka juga menggelembung.

Budaya credit card, juga telah mendorong perilaku ngutang bahkan untuk barang-barang yang tidak terlalu penting sekalipun , seperti membeli TV, membayar liburan dlsb.dlsb.

Walhasil, budaya ini telah menjebak masyarakat menengah dalam jebakan hutang yang melilit dari tahun ketahun. Bila pada tahun 2001, masyarakat Amerika ‘baru’ berhutang 96% dari disposable income-nya ; lima tahun kemudian persentase ini telah naik menjadi 129%. Bukan hanya di Amerika, pada tahun tersebut masyarakat Inggris telah berhutang Pounsterling 1.3 trilyun.

Kini lima tahun setelah signal ketidak beresan budaya ngutang tersebut mulai terdeteksi (2006), bank-bank central dunia berada dalam situasi yang sangat dilematis. Mereka hanya bisa mengerem arus ‘peminjam’ ini bila suku bunga dinaikkan. Namun bila suku bunga dinaikkan – akan semakin banyak yang tidak bisa membayar. Ini terbukti bahwa pada tahun 2009, hanya 10% penurunan outstanding balance dari credit card di AS yang berasal dari pembayaran credit card balance-nya. Yang terjadi adalah masyarakat yang gali lubang tutup lubang, membuka credit card baru untuk menutup yang lama.

Masalah ini mungkin bisa diatasi bila pemerintah berhasil meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan rakyatnya – sehingga mereka mampu membayar hutang. Namun kenyataan menunjukkan hal yang sebaliknya; karena pemerintah sibuk menalangi bank-bank dan lembaga keuangan yang gagal sampai trilyunan Dollars – juga karena kegagalan peminjam yang lain !, pemerintah terpaksa mengamankan kebijakan fiskalnya dengan memotong anggaran – yang berarti bukan mengurangi pengangguran tetapi malah menambah pengangguran.

Akibat dari lingkaran setan proses pemiskinan melalui gaya hidup ngutang ini, menurut Andrew tersebut diatas “Masyarakat kelas menengah di dunia barat, bertahan hidup (surviving) hanya dengan berhutang, mereka akan menjadi korban Class Default. Masyarakat kelas atas akan semakin konsumtif, sedangkan masyarakat kelas menengah akan tenggelam ke kelas dibawahnya atau kelas pekerja”.

Well, apakah budaya kita mirip dengan budaya yang digambarkan oleh Andrew tersebut ?; kalau iya – ini mungkin waktu terbaik kita untuk keluar dari system ribawi ke system perdagangan tanpa riba. Keluar dari gaya hidup ngutang, ke gaya hidup produktif. Keluar dari gaya hidup konsumtif ke gaya hidup infaq dan sedeqah.

Insyallah kita tidak akan ikut terjerembab, bila kita tidak mengikuti mereka. Wa Allahu A’lam.

05 April 2010

Menakar Kekuatan Mata Uang Dengan Melihat Waktu Paruhnya Terhadap Emas…

Dalam tulisan saya beberapa hari lalu dengan judul Menduga Sisa Nilai Mata Uang Dengan Teori Peluruhan, telah saya perkenalkan konsep waktu paruh (half-life) yaitu waktu yang diperlukan materi subjek peluruhan eksponensial untuk menjadi tinggal separuhnya dari materi semula. Nilai sisa dari materi subjek peluruhan eksponensial setelah waktu paruh ke T = 100%/2^T.

Konsep waktu paruh ini yang berdasarkan statistik nampaknya juga berlaku pada nilai daya beli mata uang kertas terhadap emas. Kita gunakan emas sebagai referensi karena emas-lah yang terbukti memiliki daya beli tetap selama 1400 tahun lebih, disamping juga data statistik harga emas tersedia secara lengkap untuk waktu yang sangat panjang – sampai ratusan tahun.

Hanya saja untuk keperluan ini saya gunakan statistik sepuluh tahun saja karena ada salah satu mata uang yaitu Euro yang berusia sangat muda - baru sekitar 11 tahun. Mata uang yang saya sajikan disini adalah mata uang besar Dunia yang kita familiar seperti Rupiah, US$, Singapore Dollar, Japan Yen , British Pound, Euro dan mata uang yang selama ini kita anggap daya belinya stabil yaitu Riyal.

Hasilnya kita dapat lihat dalam grafik diatas, semakin lemah mata uang terhadap emas, semakin cepat dia meluruh. Rupiah misalnya dalam sepuluh tahun terakhir daya belinya terhadap emas tinggal 20 persen, bila dihitung dari Januari 2000 – maka Rupiah kini berada pada waktu paruh ke 2.3; atau Rupiah memiliki waktu paruh 4.3 tahun.

Pada rentang waktu 10 tahun yang sama, Poundsterling telah mengalami waktu paruh ke 2.1 (1 waktu paruh = 4.7 th), US$ telah mengalami waktu paruh ke 2 (1 waktu paruh = 5.0 th), Saudi Riyal telah mengalami waktu paruh ke 2 (1 waktu paruh = 5.0 th), Singapore Dollar telah mengalami waktu paruh ke 1.7 (1 waktu paruh = 4.9 th), Japan Yen telah mengalami waktu paruh ke 1.7 (1 waktu paruh = 4.9 th) dan Euro telah mengalami waktu paruh ke 1.6 (1 waktu paruh = 6.4 th).

Euro masih kelihatan perkasa, karena dia adalah mata uang muda yang awalnya nampak cukup kuat. Tetapi kedepannya Euro juga memiliki masa depan yang tidak kalah suramnya – lihat tulisan saya Euro : Mata Uang Modern Yang Bisa Jadi Tidak Berusia Panjang.

Saudi Riyal yang selama ini selalu dianggap sebagai mata uang yang stabil dari cerita-cerita jamaah haji; sekian puluh tahun lalu orang beli teh susu dengan harga 1 Riyal; sekarang-pun dapat. Bisa jadi untuk teh susu sekarang-pun masih dapat dengan harga 1 Riyal; namun minuman dan makanan lain semakin sulit dibeli dengan 1 Riyal. Jus buah bahkan kini berharga rata-rata 5 Riyal.

Yang paling akurat adalah mengukurnya dengan harga emas; bagi Anda yang pergi haji/umrah tahun 2000, saat itu Anda masih bisa membeli emas dengan harga Riyal 35/ gram. Bila Anda pergi haji/umrah tahun ini – rata-rata harga emas sudah berada di kisaran Riyal 135/ gram.

Jadi, nampaknya tidak ada mata uang kertas yang kita kenal yang bisa survive dari peluruhan nilai yang bersifat eksponensial ini. Oleh karenanya berdasarkan teori ini maka tidak ada mata uang kertas yang aman untuk tabungan dana panjang kita baik berupa tabungan pensiun, biaya pendidikan anak-anak, biaya kesehatan hari tua dlsb.

Solusinya tidak harus kita menyimpan tabungan di emas/Dinar semua, karena kalau tidak hati-hati malah bisa jatuh kategori menimbun. Tabungan kita bisa berupa benda riil yamg bergerak (barang dagangan , barang modal dlsb). Dengan kesungguh-sungguhan kita, insyallah kita bisa membendung arus peluruhan nilai ini, bahkan memutarnya untuk manfaat yang lebih luas. Insyaalah.

02 April 2010

Harga Emas : Tidak Ada Prediksi Yang Pasti…!

Meskipun berpuluh ahli berhasil mengembangkan teorinya sendiri-sendiri untuk memprediksi harga emas kedepan, sampai saat ini ternyata tidak ada satu teori-pun yang bisa memberikan kepastian akan keakuratan prediksi tersebut.

Di situs inipun selalu kami katakan bahwa prediksi-prediksi harga emas yang kami ungkapkan dalam berbagai tulisan kami sifatnya hanya berusaha memahami statistik yang ada untuk masa yang sudah lewat, sedangkan yang sifatnya kedepan – hanya Allah-lah yang tahu.

Untuk menggambarkan betapa sulitnya memprediksi harga emas ini, pada grafik disamping (klik untuk melihat grafik lengkapnya) saya sajikan ringkasan prediksi harga emas untuk Senin depan (karena hari ini tidak ada transaksi) – yang disajikan berdasarkan berbagai teori dan asumsi. Hasilnya mencengangkan, dalam arti perbedaan satu prediksi/asumsi dengan prediksi/asumsi lainnya.

Dari 40-an angka yang keluar dengan berbagai pendekatan teori tersebut, angka yang terendah adalah US$ 859.85/Oz dan angka yang tertinggi US$ 1267.26/Oz. Pendapat terbanyak mengerucut pada range US$ 1,105/Oz sampai dengan US$ 1,126/Oz.

Lantas bagaimana kita menyikapi tidak adanya kepastian harga emas kedepan ini ?; sederhana, yaitu jangan berspekulasi dengan harga emas !.

Emas terbukti efektif untuk perlindungan nilai dari jerih payah kita karena setelah beribu tahun-pun memiliki daya beli yang relatif tetap terhadap berbagai kebutuhan kita.

Namun untuk jangka pendek, fluktuasi harga ini begitu besar – sehingga tidak ada satu orang ahli-pun yang bisa memprediksi harganya kedepan dengan akurat. Dan hanya Allah-lah yang Maha Tahu – Wa Allahu A’lam.

Disclaimer

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.